Perang Dagang China-Amerika Serikat, Tiga Negara Ini Dapat Berkah

Perusahaan di China mulai merelokasikan mayoritas operasional ke Malaysia di tengah perang dagang China-Amerika Serikat (AS) yang kian memanas.

Thinkstock.com/andriano_cz
Ilustrasi perang dagang 

TRIBUNBATAM.id - Perusahaan di China mulai merelokasikan mayoritas operasional ke Malaysia di tengah perang dagang China-Amerika Serikat (AS) yang kian memanas.

Bahkan tidak hanya ke Malaysia, tetapi juga Vietnam dan Thailand.

Perusahaan yang banyak melakukan relokasi menurut Direktur Eksekutif CORE Indonesia Mohammad Faisal adalah perusahaan-perusahaan high technology.

Perusahaan-perusahaan tersebut tentu memiliki pertimbangan, terutama soalinfrastruktur.

"Yang dibutuhkan mereka itu seperti jalan dan pelabuhan untuk transportasi, lalu listrik. Apalagi industri hi tech ini sangat bergantung pada listrik. Selanjutnya adalah koneksi internet," kata Faisal kepada Kontan.co.id pada Jumat (9/8/2019).

Ini Lho Perbedaan Head Unit Single dan Double DIN untuk Audio Mobil

HP ANDROID 2019 - Perbandingan Vivo S1 dan Vivo Z1 Pro, Beda Harga Rp500 ribu

Ramalan Zodiak Minggu 11 Agustus 2019, Gemini Progresif, Hari ini Adalah Harinya Aquarius

HAPE ANDROID 2019 - Samsung Galaxy A10 vs Redmi 7A, Hape Sejutaan yang Mumpuni

 

Dibandingkan dengan Indonesia, tiga negara tersebut dipandang Faisal lebih stabil.

Itu yang menjadi pertimbangan perusahaan-perusahaan China untuk melakukan relokasi bukan ke Indonesia.

Hal lain yang menjadi sorotan adalah dari sisi harmonisasi tax atau aturan perpajakan.

Malaysia banyak menerapkan bebas biaya masuk untuk bahan baku.

Ini menjadi keuntungan bagi perusahaan-perusahaan multinasional yang sangat bergantung pada lalu lintas ekspor impor.

"Misal untuk berbelanja bahan baku dari negara lain. Kan tidak pasti semua yang mereka dapatkan ada di daerah relokasi. Kalau bebas biaya masuk itu sangat menguntungkan," tambah Faisal.

Selain itu, lingkungan sosial juga diperhatikan oleh perusahaan-perusahaan tersebut.

Perusahaan multinasional membutuhkan iklim yang terbuka dengan budaya mereka.

Malaysia merupakan negara yang dipandang tepat.

Pertama, Malaysia juga terbiasa menggunakan bahasa Inggris dalam kehidupan sehari-hari. Kedua, banyak komunitas multiras di Malaysia, termasuk China.

Jadi itu dipandang memudahkan untuk branding. (Bidara Pink)

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved