HARI AIDS SEDUNIA
60 Orang Menderita HIV/AIDS di Kabupaten Kepulauan Anambas
Angka ini menurut Kepala Sekretariat Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Anambas, tergolong tinggi bila dilihat jumlah penduduk sekitar 40 ribu jiwa.
TRIBUNBATAM.id,ANAMBAS - Sebanyak 60 orang menderita penyakit HIV/AIDS di Kabupaten Kepulauan Anambas, Provinsi Kepri.
Angka ini menurut Kepala Sekretariat Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Anambas, tergolong tinggi bila dilihat dari jumlah penduduk Anambas sekitar 40 ribu jiwa.
Sri Wahyuni pun menilai perlu adanya ruang khusus bagi pasien yang menderita penyakit menular.
Hal ini ia sampaikan, untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan, salahsatunya penyakit tersebut menular kepada orang lain.
Menurutnya, fasilitas seperti ruangan khusus yang diperuntukkan bagi pasien dengan penyakit menular masih minim pada sejumlah fasilitas kesehatan masyarakat yang ada di Anambas.
Tidak hanya itu, kelengkapan alat medis dalam menangani pasien dengan penyakit menular ini pun, memerlukan penanganan khusus yang seharusnya diimbangi dengan perlengkapan medis yang berbeda dengan perlengkapan pada umumnya.
"Angkanya cukup tinggi. Jumlah ini yang terdata, tidak menutup kemungkinan jumlahnya akan bertambah," ujar Sri Wahyuni Minggu (1/12/2019).
Komisi Penanggulangan Aids (KPA) pun, melakukan penyematan pita kepada tokoh masyarakat sebagai simbol peringatan HIV/AIDS.
Tidak hanya di Kecamatan Siantan, penyematan pita rencanaya akan dilakukan di sejumlah kecamatan lainnya seperti Palmatak dan Jemaja.
Ia berharap dengan adanya langkah ini dapat memberikan efek kepada masyarakat melalui pemahaman bahaya HIV/AIDS bagi diri sendiri.
"Dengan penyematan pita, dan kita juga memberikan pemahaman kepada masyarakat terkait bahaya HIV/AIDS di Tarempa dan pulau-pulau lain, semoga langkah ini bisa menjadi motivasi bagi masyarakat kita," ucapnya.
Penderita TBC Rentan Terjangkit
Ibu rumahtangga menjadi penderita HIV/AIDs di Anambas. Data dari Dinas Kesehatan, pengendalian penduduk dan keluarga berencana Kabupaten Kepulauan Anambas pada tahun 2017 menyebutkan, terdapat delapan dari 22 orang yang terjangkit virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia itu.
Delapan orang perempuan ini pun, diketahui terjangkit lantaran perilaku pasangannya yang kerap 'jajan' di luar.
"Delapan orang yang telah meninggal dunia. Total penderita yang telah meninggal dunia ada 16 dari 22 jumlah keseluruhan yang ada di Anambas," ujar Islam Malik Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan, pengendalian penduduk dan keluarga berencana Senin (12/3/2018).
Ia menjelaskan, dari 22 jumlah penderita HIV tersebut, enam diantaranya masih dalam perawatan dan pemantauan di klinik VCT yang ada di Anambas.
Enam orang ini terdiri dari empat orang laki-laki dan dua orang sisanya merupakan perempuan.
Islam Malik juga mengatakan, angka jumlah penderita penyakit ini pun, cenderung mengalami peningkatan dibandingkan pada tahun-tahun sebelumnya.
"Trennya cenderung mengalami peningkatan. Saat ini, kami terus melakukan pendataan. Karena fenomenanya seperti gunung es," ungkapnya.
Pihaknya mengatakan, penderita HIV/AIDs yang meninggal dunia disebakan lantaran sistem kekebalan tubuh mereka yang menurun, sehingga gampang terserang penyakit.
Penyakit TBC dan Diare, menjadi penyakit yang cukup rentan menyerang penderita HIV/AIDs tersebut.
Berbagai upaya dalam menekan berkembangnya virus HIV/AIDs diakuinya terus dilakukan, salahsatunya dengan memberikan sosialisasi dan pendataan khususnya kepada penderita TBC.
"Mengapa lebih ditekankan ke penderita TBC, karena setelah dilakukan screening, ada pasien TBC yang terinfeksi HIV. Meski demikian, pendataan terhadap pasien lain juga kami lakukan," bebernya.
Selain di Puskesmas Tarempa, klini VCT juga terdapat di dua pusat kesehatan, yakni di Rumah Sakit Lapangan Palmatak dan Rumah Sakit Bergerak di Jemaja.
Adapun untuk tenaga kesehatan, diakuinya terdapat lima orang dokter yang disebar pada tiga klinik VCT yang ada di Anambas.
"Kami juga mengimbau kepada masyarakat untuk berhati-hati dalam pola penyebarn HIV/AIDs ini. Salahsatunya dalam bercukur. Kalau bisa, kami mengimbau kepada tukang cukur untuk menggnti pisau cukur saat memangkas rambut. Stigma terhadap penderita HIV/AIDs ini juga yang perlu menjadi perhatian masyarakat," ungkapnya.(tribunbatam.id/Rahmatika)