Pertolongan Pertama Pada Serangan Jantung Seperti yang Dialami Djaduk Ferianto Sebelum Meninggal

Musisi asal Jogjakarta itu meninggal dunia di usia 55 tahun, pada Rabu 13 November 2019 dini hari.

|
Tribun Jogja/M Fathoni
Seniman etnik Yogyakarta, Djaduk Ferianto 

"Rasanya dada sangat sakit kayak mau mati, seperti ditekan benda berat. Enggak ada cara lain segera bawa ke rumah sakit."

Demikian penuturan dokter spesialis jantung dan pembuluh darah di Heart Center Siloam Hospital Lippo Village, Vito Damay di Jakarta, Jumat (3/8/2018) kemarin.

Jika ada dalam situasi tersebut, orang yang terkena serangan jantung harus diberi ruang untuk bernafas.

Salah satu caranya bisa dengan membuka bajunya agar dia bisa bernafas senyaman mungkin.

Selain itu, buat orang-orang sekitar tidak dalam situasi mengerumuni.

"Jangan dikerubungi, jangan dipakai selfie atau direkam. Bawa ke rumah sakit," tuturnya.

Jika orang yang terkena serangan jantung tersebut memiliki obat yang dibekali dokter, maka obat tersebut bisa diminumkan.

Biasanya, kata Vito, adalah obat bawah lidah yang berfungsi untuk meredakan gejala serangan jantung.

Namun, obat itu tidak membuat kita menunda untuk membawanya ke rumah sakit melainkan hanya bisa diberikan ketika dalam perjalanan ke rumah sakit.

"Itu untuk meredakan gejala saja tapi tidak menyelamatkan nyawa dia, atau menghancurkan pembekuan darah," kata Vito.

Hal terakhir yang bisa dilakukan adalah berdoa semoga dia masih bisa bertahan hingga rumah sakit.

"Karena banyak orang (serangan jantung) enggak bisa sampai ke rumah sakit," ucapnya.

Almarhum meninggalkan seorang istri Petra dan dan lima anak.

Ke lima anaknya yakni, Gusti Arirang, Ratu Hening, Rajane Tetabuhan, Kandida Rani Nyaribunyi.

Putra seniman kondang Bagong Kussudiharjo ini dikenal sebagai musisi. Ia memimpin grup musik Kua Etnika dan Orkes Keroncong Sinten Remen.

Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved