Penampakan Rudal Tor M1 Iran yang Menghajar Pesawat Ukraina, 176 Penumpang Tewas
176 penumpang dan awak wafat saat pesawat Ukraina jenis Boeing 737-800 jatuh
TRIBUNBATAM.id - Setelah kehilangan jenderal kharismatik Qaseen Soleimani, kini Iran mendapat masalah yang lebih besar.
Iran dituding menembak jatuh pesawat penumpang milik maskapai Ukraina yang menewaskan seluruh penumpang dan kru pesawat.
Korban tewas adalah 82 orang Iran, 63 orang Kanada, 11 orang Ukraina, termasuk semua kru, 10 orang Swedia, empat orang Afghanistan, tiga orang Inggris dan tiga orang Jerman.
Kepala operasi darurat Iran mengatakan sebanyak 147 korban merupakan warga Iran.
Ini mengindikasikan bahwa sebanyak 65 orang berstatus dwikewarganegaraan
Perdana Menteri Kanada, Justin Trudeau mengatakan ada bukti yang mengindikasikan rudal Iran telah menembak jatuh pesawat penumpang milik maskapai Ukraina, kemungkinan karena kesalahan.
"Ini menguatkan pentingnya investigasi menyeluruh.
Warga Kanada punya sejumlah pertanyaan dan mereka berhak mendapat jawaban," paparnya.

Bagaimanapun, lanjut Trudeau, masih terlalu dini untuk menyalahkan atau menarik kesimpulan. Trudeau juga menolak menjabarkan rincian bukti yang dia maksud.
Sebanyak 176 penumpang dan awak wafat saat pesawat maskapai Ukrainian International Airlines jenis Boeing 737-800 jatuh sesaat setelah lepas landas dari Teheran menuju Kiev, Ukraina.
63 warga Kanada yang menjadi korban sejatinya menuju Toronto, Kanada, setelah transit di Kiev.
Sejumlah media Amerika Serikat, yang mengutip para pejabat AS, melaporkan bahwa Iran secara tidak sengaja menembak jatuh pesawat Ukraina dekat Teheran pada Rabu (08/01), sehingga menyebabkan seluruh penumpang dan awak meninggal dunia.
Beberapa pejabat AS, sebagaimana dikutip CBS, meyakini bahwa pesawat itu dihantam oleh rudal.
Sebelumnya, pemerintah Ukraina mengaku tengah menyelidiki apakah sebuah serangan rudal menembak jatuh pesawat tersebut, namun kepala badan penerbangan sipil Iran menyebut kemungkinan rudal menghantam pesawat "mustahil secara sains".
Peristiwa itu terjadi beberapa jam setelah Iran menyerang dua pangkalan udara Amerika di Irak, sebagai pembalasan atas pembunuhan Jenderal Qassem Soleimani.