KILAS BALIK
Menguak SOSOK Kapolri yang Dicopot Presiden, Bermula Ungkap Perkosaan, Pesan Sang Ibu Bikin Tenang
Jenderal pemberani ini lantas membentuk tim khusus bernama Tim Pemeriksa Sum Kuning atas kasus perkosaan
Menguak SOSOK Kapolri yang Dicopot Presiden, Bermula Ungkap Perkosaan, Pesan Sang Ibu Bikin Tenang
TRIBUNBATAM.id - Polisi adalah lembaga yang tak tergantikan, kata-kata ini dikutip dari pernyataan penulis hebat Prancis, Casamayor seperti dilansir dari buku 'Hoegeng: Oase Menyejukkan Di Tengah Perilaku Koruptif Para Pemimpin Bangsa', karya Aris Santoso terbitan Bentang Pustaka.
Polisi itu ibarat sepatu yang senantiasa dibutuhkan.
Bila sepatu itu kemasukan air, apakah sepatu itu akan dibuang dan kita berjalan dengan kaki telanjang?
Sepatu itu dikeringkan dengan menjemurnya, kalau ada yang sobek dijahit, tetapi sepatu itu tetap diperlukan untuk melindungi kaki dari beling, paku, dan benda tajam lainnya.
Dalam konteks ini pula sangat relevan diketengahkan keteladanan seorang jenderal polisi bernama Hoegeng untuk dicontoh. Demikian ditulis buku 'Hoegeng: Oase Menyejukkan Di Tengah Perilaku Koruptif Para Pemimpin Bangsa'.
Bukan untuk kalangan polisi saja, tetapi masyarakat umum pun dapat belajar dari kisah kehidupan Pak Hoegeng.
Nama Jenderal Hoegeng Iman Santosa mungkin tak perlu diragukan lagi. Sosoknya adalah satu nama Kapolri di Indonesia yang legendaris.
Jenderal Polisi Hoegeng Iman Santosa terkenal akan kejujuran dan keberaniannya.
Berikut adalah salah satu fragmen kehidupan mantan Kapolri RI 1968-1971 ini.
Yogyakarta, 21 September 1970. Sumarijem, seorang penjual telur berusia 18 tahun, tengah menunggu bus di pinggir jalan. Tiba-tiba dia diseret ke dalam mobil oleh beberapa pria.
Sum dibius dan dibawa ke rumah kecil di wilayah Klaten.
Di sana dia diperkosa bergiliran oleh para penculiknya. Setelah itu Sum ditinggal begitu saja dipinggir jalan.
Gadis malang ini kemudian melapor ke polisi.
Bukannya dibantu, Sum malah dijadikan tersangka dengan tuduhan membuat laporan palsu. Dia diancam akan disetrum jika tidak mau menurut.
Sum pun disuruh membuka pakaiannya, dengan alasan polisi mencari tanda palu arit di tubuh wanita malang itu.
Karena melibatkan anak-anak pejabat yang berpengaruh, Sum malah dituding anggota Gerwani.
Kasus Sum disidangkan di Pengadilan Negeri Yogyakarta.
Jaksa menuntut Sum penjara tiga bulan dan satu tahun percobaan.
Tapi majelis hakim menolak tuntutan itu.
Dalam putusan, Hakim Ketua Lamijah Moeljarto menyatakan Sum tak terbukti memberikan keterangan palsu. Karena itu Sum harus dibebaskan.
Belakangan polisi menghadirkan penjual bakso bernama Trimo.
Trimo disebut sebagai pemerkosa Sum. Dalam persidangan Trimo menolak mentah-mentah.
Dalam putusan hakim dibeberkan pula nasib Sum selama ditahan.
Dia dianiaya dan dipaksa mengakui berhubungan badan dengan Trimo, sang penjual bakso. Hakim juga membeberkan Trimo dianiaya saat diperiksa polisi.
Hoegeng terus memantau perkembangan kasus ini. Sehari setelah vonis bebas Sum, Hoegeng memanggil Komandan Polisi Yogyakarta AKBP Indrajoto dan Kapolda Jawa Tengah Kombes Suswono.
Hoegeng lalu memerintahkan Komandan Jenderal Komando Reserse Katik Suroso mencari siapa saja yang memiliki fakta soal pemerkosaan Sum.
“Kita tidak gentar menghadapi orang-orang gede siapa pun. Kita hanya takut kepada Tuhan Yang Maha Esa. Jadi kalau salah tetap kita tindak,” tegas Hoegeng.
Jenderal pemberani ini lantas membentuk tim khusus bernama Tim Pemeriksa Sum Kuning.
Kasus ini terus membesar dan menjadi santapan media.
Sejumlah pejabat polisi dan sipil yang anaknya terkait dengan kasus ini coba membantah lewat media massa.
Tak disangka, kasus ini terus membesar dan dianggap mengganggu stabilitas nasional.
Presiden Soeharto bahkan sampai turun tangan agar kasus ini berhenti.
Dia meminta agar kasus ini diserahkan ke Tim pemeriksa Pusat Kopkamtib.
Persidangan lanjutan pun digelar.
Polisi mengumumkan tersangka pemerkosaan Sum ada 10 orang dan semuanya bukan anak pejabat seperti yang dituding Sum.
Para terdakwa ini membantah keras dan menyatakan siap mati jika benar memperkosa.
Hoegeng seperti tersadar.
Ada kekuatan besar yang membelokkan kasus ini.
Benar saja. Pada 2 Oktober 1971, Hoegeng dipensiunkan sebagai Kapolri.
Seusai dipensiunkan di umur 49, seperti dikisahkan dalam buku Hoegeng: Polisi dan Menteri Teladan karya Suhartono, Hoegeng kemudian mendatangi ibundanya untuk sungkem. “Saya tak punya pekerjaan lagi, Bu,” kata Hoegeng.
Sang ibunda menjawab tenang.
“Kalau kamu jujur dalam melangkah, kami masih bisa makan hanya dengan nasi dan garam,” kata sang ibunda.
Kalimat sang ibunda menenangkan hati Hoegeng dan keluarganya.
Dan, hingga akhir hayatnya, Hoegeng tetap setia di jalan kejujuran yang dipilihnya.
• BREAKINGNEWS - Sebuah Rumah di Desa Munjan Anambas Terbakar
• Pengamat Film Indonesia Puji Laura Basuki dan Sutradara di Film Susi Susanti, Detail dan Seru
• Uang Saku Hingga Biaya Wisuda, Daftar Beasiswa Kuliah Tokopedia di 25 Kampus Indonesia
• An Se-young, Pemain Masa Depan Korea Selatan, Juara Tunggal Putri French Open 2019 di Usia 17 Tahun
• Bikin Film Dokumenter K-Pop, BBC Soroti Lee Soo Man Pendiri SM Entertainment
• VIDEO-Arema FC vs Semen Padang Kick Off Jam 18.30 WIB, Kabau Sirah Tahu Cara Main Arema FC
FOLLOW IG INSTAGRAM TRIBUN BATAM
Artikel ini telah tayang di Tribunjatim.com dengan judul Sosok Kapolri yang Dicopot Soeharto, Bermula Ungkap Perkosaan, Pesan Sang Ibu Bikin Tenang