Rhoma Irama dan Iwan Fals Duet di Acara Ulang Tahun Indosiar

Momen keduanya sepanggung berhasil menguras air mata dan membuat haru sejumlah penonton yang hadir di acara pesta perak 25 tahun Indosiar

Editor: Mairi Nandarson
Foto twitter
Momen saat Iwan FAls mencium tangan Rhoma Irama 

TRIBUNBATAM.id, JAKARTA - Sama-sama dikenal sebagai musisi dan penyanyi legendaris Indonesia, begini jadinya kalau Iwan Fals dan Rhoma Irama tampil sepanggung dan saling mengumbar pujian. 

Tak hanya di situ, Rhoma Irama memberikan kado untuk Iwan Fals. Rhoma Irama memberikan gitar akustik untuk Iwan Fals. 

Iwan Fals terlihat menangis mendapatkan kado gitar dari sang Raja Dangduth.

Hasil, Klasemen dan Top Skor Liga Italia Setelah Juventus Kalahkan AS Roma, Cristiano Ronaldo 14 Gol

Video Cuplikan Gol dan Highlight Man City Pesta Gol ke Gawang Aston Villa, Sergio Aguero Hattrick

Hasil Liga Inggris Aston Villa vs Man City, Sergio Aguero Hattrick di Pesta 6 Gol Manchester City

Tak banyak kata-kata yang diucapkan, namun Iwan Fals sempat menyampaikan permintaan mengundang Rhoma Irama berceramah di masjid kompleks rumah kediamannya.

Apa kata Rhoma Irama menjawab undangan Iwan Fals? 

Momen keduanya sepanggung berhasil menguras air mata dan membuat haru sejumlah penonton yang hadir di acara pesta perak 25 tahun Indosiar, Minggu (12/1/2020).
 Keduanya berkesempatan bernyanyi satu panggung di acara besar Indosiar tersebut.

Rhoma Irama maupun Iwan Fals berduet menyanyikan lagu ciptaan dari masing-masing legend ini mulai dari lagu dari Judi (ciptaan Rhoma Irama), dan lagu Buku Ini Aku Pinjam (ciptaan Iwan Fals)

Momen mengharu biru muncul ketika Haji Rhoma Irama memberikan sebuah kenang-kenangan berupa gitar akustik kepada Iwan Fals.

Bahkan mata sang Legend, Iwan Fals yang kerap mengkritik pemerintah Orde Baru melalui lirik lagu-lagunya sempat berkaca-kaca manahan haru.

Ia mengaku sangat menghormati Rhoma Irama.

Keduanya juga saling memuji kelebihan masing-masing.

Dalam kesempatan tersebut, Iwan Fals mengaku sangat kagum dengan Rhoma Irama.

Dengan sedikit tercekat dan menahan tangis Iwan Fals mengajukan permintaan kepada Haji Rhoma Irama.

" Bang Haji di  dekat rumah ada Masjid. Bisa tidak menjadi imam di hari Jumat," ujarnya seraya menahan air mata.

Menangapi permintaan tersebut Haji rhoma Irama langsung mengiyakan.

Video Cuplikan Gol dan Highlight AS Roma vs Juventus, 2 Gol dalam 10 Menit, Ronaldo Cetak Gol ke 14

Video Highlight dan Cuplikan Gol Adu Penalti Real Madrid vs Atletico Madrid, Real Madrid Juara

Hasil Liga Italia AS Roma vs Juventus, Ronaldo Cetak Gol ke 14, Juventus Menang dan Pimpin Klasemen

" Insya Allah saya siap," ujarnya.

Janji dari sang Raja dangdut tersebut rupanya juga mendapat respon penonton di Studio.

Terlebih ketika para host Irfan Hakim, dan Ramzi bersama penonton menyanyikan lagu "Kemesraan" 

Sontak hal itupun membuat Haji Rhoma Irama ikut menangis.

Keduanya bersama-sama menyanyikan lagu Kemesraan

" Ini adalah momen langka dua orang legend Haji Rhoma Irama dan Iwan Fals bernyanyi satu panggung,' ujar Irfan Hakim.

Iwan Fals mengaku  dirinya berani bermain musik karena terispirasi dari kata-kata Haji Rhoma Irama.

" Beliau salah satu yang membuat saya berani bermain musik, kata beliau saat itu sampaikan sesuatu itu dari hati, itulah yang membuat saya berani bermain musik, karena kata-kata beliau," ucap Iwan Fals.

Raja Dangdut Sukses di Musik dan Film

Rhoma Irama awalnya dikenal sebagai bintang film kanak-kanak, " Djendral Kantjil di tahun 1958.

Karirnya di musik dimulainya sejak usia 11 tahun. Dirinya menjadi penyanyi dan musisi ternama setelah jatuh bangun.

Dirinya mendirikan sejumlah band mulai dari band Gayhand tahun 1963. Tak lama kemudian, ia pindah masuk Orkes Chandra Leka, sampai akhirnya membentuk band sendiri bernama Soneta yang sejak 13 Oktober 1973 mulai berkibar.

Bersama grup Soneta yang dipimpinnya, Rhoma tercatat pernah memperoleh 11 Golden Record dari kaset-kasetnya.

Tidak hanya sukses di musik Rhoma Irama juga sukse dalam bermain film.

Berdasarkan data penjualan kaset, dan jumlah penonton film-film yang dibintanginya, penggemar Rhoma tidak kurang dari 15 juta atau 10 persen penduduk Indonesia. Ini catatan sampai pertengahan 1984.

"Tak ada jenis kesenian mutakhir yang memiliki lingkup sedemikian luas", tulis majalah TEMPO, 30 Juni 1984.

Sementara itu, Rhoma sendiri bilang, "Saya takut publikasi. Ternyata, saya sudah terseret jauh."

Rhoma Irama terhitung sebagai salah satu penghibur yang paling sukses dalam mengumpulkan massa.

Rhoma Irama bukan hanya tampil di dalam negeri tetapi ia juga pernah tampil di Kuala Lumpur, Singapura, dan Brunei dengan jumlah penonton yang hampir sama ketika ia tampil di Indonesia.

Sering dalam konser Rhoma Irama, penonton jatuh pingsan akibat berdesakan.

Orang menyebut musik Rhoma adalah musik dangdut, sementara ia sendiri lebih suka bila musiknya disebut sebagai irama Melayu.

Sebagai musisi, pencipta lagu, dan bintang layar lebar, Rhoma selama kariernya, seperti yang diungkapkan, telah menciptakan kurang lebih 1000 buah lagu dan bermain di lebih 20 film.

Sepanjang lebih dari 40 tahun kariernya, ia terkenal sebagai penyanyi yang sering sekali bergonta-ganti gitar, dan hebatnya gitar yang ia pakai bukanlah gitar sembarangan.

Ketika musik Dangdut masih dianggap kampungan baik karena lagu-lagunya, gaya penyanyinya, maupun instrumen alat musiknya pada tahun 70-an, Rhoma Irama justru melawan anggapan tersebut yang ditandai dengan revolusi musik Dangdut.

Revolusi yang tidak hanya mencakup irama Dangdut dan gaya bermusiknya, tapi juga instrumen yang digunakan terutama gitar

Data PT Perfin menyebutkan, hampir semua film Rhoma selalu laku.

Bahkan sebelum sebuah film selesai diproses, orang sudah membelinya. Satria Bergitar, misalnya.

Film yang dibuat dengan biaya Rp 750 juta ini, ketika belum rampung sudah memperoleh pialang Rp 400 juta. Tetapi,

"Rhoma tidak pernah makan dari uang film. Ia hidup dari uang kaset," kata Benny Muharam, kakak Rhoma, yang jadi produser PT Rhoma Film. Hasil film tersebut antara lain disumbangkan untuk masjid, yatim piatu, kegiatan remaja, dan perbaikan kampung.

Ia juga terlibat dalam dunia politik. Di masa awal Orde Baru, ia sempat menjadi maskot penting PPP, setelah terus dimusuhi oleh Pemerintah Orde baru karena menolak untuk bergabung dengan Golkar.

Rhoma Sempat tidak aktif berpolitik untuk beberapa waktu, sebelum akhirnya terpilih sebagai anggota DPR mewakili utusan Golongan yakni mewakili seniman dan artis pada tahun 1993. Pada pemilu 2004 Rhoma Irama tampil pula di panggung kampanye PKS.

Rhoma Irama sempat kuliah di Universitas 17 Agustus Jakarta, tetapi tidak menyelesaikannya.

"Ternyata belajar di luar lebih asyik dan menantang," katanya suatu saat.

Ia sendiri mengatakan bahwa ia banyak menjadi rujukan penelitian ada kurang lebih 7 skripsi tentang musiknya telah dihasilkan.

Selain itu, peneliti asing juga kerap menjadikannya sebagai objek penelitian seperti William H. Frederick, doktor sosiologi Universitas Ohio, AS yang meneliti tentang kekuatan popularitas serta pengaruh Rhoma Irama pada masyarakat. 

Sang Bongkar 

Virgiawan Listanto atau dikenal dengan nama panggungnya Iwan Fals (lahir di Jakarta, 3 September 1961; umur 58 tahun) adalah seorang penyanyi, musisi, pencipta lagu, dan kritikus yang menjadi salah satu legenda di Indonesia.

Bakat musiknya makin terasah di usianya yang ke-13 tahun, saat Iwan banyak menghabiskan waktunya dengan mengamen di Bandung.

Masa kecil Iwan Fals atau yang biasa kita kenal sebagai Iwan dihabiskan di Bandung, kemudian di Jeddah, Arab Saudi, selama 8 bulan. 

Bermain gitar dilakukannya sejak masih muda atau belum tua bahkan ia mengamen untuk melatih kemampuannya bergitar dan mencipta lagu. Ketika di SMP, Iwan menjadi gitaris dalam paduan suara sekolah.

Gaya bermusiknya telah dikatakan sebagai pop, rock, country, dan folk pop dan liriknya banyak menceritakan masa-masa kelam era 1970 hingga 1980-an di bidang politik

Lewat lagu-lagunya, ia 'memotret' suasana sosial kehidupan Indonesia pada akhir tahun 1970-an hingga sekarang, kehidupan dunia pada umumnya, dan kehidupan itu sendiri.

Kritik atas perilaku sekelompok orang (seperti Wakil Rakyat, Tante Lisa), empati bagi kelompok marginal (misalnya Siang Seberang Istana, Lonteku), atau bencana besar yang melanda Indonesia (atau kadang-kadang di luar Indonesia, seperti Ethiopia) mendominasi tema lagu-lagu yang dibawakannya.

Namun, Iwan Fals tidak hanya menyanyikan lagu ciptaannya sendiri tetapi juga sejumlah pencipta lain.

Iwan yang juga sempat aktif di kegiatan olahraga, pernah meraih gelar Juara II Karate Tingkat Nasional dan Juara IV Karate Tingkat Nasional 1989, sempat masuk pelatnas dan melatih karate di kampusnya, STP (Sekolah Tinggi Publisistik).

Iwan juga sempat menjadi kolumnis di beberapa tabloid olahraga.

Kharisma seorang Iwan Fals sangat besar. Dia sangat dipuja oleh kaum 'akar rumput'.

Kesederhanaannya menjadi panutan para penggemarnya yang tersebar di seluruh nusantara.

Para penggemar fanatik Iwan Fals bahkan mendirikan sebuah yayasan pada tanggal 16 Agustus 1999 yang disebut Yayasan Orang Indonesia atau biasa dikenal dengan seruan OI.

Yayasan ini mewadahi aktivitas para penggemar Iwan Fals. Hingga sekarang kantor cabang OI dapat ditemui di setiap penjuru nusantara dan beberapa bahkan sampai ke mancanegara

Selama Orde Baru, banyak jadwal acara konser Iwan yang dilarang dan dibatalkan oleh aparat pemerintah, karena lirik-lirik lagunya dianggap dapat memancing kerusuhan.

Pada awal kariernya, Iwan Fals banyak membuat lagu yang bertema kritikan terhadap pemerintah.

Beberapa lagu itu bahkan bisa dikategorikan terlalu keras pada masanya, sehingga perusahaan rekaman yang memayungi Iwan Fals enggan atau lebih tepatnya tidak berani memasukkan lagu-lagu tersebut dalam album untuk dijual bebas.

Belakangan Iwan Fals juga mengakui kalau pada saat itu dia sendiri juga tidak tertarik untuk memasukkan lagu-lagu ini ke dalam album.

Rekaman lagu-lagu yang tidak dipasarkan tersebut kemudian sempat diputar di stasiun radio 8EH Institut Teknologi Bandug.

Iwan Fals juga pernah menyanyikan lagu-lagu tersebut dalam beberapa konser musik, yang mengakibatkan dia berulang kali harus berurusan dengan pihak keamanan dengan alasan lirik lagu yang dinyanyikan dapat mengganggu stabilitas negara.

Beberapa konser musiknya pada tahun 80'an juga sempat disabotase dengan cara memadamkan aliran listrik dan pernah juga dibubarkan secara paksa hanya karena Iwan Fals membawakan lirik lagu yang menyindir penguasa saat itu.

Pada bulan April tahun 1984 Iwan Fals harus berurusan dengan aparat keamanan dan sempat ditahan dan diinterogasi selama 2 minggu gara-gara menyanyikan lirik lagu Demokrasi Nasi dan Pola Sederhana juga Mbak Tini pada sebuah konser di Pekanbaru.

Sejak kejadian itu, Iwan Fals dan keluarganya sering mendapatkan teror. Hanya segelintir fans fanatik Iwan Fals yang masih menyimpan rekaman lagu-lagu ini, dan sekarang menjadi koleksi yang sangat berharga.

Saat bergabung dengan kelompok SWAMI dan merilis album bertajuk SWAMI pada 1989, nama Iwan semakin meroket dengan mencetak hits Bento dan Bongkar yang sangat fenomenal.

Perjalanan karier Iwan Fals terus menanjak ketika dia bergabung dengan Kantata Takwa pada 1990 yang didukung penuh oleh pengusaha Setiawan Djodi. Konser-konser Kantata Takwa saat itu sampai sekarang dianggap sebagai konser musik yang terbesar dan termegah sepanjang sejarah musik Indonesia.

Setelah kontrak dengan SWAMI yang menghasilkan dua album (SWAMI dan SWAMI II) berakhir, dan di sela Kantata (yang menghasilkan Kantata Takwa dan Kantata Samsara), Iwan Fals masih meluncurkan album-album solo maupun bersama kelompok seperti album Dalbo yang dikerjakan bersama sebagian mantan personel SWAMI.

Sejak meluncurnya album Suara Hati pada 2002, Iwan Fals telah memiliki kelompok musisi pengiring yang tetap dan selalu menyertai dalam setiap pengerjaan album maupun konser.

Menariknya, dalam seluruh alat musik yang digunakan baik oleh Iwan fals maupun band-nya pada setiap penampilan di depan publik tidak pernah terlihat merek maupun logo.

Seluruh identitas tersebut selalu ditutupi atau dihilangkan. Pada panggung yang menjadi dunianya, Iwan Fals tidak pernah mengizinkan ada logo atau tulisan sponsor terpampang untuk menjaga idealismenya yang tidak mau dianggap menjadi wakil dari produk tertentu.

Iwan lahir dari pasangan Lies Suudijah asal Tasikmalaya (ibu) dan (alm) Kolonel Anumerta Sucipto asal Purwokerto merupakan anak petinggi di pabrik Gula Kalibagor, Jawa Tengah.

Iwan menikahi Rosana yang akrab disapa "Mbak Yos" pada tahun 1980, hasil dari pernikahannya Iwan memiliki tiga anak yaitu, (alm) Galang Rambu Anarki (1 Januari 1982 - April 1997), Annisa Cikal Rambu Bassae (1985), dan Raya Rambu Rabbani (22 Januari 2003).

Di luar musik dan lirik, penampilan Iwan Fals juga berubah total. Saat putra pertamanya meninggal dunia, Iwan Fals mencukur habis rambut panjangnya hingga gundul.

Sekarang dia berpenampilan lebih bersahaja, rambut berpotongan rapi disisir juga kumis dan jenggotnya dihilangkan.

Dari sisi pakaian, dia lebih sering menggunakan kemeja yang dimasukkan pada setiap kesempatan tampil di depan publik, sangat jauh berbeda dengan penampilannya dahulu yang lebih sering memakai kaus oblong bahkan bertelanjang dada dengan rambut panjang tidak teratur dan kumis tebal.

Peranan istrinya juga menjadi penting sejak putra pertamanya tiada. Rosana menjadi manajer pribadi Iwan Fals yang mengatur segala jadwal kegiatan dan kontrak. Dengan adanya Iwan Fals Manajemen (IFM), Fals lebih profesional dalam berkarier.(*) (Bangkapos/Zulkodri)

\\

\\

\\

Diolah kembali dari artikel bangkapos.com dengan judul Satu Panggung Dengan Rhoma Irama, Permintaan Iwan Fals Bikin Banjir Air Mata: Dekat Rumah Ada Masjid
Sumber: Bangka Pos
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved