SEDERET FAKTA Kerajaan Sriwijaya yang Heboh Karena Disebut Fiktif, Harta Karun Hingga Arkeologi

Warga sempat heboh mencari harta karun yang diperkirakan peninggalan Kerajaan Sriwijaya

KOMPAS/IRENE SARWINDANINGRUM
Kanal kuno peninggalan zaman Kerajaan Sriwijaya menjadi bagian dalam pertunjukan teatrikal Pelayaran Bersejarah Kerajaan Sriwijaya pada pembukaan Festival Sriwijaya di Taman Purbakala Kerajaan Sriwijaya, di Palembang, Sumatera Selatan, Senin (16/6/2014) malam. Festival yang digelar hingga 22 Juni itu diselenggarakan di situs pusat Kerajaan Sriwijaya dengan maksud memperkenalkan kembali dan melestarikan sejarah Sriwijaya 

“Rumah-rumah dibangun dengan bahan kayu dan bambu berupa rumah panggung atau rumah terapung,” lanjutnya.

Hal tersebut karena lokasi permukiman berada di tepian Sungai Musi yang terkadang meluap.

Menurutnya, dataran di wilayah Palembang pada masa silam banyak berupa rawa. Hanya bangunan keagamaan yang dibangun oleh Sriwijaya dengan bahan bata merah mengingat lokasinya di tempat tinggi.

Sementara itu, peneliti dari Balai Arkeologi Sumatera Selatan (Sumsel) Retno Purwati mengatakan Kerajaan Sriwijaya pertama kali ditemukan oleh sejarawan asal Perancis George Coedes pada 1918 setelah ditemukannya Prasasti Kota Kapur.

Prasasti Kota Kapur yang ditemukan di Desa Kota Kapur, Kabupaten Bangka, Kepulauan Bangka Belitung, berisi kalimat-kalimat ancaman berupa sumpah dan kutukan terhadap pihak yang tidak tunduk pada penguasa kala itu.

Seorang ahli epigrafi bangsa Belanda bernama H Kerm akhirnya membahas temuan itu.

Awalnya Sriwijaya sempat diduga sebagai nama seorang raja. Namun, setelah ditemukan Prasasti Kedukan Bukit di Palembang, diketahui Sriwjaya adalah nama kerajaan yang berdiri pada abad ke-7.

Prasasti lain yang menyangkut Kerajaan Sriwijaya juga ditemukan, baik dalam keadaan utuh maupun pecahan.

Selain itu, beberapa arkeolog dari luar negeri juga menbahas tentang Kerajaan Sriwijaya.

Salah satunya adalah penulis asal Jepang Takashi Suzuki yang telah dua kali menerbitkan buku tentang Kerajaan Sriwijaya.

Buku pertama yang terbit pada 2012 berjudul The History of Srivijaya Under the Tributary Trade System of China dan buku kedua berjudul The History of Srivijaya Angkor and Champa yang terbit pada 2019.


Cincin emas bermotif bunga ditemukan warga di Situs Talang Petai Simpang Tiga, Ogan Komering Ilir, Sumsel.(Dok. Humas OKI)

Retno mengatakan pada 2014 saat seminar soal Kerajaan Sriwijaya, arkelog dari India, Inggris, Jepang, dan Singapura juga sempat berdatangan ke Palembang.

“Dan bahkan sampai sekarang ibu kota Sriwijaya jadi rebutan, ada yang bilang di Palembang, Jambi, Pekanbaru, Medan, Malaysia, bahkan Thailand. Kalau fiktif, kenapa sampai direbutkan begitu?” ujarnya.

Sementara itu, sejarawan Pangkalpinang, Akmad Elvian, mengatakan, prasasti di Kota Kapur Bangka, Kepulauan Bangka Belitung, yang berangka 608 Saka atau 686 Masehi adalah salah satu bukti kuat tentang keberadaan dan nama kedatuan Sriwijaya.

Halaman 3 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved