Rupiah Tertekan Demo Mahasiswa dan Perlambatan Ekonomi Eropa
Yudi mengatakan, demonstrasi yang terjadi di beberapa wilayah Indonesia tentunya membuat pelaku pasar enggan masuk ke pasar keuangan Indonesia.
TRIBUNBATAM.ID, JAKARTA - Faktor eksternal dan internal menekan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS.
Mengutip Bloomberg, di pasar spot, Selasa (24/9/2019), rupiah melemah 0,20 persen ke Rp 14.114 per dollar AS.
Sementara pada kurs tengah Bank Indonesia (BI), rupiah juga melemah 0,16 persen ke Rp 14.099 per dollar AS.
Kepala Ekonom BCA David Sumual mengatakan faktor eksternal sejatinya lebih mendominasi pelemahan rupiah hari ini.
Hebohnya demo mahasiswa yang menolak RUU KUHP dan revisi UU KPK ikut menambah pelemahan rupiah.
"Bursa regional hari ini menguat, jadi tekan rupiah," kata David, Selasa (24/9/2019).
Josua Pardede, Ekonom Bank Permata mengatakan, pelemahan rupiah lebih di pengaruhi oleh data rilis data PMI kawasan Eropa yang kompak lebih rendah dari proyeksi pasar.
Buruknya data ekonomi Eropa membuat pasar saham Eropa terkoreksi dan akhirnya mendorong dolar AS menguat. Imbasnya rupiah sebagai emerging market jadi tertekan.
"Fokus pelaku pasar pada perlambatan ekonomi Eropa dan penantian negosiasi perang dagang AS dan China," kata Josua.
Sementara, dari dalam negeri juga turut memberi sentimen negatif pada rupiah.
Yudi mengatakan, demonstrasi yang terjadi di beberapa wilayah Indonesia tentunya membuat pelaku pasar enggan masuk ke pasar keuangan Indonesia.
Yudi memproyeksikan rupiah besok masih akan bergerak melemah di rentang Rp 14.050 per dollar AS hingga Rp 14.150 per dollar AS.
Pelemahan yang tidak terjadi pada rupiah saja, melainkan mata uang emerging market lainnya.
Josua juga memproyeksikan rupiah pada Rabu (25/9/2019) masih akan melemah di rentang Rp 14.050 per dollar AS hingga Rp 14.150 per dollar AS.
Sementara, David memproyeksikan rupiah besok masih akan bergerak konsolidasi di rentang Rp 14.090 per dollar AS hingga Rp 14.160 per dollar AS.
Untuk jangka panjang, para ekonom dan analis optimistis rupiah masih memiliki potensi untuk menguat.
Yudi mengatakan jika demonstrasi berhenti, perundingan AS dan China mengahasilkan kesepakatan, dan isu resesi global mereda maka rupiah bisa menguat ke rentang Rp 13.850 per dollar AS hingga Rp 14.200 per dollar AS di akhir tahun ini.
Tentunya, potensi penguatan rupiah juga didukung dengan fundamental dalam negeri yang kokoh.
Josua mengamati, sejauh ini kondisi dalam negeri cukup menarik inevstor asing untuk masuk.
Apalagi setelah BI menurunkan suku bunga sehingga bisa mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Sementara, dari sisi defisit fiskal serta rasio utang terhadap pertumbuhan ekonomi masih dalam batas aman.
"Data ekonomi Indonesia tidak mengkhawatirkan," kata Josua. Akhir tahun ini, Josua memproyeksikan rupiah berada di Rp 14.100 per dollar AS hingga Rp 14.200 per dollar AS. (Danielisa Putriadita)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Demonstrasi dan Data Ekonomi Eropa Bikin Rupiah Tertekan"