HUT KEMERDEKAAN RI
Soekarno Sakit Malaria saat Bacakan Teks Proklamasi, Tiang Bendera Terbuat dari Bambu
Soekarno ternyata sedang sakit saat bacakan teks proklamasi pertama kali, tiang bendera terbuat dari bambu
Namun ada juga cerita versi lain yang menyatakan kalau setelah Sayuti Melik menunjukkan naskah proklamasi hasil ketikannya kepada Bung Karno, Bung Karno menanyakan naskah asli tulisan tangannya.
Setelah ditanyakan tentang keberadaan naskah aslinya, Andaryoko menceritakan bahwa Sayuti Melik langsung mencari kertas tulisan tangan Soekarno dan menyetrikanya agar bisa utuh seperti semula. Hingga saat ini naskah asli tersebut disimpan di Arsip Nasional.
3. Bung Karno jatuh sakit
Persiapan naskah proklamasi sangat menguras jiwa dan tenaga Bung Karno hingga ia jatuh sakit. Faktanya saat proklamasi diucapkan, tepatnya pada 17 Agustus 1945, penyakit malaria yang diderita Bung Karno kambuh.
Bahkan ia masih tertidur pulas dua jam sebelum pembacaan proklamasi.
Pada akhirnya Soekarno tetap membacakan naskah proklamasi sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan.
Pada pukul 10.00 WIB, bersama Bung Hatta, ia mendeklarasikan kemerdekaan Indonesia di hadapan masyarakat Indonesia yang saat itu berkumpul di depan teras rumahnya.
Sejumlah kendala teknis pun menghiasi, seperti misalnya mikrofon yang tiba-tiba tidak berfungsi lantaran kabelnya terinjak para pengunjung yang ingin menyaksikan peristiwa bersejarah tersebut.
4. Rekaman ulang suara Soekarno
Pembacaan naskah teks proklamasi adalah peristiwa bersejarah yang sangat penting. Karena hal tersebut menandakan kemerdekaan bangsa Indonesia.
Pernahkah kamu mendengar suara asli Bung Karno yang biasanya diputar di media-media ataupun di museum-museum bersejarah, seperti contohnya Monumen Nasional (Monas)?
Banyak yang mengira suara Bung Karno pada rekaman tersebut adalah suara asli Bung Karno pada saat pembacaan naskah proklamasi yang sudah di sebar luaskan.
Padahal sebenarnya, suara tersebut bukanlah suara asli yang direkam langsung saat pembacaan proklamasi pada 17 Agustus 1945, melainkan sekitar tahun 1950 atau sekitar 5 tahun setelah kemerdekaan.
Jika bukan karena Jusuf Ronodipuro yang merupakan pendiri RRI, meminta Presiden Soekarno kembali merekam pembacaan teks proklamasi kemerdekaan.
Maka, sekarang kita tidak dapat mendengar suara Soekarno saat membacakan naskah proklamasi.