Tak Kenal Usia, Mengabdi di Pedalaman Papua, 8 Fakta Dokter Soeko, Korban Kerusuhan Wamena
Dokter Soeko Marsetiyo meninggal di usia 53 tahun. Almarhum meninggalkan seorang istri dan tiga orang anak.
"Bagi keluarga juga aneh, hidup di sini (Semarang) enak, kok tidak mau. Tapi ya keinginannya memang begitu," tambahnya.
4. Sempat dibujuk keluarga
Diakui Endah, kalau pihak keluarga pernah mencoba untuk membujuk Soeko. Namun, anak nomor lima dari delapan bersaudara ini tetap bertekad bulat di Papua.
"Ya pasti (pernah membujuk), cuma jawabanya itu tadi, ke sini-sininya kalau ditanya dan dipaksa itu ya cuma senyum-senyum saja," katanya.
Masih dikatakan Endah, kakaknya tidak secara gamblang menjelaskan kepada keluarga alasan untuk tetap di Papua.
Secara pribadi, Soeko memang dikenal merupakan sosok yang lemah lembut.
"Enggak terlalu banyak bercerita tentang kenapa bertahan di sana, tetapi kalau melihat dari masyarakat Papua yang dekat dengan dia, nah itu nanti ketahuan. Teman-teman mengenal dia itu orang yang lemah lembut sebetulnya," jelasnya.
5. Sudah bertugas di Papua 15 tahun
Endah mengatakan, kakaknya sudah bertugas di Papua selama 15 tahun.
Selama bertugas di Papua, lanjutnya, lokasi tugas kakaknya berpindah-pindah tempat dan yang terakhir bertugas di Tolikara.
"Pokoknya di Papua itu sudah 15 tahun. Kira-kira sejak 2003 atau 2004," tambahnya.
6. Keluarga sulit berkomunikasi
Endah menungkapkan, karena pilihannya yang memilih untuk bertugas di Papua membuat keluarga harus rela tidak bisa setiap saat bertemu dengan dokter Soeko Marsetiyo.
Bahkan, untuk sekadar melepas kangen melalui telepon saja harus dua minggu sekali.
"Tinggal di Papua itu jadi keterbatasan waktu bertemu kita dan tahu sendiri daerah Tolikara itu susah sinyal. Jadi, kalau tidak salah, dia setiap dua minggu sekali turun untuk telepon," ungkapnya.
7. Sempat kirim sms
Sehari sebelum kejadian, lanjut Endah, kakaknya sempat mengirim SMS ke beberapa orang keluarganya.