Ini Langkah Pabrik Tekstil Terbesar Duniatex Group Membayar Utang Jumbonya

September mendatang, obligasi yang ditawarkan dengan bunga 8,625% dan punya tenor hingga 2024 ini mesti dibayarkan kupon pertamanya.

dok Duniatex
Salah satu pabrik tekstil Duniatex 

TRIBUNBATAM.ID, JAKARTA - Duniatex Group, pabrik tekstil terbesar di Indonesia yang terlilit utang mulai melakukan berbagai persiapan untuk menyusun strategi melunasi tagihan-tagihannya.

AJCapital Advisory yang ditunjuk sebagai konsultan kini sedangh menyisir aset di 25 pabrik dari enam anak perusahaan Duniatex Group, Kontan.co.id melaporkan.

Kesulitan keuangan Duniatex bermula dari kegagalan entitasnya yaitu PT Delta Dunia Sandang Textile (DDST) membayar bunga senilai US$ 13,4 juta dari utang sindikasi senilai US$ 260 juta pada 10 Juli 2019 lalu.

Kegagalan DDST menjalar, entitas Duniatex lainnya yaitu PT Delta Merlin Dunia Textile (DMDT) yang menerbitkan global bond senilai US$ 300 juta peringkatnya terpangkas hingga ke level junk bond atau sampah.

Hal ini yang kemudian bikin geger, padahal saat masa penawaran, obligasi tersebut mengalami kelebihan permintaan (oversubscribed) hingga tiga kali.

September mendatang, obligasi yang ditawarkan dengan bunga 8,625% dan punya tenor hingga 2024 ini mesti dibayarkan kupon pertamanya.

“Untuk kupon pertama sudah kami siapkan senilai US$ 12,9 juta yang sudah kami sisihkan di rekening penampung. Jadi untuk pembayaran kupon pertama tidak mungkin gagal,” kata Direktur AJCapital Fransiscus Alip saat ditemui Kontan.co.id, Jumat (9/8/2019)

Meskipun sudah menyiapkan bunga untuk kupon pertamanya masalah belum rampung, dan makin merembet. Sebab, secara konsolidasi Duniatex tercatat punya utang menggunung hingga Rp 18,79 triliun.

Nilai tersebut berasal dari enam entitas Duniatex: DDST senilai Rp2,922 triliun, DMDT senilai 5,711 triliun, PT Delta Dunia Textile (DDT) senilai Rp 4,676 triliun.

Kemudian PT Delta Merlin Sandang Textile (DMST) senilai Rp 3,264 triliun, PT Delta Setia Sandang Asli Textile (DSSAT) senilai 2,128 triliun, dan terakhir PT Perusahaan Dagang Dan Perindustrian Damai alias Damaitex senilai Rp 97 miliar.

Total utang tersebut melibatkan lebih dari 40 kreditur dan tak cuma diberikan secara bilateral, melainkan secara sindikasi. Sindikasi DDST senilai US$ 260 juta kini masih tersisa US$ 156 juta yang belum dibayar. 

Kemudian sindikasi DDT senilai US$ 150 juta masih menyisakan US$ 138 juta yang belum dibayar. Terakhir, sindikasi DMDT senilai US$ 215 juta masih menyisakan tunggakan US$ 81 juta.

Dari laporan Standard & Poor, September mendatang DMDT juga mesti membayar bunga sindikasinya sekitar US$ 5 juta.

“Untuk sindikasi DDST karena default belum ada pembayaran lagi, untuk sindikasi lainnya mesti saya periksa dulu bagaimana pembayarannya. Namun, kalau melihat likuiditas yang masih ketat, dan prioritas diarahkan ke operasional. Jadi kalau sampai terjadi gagal bayar lagi, saya tidak heran. Sedangkan untuk kupon obligasi kedua DMDT pada Maret sepertinya itu masih jauh,” papar Alip.

Sebelumnya beberapa kreditur Duniatex menyatakan telah menerima pernyataan dari Duniatex terkait kesulitan arus kas yang dialaminya. Makanya mereka kini juga tengah menanti skema restrukturisasi yang bisa ditawarkan Duniatex.

Pembayaran ke kami sampai Juni, untuk Juli belum. Kepada semua krediturnya sudah cash flow issue,” kata Direktur Manajamen Resiko PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) Ahmad Siddik Badruddin saat ditemui Kontan.co.id, Rabu (7/8) di Jakarta.

“(Duniatex) perlu mengatur kembali arus kasnya,” kata Direktur Bisnis Korporasi PT Bank Negara Indonesia tbk (BBNI) Putrama Wahju Setiawan kepada Kontan.co.id, Kamis (8/8).

Sementara  Manajer Humas Duniatex Group Donalia S Erlina bilang saat ini perbaikan arus kas memang jadi prioritas Duniatex Group. Beberapa langkah juga sudah disiapkan, utamanya terkait pengurangan beberapa biaya yang dinilai perseroan tak efisien.

“Dalam kondisi tertekan dan kaitannya terkait kondisi global yang belum stabil kami mesti mengurangi beberapa biaya. Betul kalau kami mesti efisien, dan yang kami lakukan saat ini adalah dengan mengurangi kapasitas produksi, tapi tidak terlalu besar. Kemudian yang bisa kami lakukan adalah pemotongan overtime (lembur) karyawan,” jelas Donalia dalam kesempatan yang sama.

Donalia menambahkan meskipun langkah efisiensi yang dilakukan Duniatex menyangkut pekerjanya, namun ia memastikan bahwa tidak ada Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).

Hanya beberapa fasilitas terhadap pekerjanya yang akan dipangkas, meskipun ia tak menjelaskan lebih lanjut apa saja benefit yang akan dikurangi.

Menyisir arus kas dari enam entitas Duniatex akan jadi pekerjaan AJCapital. Alip bilang akhir Agustus kelak, timnya ditargetkan selesai melakukan audit. Sedangkan mulai September ia akan mulai melakukan kunjungan untuk menawarkan skema restrukturisasi kepada para kreditur Duniatex.

“Sejauh ini kami masih proses, sehingga kami belum bisa menyusun skema restrukturisasinya. Setelah selesai menganalisis arus kas, nanti akan kelihatan bagaimana kondisi likuiditasnya secara keseluruhan. Dari sana baru akan dilihat apakah butuh restrukturisasi atau tidak?” Lanjut Alip.

Sumber: Kontan
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved