BATAM TERKINI

Warga Ngaku Sulit Dapat Gas 3 Kg, Diduga Ada Pangkalan Nakal di Sagulung Batam

Warga Batuaji dan Sagulung Batam mengeluhkan sulitnya mencari gas elpiji 3 kg. Diduga ada pangkalan yang bermain.

Tribun Batam/Argainto DA Nugroho
Ilustrasi 

TRIBUNBATAM.id, BATAM - Warga Batuaji dan Sagulung Batam mengeluhkan sulitnya mencari gas elpiji 3 kg.

Kalaupun dapat, harganya di kalangan pengecer naik menjadi Rp 22 ribu bahkan ada yang tembus hingga Rp 25 ribu per tabung. 

Robert Tamba (36), warga Dapur 12, kawasan Batu Aji mengakui sudah tiga hari terakhir tetangganya mengeluh soal kelangkaan bahan bakar utama keperluan rumah tangga ini.

"Saya kasihan melihat beberapa warga berkeliling kota mencari gas di Batuaji khusus di Kavling Lama, Dapur 12, dan Sagulung," kata pekerja di pabrik kawasan Muka Kuning di akun media sosialnya.

Robert berharap pemerintah turun tangan.

"Kenapa eceran pinggiran bisa menyimpan sampai 100 tabung gas bahkan lebih, tapi hanya mau jual kalo harga Rp 22 ribu," ujar Robert yang sudah dapat tanggapan bernada pembenaran  50-an netizen facebook Batam .

Hal sama juga dirasakan warga Sagulung. 

Mereka mengaku kesulitan dapat gas elpiji 3 kg di pangkalan langganan mereka.

"Ini sepertinya, tukang eceran pinggiran sudah duluan membelinya, mereka kebanyakan dapat harga eceran Rp 25 ribu, " kata Wahyu (37), pedagang nasi goreng di Kawasan Tembesi.

Di Kawasan Bengkong, rerata warga masih mendapatkan gas tabung melon 3kg dengan harga kisaran Rp19 ribu hingga Rp21 ribu.

Kebijakan pemerintah pusat, sejak tiga tahun terakhir mengurangi penggunaan gas bersubsidi.

Pemerintah dan Pertamina mengklaim kelangkaan distribusi karena gas untuk rakyat ini, banyak digunakan kalangan industri menengah yang seharusnya memakai gas non-subsisi tabung 5 kg dan tabung 12 kg.

Tahun 2018 lalu, PT Pertamina mengklaim tidak mengurangi kuota gas bersubsidi di wilayah Batam.

Rata-rata Pertamina menyaluran 940.000 tabung gas elpiji 3 kg per bulan atau 38.000 tabung setiap hari.

Data dari Pertamina, di Batam setidaknya 11 agen besar dan 1.800 pangkalan gas elpiji. 

Rerata penyaluran elpiji sekitar 940 ribu tabung per bulan atau 38 ribu tabung setiap harinya.

Jumlah kuota tersebut tidak ada perubahan bila dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

Penyaluran  gas 3 kg sesuai kuota yang diberikan pemerintah. 

Pertamina juga tak memiliki wewenang menambah maupun mengurangi kuota yang diberikan pemerintah pusat.

Pemilik Pangkalan Sebut Pasokan Aman

Sementara itu, pemilik pangkalan sekaligus tokoh masyarakat di Sagulung, yang enggan disebutkan namanya membantah terjadinya kelangkaan di Batuaji dan Sagulung.

Sulitnya mendapatkan gas itu karena banyak pemilik pangkalan yang sudah tidak menjalankan fungsinya sebagaimana mestinya.

"Di Sagulung dan Batuaji sama saja, banyak pemilik pangkalan bermain. Mereka menjual gas tiga kilogram ke pemilik usaha kecil. Tanpa mempedulikan masyarakat sekitar," kata Sumber Tribun, Sabtu (2/11/2019).

Dia menjelaskan, distribusi gas tiga kilogram dari pertamini selalu lancar, sesuai kuota agen masing -masing.

"Namun banyak pangkalan menjual kepada orang lain, seperti pedagang di pinggir jalan, terlebih pemilik usaha restoran dan juga rumah makan serta penjual makanan pinggir jalan," ungkapnya.

Sumber menjelaskan, satu rumah makan, minimal memiliki lima tabung gas, sementara restoran bisa sampai di atas lima tabung gas.

"Yang paling parahnya pemilik pangkalan menjual kepada pedagang lain. Seperti yang banyak dijumpai di pinggir jalan. Jelas pedagang di pinggir jalan menjual gas jauh lebih mahal," katanya.

Sumber juga mengatakan pemerintah sudah seharusnya melakukan pemantauan para pemilik pangkalan agar tidak menyalah gunakan pangkalannya.

"Kalau kita lihat seperti di Sagulung satu perumahan bisa mempunyai dua pangkalan. Jadi sangat tidak logika gas bisa habis," katanya.  

Agen Bantah Isu Kelangkaan Gas

Direktur Agen PT Dian Kerosene Pratama, Istiqomah A Putri membantah isu kekosongan gas elpiji di Dapur 12 dan Kapling Sagulung Batam.

"Sebagai agen pemasok tabung gas elpiji yang menyalurkan ke pangkalan di Kecamatan Sagulung, kami membantah ada informasi kekosongan alias kelangkaan itu," ujar Istiqomah A Putri, Direktur Agen PT Dian Kerosene kepada Tribun, Sabtu (5/10/2019).

Dia mengatatakan, setelah dilakukan pengecekan di pangkalan, tak benar ada kekosongan gas elpiji.

"Akibat kabar itu, kami sebagai pemasok dan juga pembina pangkalan dituntut Pertamina untuk mempertanggungjawabkan itu," ungkap dia.

Dikatakannya, jika terjadi kekosongan di salah satu pangkalan tabung gas elpiji, diharapkan tidak langsung memukul rata dan menyebut di satu kecamatan terjadi kekosongan tabung gas.

Sementara itu, Ibrahim, pemilik pangkalan gas di Dapur 12 itu mengaku di pangkalannya tidak pernah mengalami kekosongan gas elpiji.

Sementara, Unit Manager Communication & CSR Marketing Operation Region (MOR) I, Roby Hervindo saat dihubungi, Jumat (4/10/2019) terkait adanya kekosongan gas elpiji mengatakan, isu kelangkaan gas sengaja dihembuskan untuk mengerek harga.

 Rudi Diberi Waktu 4 Bulan Oleh Presiden Ubah Batam, Ini Tugas Pertamanya

"Jadi jangan percaya kalau ada informasi kekosongan gas," ujarnya.

Dikatakan Roby, pihaknya telah melakukan pengecekan di pangkalan namun stok gas masih mencukupi.

"Kelurahan Sungai Lekop, stok di pangkalan total 290 tabung, Kelurahan Sungai Langkai, stok di pangkalan total 210 tabung dan Kelurahan Sungai Binti, stok di pangkalan total 280 tabung," jelasnya.

Ia pun menghimbau agar warga membeli di pangkalan sesuai harga HET, pasokan tersedia mencukupi.

"Warga jangan mudah termakan isu kelangkaan. Nggak jarang isu itu sengaja dihembuskan, agar harga di pengecer bisa dikerek," katanya. (tribunbatam.id/thamzil tahir/ian sitanggang/beres lumbantobing)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved