Live Streaming Malam Ini Pertemuan Surya Paloh dengan Prabowo
Setelah bertemu dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada Jumat (11/10/2019) lalu, Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto dijadwalkan akan berte
TRIBUNBATAM.id - Jelang pelantikan Presiden dan Wakil Presiden serta penyusunan kabinet, tokoh-tokoh politik kian intensif bertemu.
Setelah bertemu dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada Jumat (11/10/2019) lalu, Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto dijadwalkan akan bertemu dengan Ketua Umum Partai NasDem, Surya Paloh, malam ini, Minggu (13/10/2019).
Dikutip dari Kompas.com, Juru Bicara Prabowo, Dahnil Anzar membenarkan rencana pertemuan itu.
"Benar (Prabowo dan Surya Paloh akan bertemu malam ini), silaturahmi saja," kata Dahnil, MInggu.
Dahnil mengatakan, kedatangan Prabowo karena diundang oleh Surya Paloh.
"Diundang Bang Surya. Pak Prabowo diundang," lanjut Dahnil.
Namun Dahnil tidak menjelaskan lebih lanjut tentang tujuan pertemuan tersebut.
Sebelumnya, pihak Partai NasDem juga telah mengonfirmasi tentang rencana pertemuan Prabowo dan Surya Paloh.
Hal itu disampaikan oleh Ketua DPP Partai Nasdem Irma Suryani Chaniago.
"Surya Paloh dan Prabowo pasti bertemu. Namun kapan waktunya, kami belum tahu," kata Irma, Sabtu (12/10/2019), dikutip dari Antara.
Anda dapat mengikuti live streaming pertemuan Prabowo-Surya Paloh di link Kompas TV di bawah ini:
Prabowo Bertemu Jokowi, Sinyal Gerindra Masuk Kabinet?
Presiden Jokowi dan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto bertemu di Istana Kepresidenan, Jumat (11/10/2019).
Apakah ini menjadi tanda akan bergabungnya Gerindra dalam Kabinet Jokowi-Maruf Amin?
Pengamat politik dari Universitas Paramadina Djayadi Hanan menilai pertemuan Jokowi dan Prabowo semakin menegaskan Gerindra siap bergabung di pemerintahan.
"Makin menegaskan bahwa Gerindra siap bergabung di kabinet," ujar pengamat politik dari Universitas Paramadina Djayadi Hanan kepada Tribunnews.com, Minggu (13/10/2019).

Di sisi lain, kata dia, ini juga sinyal kuat kepada partai-partai pendukung Jokowi yang cenderung menolak bergabungnya Gerindra.
"Jadi bola di tangan Pak Jokowi dan parpol-parpol pendukungnya," ujar Direktur Eksekutif Lembaga Survei Indonesia (LSI) ini.
Menurut dia, kepastian bergabungnya Gerindra kini tergantung pada berhasil atau tidaknya Jokowi meyakinkan parpol-parpol pendukungnya dalam pilpres lalu.
Dia menduga, ada kemungkinan parpol pendukung Jokowi tersebut keluar dari koalisi Jokowi, bila Gerindra bergabung.
Tapi imbuh dia, jika Jokowi tegas dalam sikapnya mengajak Gerindra, dia duga parpol-parpol pendukung pada akhirnya akan tetap bersama di pemerintahan.
"Alasannya karena dalam kalkulasi politik untuk konsolidasi partai menuju 2024 akan lebih menguntungkan bagi parpol-parpol tersebut untuk berada dalam pemerintahan," jelasnya.
Pengamat Politik dari Indo Barometer, M Qodari juga menilai hal yang sama di balik pertemuan kedua antara Jokowi dengan Prabowo.
"Pertemuan Jokowi dan Prabowo di Istana juga menjadi sinyal kuat. Apalagi kalau Prabowo menyatakan siap membantu jika diperlukan. Itu kira-kira 90 persenlah, Gerindra akan bergabung. Sisanya 10 persen, kalau terjadi dinamika-dinamika lain yang terjadi di depan," ujar Qodari.
Dia melihat ada tiga aspek penting menunjukkan peluang Gerindra gabung dengan pemerintah itu besar.
Pertama, dari sisi ideologi, PDI Perjuangan sebagai partai yang membesarkan Jokowi, sama dengan Gerindra itu adalah partai nasionalis.
"Bahkan dari platform, sebetulnya PDI Perjuangan dan Gerindra itu mirip saudara sepupu. Kalau PDI Perjungan itu partainya wong jilik. Gerindra bicara petani dan nelayan. Dari awal berdiri demikian," jelasnya.
Fokus PDI Perjuangan dan Gerindra juga sama, yakni soal pangan, keadulatan, pertahanan.
"Gaya Prabowo juga terinspirasi Bung Karno. Lihat saja gaya berpakaian Prabowo, gayanya Bung Karno dahulu," ucapnya.
Kedua, Jokowi dan Prabowo punya hubungan yang mesra.
Walaupun rival di Pilpres 2019 lalu, tapi sepanjang periode 2014-2019, mereka saling bertemu.
"Juga saling support. Bahkan sudah bertemu juga pascapilpres 2019 lalu," jelasnya.
Ketiga, Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri juga sudah bertemu dengan Prabowo.
"Megawati juga berhubungan baik dengan Prabowo, sampai sempat menimbulkan istilah poros Teuku Umar," katanya.
Jadi dari tiga aspek itu, dia menilai, peluang Gerindra gabung dengan pemerintah itu sangat besar.
Apalagi dari kacamata Jokowi. Karena Jokowi baru akan merasa nyaman, jika partai yang berada di pemerintahan itu mencapi 70-75 persen.
"Hal itu juga tercermin pada periode 2014-2019 lalu. Kalau dulu itu yang ditarik adalah Golkar. Sekarang Gerindra," ujarnya.
Karena itu, jika melihat dari variabel-variabel itu, sangat mungkin Gerindra akan bergabung ke dalam pemerintahan.
"Tinggal detailnya saja, apa dan berapa menteri, itu masih dalam proses "negosiasi." Itu kira-kira 90 persen lah, Gerindra akan bergabung. Sisanya 10 persen, kalau terjadi dinamika-dinamika lain yang terjadi di depan," jelasnya.
Pengamat politik dari Universitas Paramadina Hendri Satrio melihat sebaliknya, bahwa kecil peluang Gerindra akan memperoleh kursi di Kabinet Joko Widodo (Jokowi)-Maruf Amin.
Meskipun Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto sudah bertemu dengan Jokowi di Istana Kepresidenan, Jumat (11/10/2019).
"Kecil kemungkinan Gerindra akan dapat kursi Kabinet, saat Jokowi bertemu dengan Prabowo ini," ujar pendiri lembaga analisis politik KedaiKOPI ini kepada Tribunnews.com, Jumat (11/10/2019).
Apalagi dalam pertemuan bersama Jokowi, Prabowo menyatakan, bila dibutuhkan saja, akan siap bergabung.
"Hingga saat ini saya masih melihat sangat kecil kemungkinan Gerindra akan dapat kursi menteri dengan alasan partai-partai koalisi Jokowi yang sudah banyak," jelasnya.
Kalaupun Jokowi memberikan jatah Menteri, kata dia, maka sosok itu bukan kader Gerindra. Tapi akan berasal dari tokoh yang terafiliasi atau didorong Prabowo.
"Kalau dapat, sosok yang akan mengisi kursi Menteri itu bukan berasal dari kader Gerindra. Tapi profesional atau tokoh yang terafilisisi dengan Prabowo atau didorong Prabowo," katanya.
Melalui pertemuan dengan Prabowo, menurut dia, Jokowi hanya ingin memperbanyak dukungan dari partai politik dalam menghadapi sejumlah isu strategis, misalnya Perppu KPK, pemindahan Ibukota Negara dan Amandemen UUD 1945.
"Tampaknya Jokowi sedang memperbanyak teman. Terutama untuk beberapa hal yang memang dia butuh dukungan. Misalnya isu Perppu KPK, pemindahan ibukota, bahkan Amandemen UUD 1945. Sehingga dukungan dari banyak pihak ini menjadi diperlukan," tegasnya.
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul LIVE STREAMING Pertemuan Surya Paloh-Prabowo Malam Ini