DEMO HONG KONG
Hong Kong Bergolak Lagi, Demionstran Bersenjata Bom Molotov Hadapi Gas Air Mata Polisi
Aksi demo itu memanas setelah kelompok pro-China merusak merusak sejumlah "Lennon Walls" atau dinding yang dipenuhi striker anti-pemerintah
TRIBUNBATAM.ID, HONG KONG - Situasi Hong Kong kembali memanas, Sabtu (21/9/2019) sore.
Kepolisian Hong Kong kembali terlibat bentrok dengan aktivis pro-demokrasi Hong Kong di Tuen Mun.
Polisi menembakkan gas air mata sementara demonstran membalas dengan bom molotov.
Aksi demo itu memanas setelah kelompok pro-China merusak merusak sejumlah "Lennon Walls" atau dinding yang dipenuhi striker anti-pemerintah yang menjadi bagian ekspresi protes terhadap pemerintah Hong Kong sejak awal Juni lalu.
• TAK BERCANDA: Video Ayah dan Anak di Malaysia Kembalikan Kabut Asap ke Indonesia
• Ternyata Ini Fungsi Lubang dalam Piringan Cakram Motor yang Sebenarnya
• Pasar Rakyat bisa Menjadi Pasar Standar Nasional Indonesia
Para demonstran berkumpul di kantor-kantor pemerintah di kota Tuen Mun. Mereka membakar bendera Cina dan merobohkan pagar trotoar, tong sampah dan properti jalan lainnya, untuk dijadikan barikade memblokir jalan.
Dilansir South China Morning Post. polisi melakukan sejumlah penangkapan dan sejumlah mobil pemadam kebakaran memadamkan api dari bom molotov demonstran.
Suasana Hong Kong memang semakin memanas setelah para demonstran berusaha untuk mencari simpati internasional dengan melakukan road show ke berbagai negara.

Joshua Wong, misalnya, salah satu pentolan aktivis Hong Kong melakukan perjalanan ke Jerman, pekan lalu, yang kemudian mendapat protes dari Beijing.
Beijing juga mengecam parlemen Amerika Serikat yang menyatakan dukungan terhadap aktivis pro-demokrasi.
China mengatakan, pihaknya berkomitmen pada regulasi "satu negara dua sistem" dan menegaskan tidak akan intervensi terhadap masalah di Hong Kong.
Sementata itu, Amnesti Internasional menuduh polisi Hong Kong melakukan penangkapan sewenang-wenang dan penyiksaan terhadap pendemo.
Lusinan kelompok pro-Beijing melakukan perlawanaqn terhadap para aktivis yang mereka sebut memiliki agenda tersembunyi untuk memojokkan China, padahal negara itu bagian dari China setelah diserahkan Inggris tahun 1997.
"Aku orang China!" teriak seorang pro-Beijing pendukung Beijing saat berhadapan dengan pengunjuk rasa.
Mereka juga menuduh pemerintah asing, termasuk Amerika Serikat dan Inggris ikut menghasut para perusuh dan memecah-belah rakyat Hong Kong.
"Lennon Wals" bermunculan sejak Juni lalu di berbagai tempat, seperti di halte bus, pusat perbelanjaan, di bawah jembatan penyeberangan, koridor pejalan kaki, universitas dan stasioun MRT (MTR).

Sejumlah lokasi itu menjadi titik bentrokan antara pendemo dengan polisi sepanjang 3,5 bulan ini.
Akibat memanasnya suasana, Sabtu sore, otoritas kereta bawah tanah, MRT, menutup stasiun di dekat lokasi potensial bentrokan, termasuk Tuen Mun.
Hal itu dilakukan karena dalam bentrokan sebelumnya, stasiun kereta api adalah salah satu sasaran kemarahan pendemo karena berbagai fasilitas stasiun dirusak.
Nyanyikan Chant di Mall
Setelah minggu-minggu yang membara, aksi demo akhir-akhir ini pindah ke mal untuk menghindari kejaran polisi.
Para pendemo yang kini memiliki chant atau mars sendiri, setiap akhir pekan menyanyikannya di mal-mal.
Akibatnya, seperti yang terjadi di Yoho Mall, Yuen Long, Sabtu, sebagian besar gerai memilih tutup karena khawatir terjadi bentrokan lagi antara polisi dan pendemo.

Protes di Hong Kong berasal dari penolakan RUU ekstradisi yang memungkinkan pelaku kriminal untuk diekstradisi ke negara asal mereka, termasuk China daratan.
Meskipun RUU tersebut kemudian ditarik, namun aksi demo terlah berkembang pada tuntutan yang lebih besar, yakni seruan untuk hak pilih universal.
Seorang legislator pro-Beijing, Junius Ho, mengimbau para pendukungnya untuk membersihkan sekitar 100 Lennon Walls di sekitar kota pada hari Sabtu.
Namun dalam sebuah pesan yang diposting Jumat malam di halaman Facebook-nya, Ho mengatakan "demi keamanan" Lennon Walls tidak akan dibersihkan, hanya jalanan.
Sejarah Lennon Walls berasal di Praha, saat masih dikuasai komunis pada 1980-an.

Sebuah dinding dipenuh dengan lirik pentolan grup Beatles, John Lennon yang kemudian diikuti oleh berbagai tempelan kertas berisi curhat politik.
Para pengunjuk rasa yang sebenarnya mulai mereda dalam seminggu terakhir, protes ataqs tindakan menghancurkan Lennon Walls tersebut dan kemudian kembali melakukan provokasi.
Dalam sebulan terakhir, aksi demo memang sering memanas di setiap akhir pekan.
Para pendemo anti-pemerintah yang berpakaian hitam dan menggunakan masker melakukan berbagai tindakan anarkis dan melemparkan bom molotov ke polisi, menghancurkan fasilitas publik dan memblokir akses menuju bandara.
Polisi selalu menghadapi pendemo dengan gas air mata, meriam air, peluru karet dan beberapa tembakan ke udara.
Aksi demo Hong Kong telah melumpuhkan ekonomi negara itu sehingga sebagian masyarakat yang awalnya ikut dalam aksi mulai jengah dan menarik diri.
Akibatnya, jumlah pendemo terus menyusut dan saat ini hanya berjumlah ratusan orang saja.