Ahok Berduka Atas Wafatnya Mbah Moen, Ini Ungkapan Duka Mendalamnya Akan Kepergian sang Tokoh
Mantan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok turut menyampaikan duka cita. Begini ungkapan dukannya
• Beda Kisah Cinta Ahok dengan Veronica Tan dan Puput Nastiti Devi, Bersemi di Gereja dan Penjara
Kelahiran Mbah Moen
Beliau adalah putra pertama dari Kyai Zubair. Dilahirkan di Karang Mangu Sarang hari Kamis Legi bulan Sya'ban tahun 1347 H atau 1348H atau 28 Oktober 1928.
Siapapun zaman itu tidaklah menyangsikan, bahwa ayahnda Kyai Maimoen, Kyai Zubair, adalah murid pilihan dari Syaikh Sa’id Al-Yamani serta Syaikh Hasan Al-Yamani Al- Makky.
Dari ayahnya, beliau meneladani ketegasan dan keteguhan, sementara dari kakeknya beliau meneladani rasa kasih sayang dan kedermawanan.
Kasih sayang terkadang merontokkan ketegasan, rendah hati seringkali berseberangan dengan ketegasan.
Namun dalam pribadi Mbah Moen, semua itu tersinergi secara padan dan seimbang. Kerasnya kehidupan pesisir tidak membuat sikapnya ikut mengeras.
Mbah Moen adalah kyai sepuh karismatik yang sering menjadi tumpuan permasalahan besar kebangsaan dan dunia internasional.
Rakyat, santri, semua lapisan masyarakat, dan tokoh masyarakat, serta pejabat pemerintahan merasa dekat kepada beliau dan selalu memperoleh solusi terbaik.
Sesi-sesi penting seperti pemilihan presiden Indonesia tahun 2019 ini menjadi bukti bahwa ulama menjadi tumpuan permasalahan kebangsaan.
Para ulama sepuh mendaulat beliau sebagai waliyullah akhir zaman yang menjadi patok penerang batin seluruh umat.
Pendidikan
Kematangan ilmunya tidak ada satupun yang meragukan. Sebab sedari balita ia sudah dibesarkan dengan ilmu-ilmu agama.
Sebelum menginjak remaja, beliau diasuh langsung oleh ayahnya untuk menghafal dan memahami ilmu Shorof, Nahwu, Fiqih, Manthiq, Balaghah dan bermacam Ilmu Syara’ yang lain.
Kecemerlangan demi kecermelangan tidak heran menghiasi langkahnya menuju dewasa.