Kisah Inspiratif, Tukang Parkir Ini Sempat Gila, Sekarang 2 Anaknya Lulus Jadi Taruna AKMIL
Tukang Parkir ini Sukses Antarkan Dua Putranya Jadi TNI, Sempat Alami Gangguan Jiwa dan Menggelandang
Kalau perna dengar kisah orang gila dari Papua yang jalan kaki setiap hari hanya dgn gunakan celana dalam saja di sepanjang jalan raya bogor dr cililitan sampai pasar cibinong utk mengais sisa2 makanan di warung2 dan tong2 sampah tahun 1989-1990 itu adalah beliau ini.
Tahun 1990 akhir beliau ditampung di GPDI Pelita Kasih Cibubur Jakarta Timur dan dilayani sampai pulih dari sakit kejiwaan.
Beliau terlibat pelayanan di jemaat lokal ini dan beliau juga akhirnya bertemu istrinya, Boru Pandjaitan di dalam Jemaat GPDI Pelita Kasih ini.
Pernikahan yg awalnya tidak direstui keluarga besar Pandjaitan karena kata Pak Alex, keluarga istrinya bilang "..Gak ada masa depan kawin sama Alex itu..orang irian, hitam, miskin baru gila lagi.."
Tapi kalau Tuhan yang pertemukan. Semua kebutuhan pernikahan Tuhan Yesus siapkan semuanya untuk Pak Alex tanpa sekeping rupiahpun keluar dari saku pribadi Pak Alex karena memang dia tidak punya uang.
Hidup sehari-hari saja dari belas kasihan jemaat GPDI Cibubur.
Pernikahan berlangsung di sebuah hotel bintang lima di Jakarta yang dibiayai oleh seorang direktur bank yang dijamah Tuhan ketika mendengar kesaksian Pak Alex dalam suatu pelayanan di Jakarta.
MEMULAI HIDUP DI JAYAPURA : TUKANG PARKIR DAN MISIONARIS
Setelah kelahiran anak pertama mereka yg diberinama Aldrey Tiris tahun 1995, Pak Alex mulai berpikir untuk pulang ke Jayapura. Awal tahun 1998, beliau memboyong istri dan anaknya hijrah ke Jayapura.
Di Jayapura beliau mulai kerja serabutan dari pengumpul besi tua, barang bekas, tukang bangunan, tukang ojek, hingga angkut2 barang dagangan orang di pasar.
Disamping itu, pekerjaan utama sebagai penginjil atau misionaris dilakukan tanpa henti. Rumah sakit jiwa Abepura adalah tempat yang paling sering dikunjungi utk mendoakan orang2 gangguan jiwa.
Penginjilan juga dari rumah ke rumah, dari rumah sakit ke rumah sakit. Waktu kerja dan pelayanan diatur dengan baik.

Kadang istri dan anak-anaknya mengeluh tidak punya uang makan. Beliau minta mereka berdoa di rumah, beliau pergi penginjilan.
Tidak ada amplop atau uang yang didapat selama pelayanan karena kebanyakan yg dilayani firman dan doa kesembuhan dan keselamatan hanyalah orang2 gangguan jiwa, orang2 sakit yang keadaan ekonominya pas- pasan.
Namun Tuhan memelihara keluarganya. Setiap hari dan setiap minggu ada saja orang2 kirim makanan dan berkat ke rumah mereka.