Enzo Diterpa Isu Terpapar Radikalisme, Roy Suryo Beberkan Analisanya Soal Akun FB yang Dihapus
Roy Suryo Beberkan Analisanya Soal Akun FB yang Dihapus mengenai Enzo Zenz Allie, remaja blasteran Prancis yang lolos Akmil TNI
Enzo Diterpa Isu Terpapar Radikalisme, Roy Suryo Beberkan Analisanya Soal Akun FB yang Dihapus
TRIBUNBATAM.id - Kabar mengenai Enzo Zenz Allie masih terus ramai disorot. Enzo diduga terpapar paham radikalisme.
Anggota Komisi I DPR RI Roy Suryo turut angkat bicara mengenai isu enzo, blasteran Prancis tersebuut.
Hal tersebut dikatakannya saat menjadi narasumber di acara Sapa Indonesia Malam Kompas Tv dilansir TribunJakarta.com pada Kamis (8/8).
"Seseorang harus berhati-hati karena semuanya bisa ditelaah melalui teknologi," tutur Roy Suryo.
• Jika Terbukti Dukung HTI, Menhan Ryamizard Ryacudu Minta TNI Berhentikan Enzo Zenz Allie
• Enzo Taruna Akmil TNI Blasteran Prancis Kini Sedang Tersandung Masalah, Lihat Postingan Facebook
• Sindir Roy Suryo, Hotman Paris Bandingkan dengan Kasus Pencurian oleh Nenek 80 Tahun
Roy Suryo menilai, mengenai postingan yang beredar di media sosial tak hanya ibunda Enzo Zenz Allie yang harus diperiksa namun sang putranya juga turut serta.
"Postingan di media sosial tersebut agak sulit dibantah. Misalnya publik bisa melihat postingan Ibunda Enzo Zenz Allie pertama kali. Hal tersebut bisa dilakukan untuk mencari tahu lingkungan sekitarnya," ungkap Roy Suryo.
Simak Videonya:
Roy Suryo lantas menyatakan, Ibunda Enzo Zenz Allie posting pertama kali di media sosial pada tahun 2009.
"Saya bantu saja kasih tahu, dia posting pertama kali di tahun 2009," tegas Roy Suryo.
Mendengar penjelasan Roy Suryo, Aiman sebagai pembawa acara mempertanyakan keaslian akun Facebook Ibunda Enzo Zenz Allie.
"Jadi Facebook Ibunda Enzo Zenz Allie itu benar miliknya? Artinya bukan karena viral lantas ada media sosial yang mengatasnamakan sang ibunda?" tanya Aiman.
"Sekarang itu terjadi...ada beberapa akun Enzo di media sosial yang palsu makanya harus hati-hati," tutur Roy Suryo.
"Tetapi anda kan pakar telematika juga, jadi itu yang pertama kali merupakan akun sebenarnya?" tanya Aiman.
• Ikuti Jejak Prabowo, Calon Taruna Akmil Keturunan Prancis Ananda Enzo Ingin Jadi Kopassus
Follow Juga:
Setelah itu posting kembali ke Indonesia. Mendekati pemilu 2019 kita tahu ada keterbelahan tetapi saya tak masalahkan itu," jelas Roy Suryo.
Roy Suryo mengemukakan, mengenai tudingan Enzo Zenz Allie diduga terpapar radikalisme maka diperlukan penelitian yang mendalam karena semua yang diunggah di media sosial tak bisa tak dikaitkan dengan sosok tersebut.
"Semua yang diunggah itu tak bisa tak dikaitkan dengan pemahaman sosok tersebut," beber Roy Suryo.

Roy Suryo menyayangkan adanya tindakan akun Enzo Zenz Allie di media sosial yang dihapus.
"Sayang akun Enzo dihapus yang ada foto membawa ransel tersebut. Andai tak dihapus saya lebih suka dia mengklarifikasinya," imbuh Roy Suryo.
Mabes TNI Jelaskan Ketatnya Proses Seleksi Seorang Taruna Akmil
Kepala Pusat Penerangan Mabes Mayjen TNI Sisriadi menjelaskan ketatnya tahapan proses seleksi yang sudah dilalui Enzo sehingga dinyatakan lolos sebagai Taruna Akmil.
Sisriadi menjelaskan, proses seleksi taruna Akademi Militer dilakukan bertingkat.
Mulai dari tingkat daerah yaitu di Kodim itu tingkat seleksi administrasinya.
Lalu di tingkat Korem atau Kodam diadakan pengujian.
Sisriadi menjelaskan, ada sejumlah tes yang harus dilalui Enzo dan Taruna lainnya sehingga dapat lulus sebagai Taruna Akmil.
"Pertama administrasi. Mulai dari umur dia tidak boleh kurang dari 18 tahun dan tidak boleh lebih dari 24 tahun. Lalu harus ada surat keterangan dokter yang menyatakan dia sehat. Itu harus lengkap dulu suratnya. Kemudian ada tes jasmani, ada tes psikologi, ada tes akademis, kemudian yang paling penting tes mental ideologi," kata Sisriadi ketika dihubungi Tribunnews.com lewat sambungan telepon, Rabu (7/8/2019).
Sisriadi menjelaskan, tes mental ideologi dilakukan karena TNI tidak ingin kemasukan orang-orang yang berideologi selain Pancasila.
Khusus untuk tes mental ideologi, ia menjelaskan ada dua tes yang harus dilalui oleh Enzo dan Taruna lainnya.
"Khusus untuk tes mental ideologi. Cara menyeleksinya pertama dilakukan secara tertulis. Mereka menjawab puluhan pertanyaa secara tertulis. Setelah menjawab secara tertulis, maka di hari itu juga atau palimg lambat besoknya akan langsung dilakukan tes wawancara untuk pendalaman. Jadi dia akan ditanya apa yang dia tulis, dan ada juga daftar pertanyaan dari yang tidak tertulis. Untuk meyakinkam kalau si calon ini benar-bemar Pancasilais. Tidak memiliki ideologi selain Pancasila," kata Sisriadi.
Ia pun menjelaskan bahwa setiap Taruna harus menghadapi tiga orang penguji dalam tahapan tersebut.
Sisriadi mengatakan bahwa tidak ada sistem yang sempurna.
Namun, jika sudah dinyatakan lolos seperti Enzo maka artinya setiap Taruna telah memenuhi semua persyaratan.
"Kalau sudah dinyatakan lolos seperti Enzo, maka sudah memenuhi persyaratan. Sekarang dia sudah belajar dan berlatih di Magelang. Sudah diisolasi, tidak bisa berhubungan dengan siapapun kecuali dengan pelatihnya," kata Sisriadi.

Sisriadi menegaskan, bahwa di selama proses pendidikan dan latihan seluruh Taruna akan tetap diberikan materi mengenai ideologi Pancasila.
Namun, menurutnya yang belum banyak diketahui masyarakat adalah para Taruna tersebut akan menjalani tes mengenai mental ideologi yang sama untuk menguji ideologi mereka.
"Tentu ada. Tapi selain itu, ada informasi lain yang tidak banyak diketahui masyarakat. Kami juga punya prosedur. Jadi selama dia dididik sampai lulus atau menjelang lulus itu masih kita dalami juga. Orang-orang yang ideologinya non Pancasila pasti ketahuan. Karena setiap tahun ada tes yang sama," kata Sisriadi.
Selain itu, pihak TNI juga akan melakukan pendalaman mengenai ideologi tersebut melalui Babinsa, Koramil, BAIS TNI terhadap keluarga Taruna.
"Di luar juga tetap dilakukan pendalaman oleh Babinsa, Koramil, BAIS. Terhadap orang tuanya, Bapaknya, Ibunya kau masih ada. Kakaknya, Adiknya, Pamannya. Pendalaman itu sampai empat tahun," kata Sisriadi.
Sisriadi menegaskan, meski telah lolos seleksi Taruna Akmil dan menjalani pendidikan dan latihan, namun hal itu tidak menjamin bahwa Taruna tersebut tidak akan dikeluarkan dari Akademi terlebih jika dalam proses tersebut ideologi mereka berubah atau bukan Pancasila.
"Dulu teman saya juga ada yang dikeluarkan di tingkat empat karena ideologi. Walaupun ketahuannya sudah tingkat empat, negara sudah membiayai banyak, tidak masalah dikeluarkan. Yang penting tidak ada yang non Pancasilais," tegas Sisriadi.

Untuk itu, ia menilai terkait dengan Enzo, pihaknya tidak terburu-buru mengambil sikap.
"Dalam hal ini, kita tidak boleh buru-buru. Kenapa? Bisa jadi dia Pancasilais, terus ada yang menyebar isu. Kalau dia tidak radikal tapi banyak yang iri bisa saja kan. Kita harus hati-hati. Kita menggunakan intelijen manusia, intelijen teknologi kita gunakan. Intinya kami tidak buru-buru menjudge dia," kata Sisriadi.
Ia pun menegaskan, jika nantinya Enzo atau Taruna lainnya terbukti secara kuat memiliki ideologi selain Pancasila maka pihaknya tidak ragu untuk mengeluarkan.
Sebaliknya, jika memang tidak terbukti maka Enzo akan tetap melanjutkan proses belajarnya di Akademi Militer.
"Kalau dia betul radikal, pasti dikeluarkan. Tapi kita harus punya bukti kuat sekali. Itu semua berlaku tidak hanya untuk Enzo, tapi kepada seluruh taruna yang sedang belajar sekarang. Kita tetap mendalami. Kalau terbukti radikal kita keluarkan, kalau tidak terbukti dia lanjut," kata Sisriadi. (***)
Artikel ini telah tayang di Tribunjakarta.com dengan judul Enzo Diisukan Terpapar Radikalisme, Roy Suryo Beberkan Analisanya Soal Akun Facebook yang Dihapus