DEMO HONG KONG
Hong Kong Makin Mencekam, Seorang Siswa tertembak, Polisi Minta Pemerintah Berlakukan Jam Malam
Remaja 18 tahun yang mengalami luka tembak pada dadanya menjadi bahan bakar bagi para demonstran Hong Kong dan berbagai negara yang pro-pendemo
TRIBUNBATAM.ID, HONG KONG - Situasi di Hong Kong semakin mencekam setelah satu korban jatuh saat demo yang berlangsung rusuh dan kacau, Selasa (1/10/2019), bertepatan dengan peringatan 70 tahun Republik Rakyat China.
Remaja 18 tahun yang mengalami luka tembak pada bagian dadanya ini menjadi bahan bakar bagi para demonstran dan berbagai negara yang pro-pendemo serta anti-China.
Pada Rabu (2/10/2019) siang, lalulintas di jantung pusat bisnis Hong Kong macet pada waktu makan siang, setelah ratusan pemrotes anti-pemerintah berkumpul di Chater Garden di Central dan berbaris di beberapa jalan utama.
Para pengunjuk rasa mengimbau masyarajat bergabung dalam rapat umum mendadak, yang dimulai sekitar pukul 12.30 siang.
• Tembus Rp 1,5 miliar, Inilah Koleksi Mobil Ketua DPR RI Puan Maharani
• 20 Tahun Kabur Penjara, Pria Ini Sembunyi di Goa, Kini Terisolasi, Berikut Foto-fotonya
• Megawati Tolak Salaman dengan Surya Paloh, Sekjen Nasdem Anggap Urusan Privat
Mereka memprotes penembakan seorang siswa berusia 18 tahun sehari sebelumnya.
Peserta demo kebanyakan adalah pekerja kantoran, dan mereka meneriakkan slogan-slogan saat berbaris di jalan-jalan di sekitar Chater Garden, memaksa bus dan kendaraan lain berhenti.
Kerumunan kemudian terpecah menjadi dua kelompok, beberapa menuju IFC Mall, dan Exchange Square, sementara yang lain melanjutkan ke Des Voeux Road Central, di mana department store Seni dan Kerajinan Cina menutup pintunya sebagai tanggapan.
Sekitar 500 orang berbaris di jalanan Millennium Plaza di Sheung Wan, sebelum mereka berbalik dan berjalan ke Taman Tamar di Admiralty.
HSBC menutup gerbang utama di kantor pusatnya di Central. Meskipun perbankan bukan target, keputusan diambil "sebagai tindakan pencegahan" karena protes tersebut.
"Kami tetap memberi pelayanan kepada nasabah di kantor cabang seperti biasa. Prioritas kami adalah keselamatan karyawan, pelanggan dan fasilitas kami," kata seorang jurubicara HSBC seperti dilansir South China Morning Post, Rabu (2/10/2019).
Kathy Chau, 26, yang bekerja untuk sebuah perusahaan keuangan multinasional di Central, memutuskan untuk bergabung dengan pawai selama istirahat makan siang, meskipun perusahaannya menentang protes.
"Melakukan hal yang benar lebih penting bagi saya daripada mengkhawatirkan apa yang dipikirkan atasan atau rekan saya tentang saya," kata Chau.
"Kami melihat peningkatan dalam penyalahgunaan kekuasaan oleh polisi selama beberapa bulan terakhir," katanya.
Siswa korban tembakan yang bernama Tsang Chi-kin mengalami luka hanya beberapa sentimeter dari hatinya. Kondisinya saat ini dilaporkan stabil.
Seorang pemrotes, yang bermarga Chan mengatakan, ia ikut aksi tersebut meskipun semua orang tahu bahwa 1 Oktober akan menjadi pertempuran besar.
"Para pemrotes menggunakan banyak cara untuk memprotes secara damai tetapi masih tidak mendapat tanggapan yang tepat dari pemerintah. Itu sebabnya kami meningkatkan tindakan. Saya pikir memblokir jalan adalah metode demonstrasi yang lebih damai. ”
Ratusan orang juga berkumpul di luar Millennium Plaza dekat Menara Cosco di Sheung Wan, meneriakkan slogan-slogan dan menyanyikan lagu protes Glory ke Hong Kong.
Seorang bankir berusia 23 tahun, bermarga Poon, mengatakan dia mogok untuk bergabung dengan protes.
"Saya tidak bisa menerima seorang petugas polisi yang mencoba membunuh seorang warga," kata Poon. "Saya berharap pekerja kantor yang tidak bisa turun hari ini tahu bahwa mereka tidak sendirian. Mereka seharusnya tidak takut untuk bergabung dengan protes. "
Penyelenggara meminta para pemrotes untuk membacakan pernyataan, diunggah ke LIHKG, sebuah forum online yang populer di mana para demonstran mendiskusikan strategi protes.
Sementara pihak kepolisian mengklaim bahwa penembakan itu terjadi karena polisi dalam kondisi terdesak.
Sebuah rekaman video yang diposting secara online menunjukkan sekelompok pengunjuk rasa mengejar seorang perwira polisi, menjatuhkannya ke tanah dan memukulinya.
Polisi anti huru hara lainnya bergegas maju dengan revolver dinasnya dan mengacungkan ke arah para demonstran.
Polisi terlihat berkelahi dengan Tsang yang mengayunkan tongkat logamnya ke petugas sehingga petugas kemudian melepaskan tembakan.
Pemuda ini kemudian terhuyung mundur dan jatuh ke polisi anti huru hara lainnya yang sedang diserang.
VIDEO PENEMBAKAN:
Sebuah sumber kepolisian mengatakan bahwa petugas yang melepaskan tembakan mengeluarkan peringatan lisan sebelum menarik pelatuknya, sementara Komisaris Polisi Stephen Lo Wai-chung mengatakan bahwa polisi tidak melanggar prosedur.
Namun, jatuhnya korban ini justru memicu eskalasi yang lebih besar lagi terhadap kepolisian, seperti kasus tertembaknya mata seorang demonstran, bulan lalu.
Para demonstran kemudian melakukan aksi dengan memperban mata mereka dan membuat berbagai pamplet dengan gambar seorang wanita yang terluka matanya sebagai "jualan" demo.
Di Admiralty, kerumunan massa berkumpul di depan markas pemerintah. Seorang siswa mengatakan, ia ingin memberikan dukungannya pada korban tembak tersebut.
"Saya sangat menghargai keberaniannya untuk berperang melawan rezim ini, meskipun saya tidak pernah pergi ke garis depan protes," kata seorang siswa.
Pada pukul 15.20, kerumunan menyanyikan "Glory to Hong Kong" di Admiralty Cente, lagu yang menjadi mars para demonstran sebulan terakhir.
Mereka meneriakkan tuduhan bahwa polisi melakukan pembantaian terhadap warga Hong Kong.
Mereka kemudian bergerak ke markas polisi sekitar 1 km jauhnya di Wan Chai.
Seorang pengacara berusia 30 tahun bermarga Li dari Shanghai mengatakan, ia terbang ke Hong Kong untuk menyaksikan secara langsung apa yang sedang terjadi.
Menueut dia, sebagian besar rakyat China daratan tidak tahu sepenuhnya apa yang terjadi di Hong Kong karena seluruh media China satu suara.
"Sangat sulit untuk mendapatkan dukungan untuk gerakan di Hong Kong, tetapi saya mendukungnya. ”
Desak Jam Malam
Asosiasi kepolisian Hong Kong mendesak pemerintah untuk mengeluarkan perintah jam malam atau mengadopsi langkah-langkah di bawah undang-undang darurat era kolonial.
Kondisi pasukan saat ini makin terjepit dan lelah akibat meningkatnya kerusuhan sosial yang mencengkeram kota selama hampir empat bulan.
Sehari setelah pengunjukrasa anti-pemerintah radikal merusak perayaan Hari Nasional China dengan amukan keras di seluruh Hong Kong, polisi mengungkapkan pada hari Rabu bahwa mereka telah menembakkan sekitar 1.400 gas air mata, 900 peluru karet, 190 peluru kacang (beanbag), dan 230 butir peluru spons.
Sebagai perbandingan, antara 9 Juni, ketika masalah pertama kali muncul, dan 20 September, petugas menggunakan 3.100 gas air mata, 590 peluru karet, 80 peluru kacang, dan 290 butir peluru spons.
Menurut Asosiasi Polisi Junior, pemimpin kota itu, Carrie Lam Cheng Yuet-ngor, telah gagal menghasilkan atau mengumumkan solusi konkret untuk krisis berbulan-bulan, sementara polisi tidak dapat menghadapinya sendirian.
Ia mengeluarkan pernyataan beberapa jam setelah petugas menembakkan enam peluru dan satu di antaranya mengenai siswa yang merupakan korban pertama peluru polisi Hong Kong sejak demo 8 Juni lalu.
Lam Chi-wai, ketua asosiasi kepolisian yang mewakili 80 persen dari kekuatan polisi muda mengatakan bahwa tidak ada istilah lain selain "kerusuhan" untuk menggambarkan situasi Hong Kong saat ini.
Korban tembak awalnya dilarikan ke Rumah Sakit Princess Margaret dengan cedera paru-paru yang serius, kemudian dipindahkan ke Rumah Sakit Queen Elizabeth.
Setelah operasi mengeluarkan proyektil peluru, siswa itu dilaporkan stabil.
Dalam siaran pers pemerintah yang dikeluarkan pukul 1.58 dini hari, Rabu, siswa tersebut dikatakan dalam kondisi stabil setelah operasi.
Seorang pemrotes berpakaian hitam lainnya mencoba menyelamatkan pemrotes yang terluka, tetapi juga ditundukkan oleh seorang petugas.
Sebuah sumber kepolisian mengatakan bahwa polisi diberi wewenang untuk melepaskan tembakan dalam situasi antara "hidup dan mati".
Dalam aturan kepolisian disebutkan bahwa polisi boleh membidik tubuh dan bukan anggota badan lain karena akan sulit membidik lengan dan kaki akan lebih saat bentrokan.
"Kita hanya perlu memastikan bahwa kita mencapai target yang diinginkan dan tidak salah sasaran," katanya kepada SCMP.
Keluarga Tsang berada di rumah sakit dengan pengacara, sementara para guru dan teman-teman sekelasnya duduk di ruang tunggu unit kecelakaan dan gawat darurat.
Dua wakil kepala sekolah dari sekolah itu, Ho Wa-hung dan Dr Lau Sui-yee, mengunjungi rumah sakit tetapi pergi tanpa mendapatkan kesempatan untuk melihat Tsang.
Dua scan medis yang bocor menunjukkan pecahan peluru di dadanya. Sebuah sumber yang meninjau pemindaian mengatakan peluru itu tidak mengenai jantung.
Penasihat Senior Lawrence Lok Ying-kam mengecam, langkah petugas itu dapat dilihat sebagai "percobaan pembunuhan yang tidak dapat dimaafkan".
Inspektur Senior Polisi Yolanda Yu Hoi-kwan mengatakan dia "sedih" dengan penembakan itu.
"Ketika seorang perwira merasa hidupnya berada di bawah ancaman serius, dia menembakkan peluru ke penyerang untuk menyelamatkan nyawanya sendiri dan nyawa rekan-rekannya," kata Yu.
Demo Selasa kemarin memang sudah diperkirakan berlangsung rusuh dan hampir terjadi di seluruh kota Hong Kong.
Para pendemo menyerang polisi, bahkan membakar sejumlah toko dan bangunan serta merusak bebearapa fasilitas publik, termasduk stasiun.
Polisi menangkap lebih dari 100 orang hingga tengah malam.
