KECELAKAAN DI BUKIT DAENG
Sejarah Bukit Daeng Batam Lokasi Kecelakaan Maut, Meski Berbatu Pohon Tetap Bisa Tumbuh Besar
Sejarah Bukit Daeng Batam Lokasi Kecelakaan Maut, Meski Berbatu Pohon Tetap Bisa Tumbuh Besar
BATAM,TRIBUNBATAM.id - Dalam dua hari ini, Bukit Daeng di Jl R Suprapto Batam menjadi perhatian.
Di sinilah tragedi tabrakan maut yang menewaskan calon pengantin Sri Wahyuni.
Sri Wahyuni yang akan menikah Sabtu (22/2/2020), meninggal setelah tabrakan dengan angkutan Bimbar, Senin (18/2/2020).
Bagi warga Batam, Bukit Daeng memang sudah dikenal.
Namun belum banyak yang tahu mengapa dinamakan Bukit Daeng.
Tokoh masyarakat Sagulung Parlaungan Siregar yang sudah tinggal di Batam, sejak tahun 1983 dan ikut mengerjakan beberapa jalan arteri di Kota Batam, menceritakan dimana Bukit Daeng pertama dikenal orang tahun 1987.
• TANGISAN Pilu Arif Wijanarko Saksikan Calon Istri Terbujur Kaku 5 Hari Jelang Pernikahan Mereka
• Kondisi Erisza Audriana Yuliana Korban Kecelakaan di Bukit Daeng Batam, Sudah Sadar Setelah Operasi
Pada tahun 1987, jalan dari Muka Kuning sampai ke Simpang Base Camp sepanjang delapan kilometer mulai dikerjakan.
"Jadi di kaki bukit Daeng ada tinggal orang Bugis yang dikenal orang sebagai orang pintar. Nama orang pintar itu adalah Daeng. Setelah jalan dari Muka Kuning mulai dibuka banyak orang berobat ke Pak Daeng. Inilah awalnya nama bukit itu dikenal orang Bukit Daeng," kata Parlaungan.
Dia menceritakan Bukit Daeng merupakan tempat yang mistis, kondisi bukit tersebut adalah batu keras.
Namun pohon di yang di bukti tersebut bisa berdaun lebat dan hijau.
"Kita bisa lihat dari bukitnya, di bukit itu tidak ada tanah, semuanya batu, namun pohon bisa tumbuh dan besar," kata Parlaungan.
Dia mengatakam dirinya ikut mengerjakan pembangunan jalan R. Suprapto.
"Jadi saat pengerjaan Bukit Daeng itu, semua batu dari bukit di dorong ke Dam Muka Kuning. Dam itu dulu terpisah ada sungai yang memisahkan kedua dam Muka Kuning," kata Parlaungan.
Dia mengatakan batu dari Bukit Daeng dibuat untuk menimbun jalan yang ada sekarang.
Pembangunan jalan selesai pada 1988.
Dia mengatakan di kawasan Muka Muking yang ada saat ini dulunya ada lokasi tempat kuburan massal.
"Jadi sekarang lokasi Muka Kuning sudah menjadi kawasan, penghuni dari Muka Kuning pindah ke Bukit Daeng," kata Parlaungan.
Orang orang yang dikubur di daerah Muka Kuning adalah penghuni Batam, yang datang ke Batam dari luar negeri.
"Jadi Batam ini dulunya adalah daerah transit, jadi banyak pendatang di Batam,"kata Parlaungan.
Kondisi jalanan
Bukit Daeng merupakan bukit yang terkenal rawan kecelakaan.
Bagaimana sih tentang Bukit Daeng ini? Bukit Daeng merupakan lalu lintas kategori jalan protokol yang menghubungkan antara Mukakuning dan Batuaji.
Sebagaimana jalan protokol lain lain, satu arahnya memiliki dua lajur dengan ukuran badan jalan yang lebar.
Untuk mendapatkan gambaran yang utuh, akan digambarkan kondisi Bukit Daeng ini dari dua arah tersebut dan di puncaknya terdapat tikungan.
Bukit ini memiliki kontur tanjakan dengan tingkat kemiringan 70 dejarat dari arah Mukakuning, sedangkan turunannya sedikit lebih landai dengan kemiringan hanya 45 derajat.
Turunan yang terkesan santai ini cukup panjang tetapi banyak pengendara yang kerap memanfaatkan lalu kendaraannya pada posisi maksimum.
Dan dari arah sebaliknya, apabila dari arah Batuaji atau simpang Barelang, maka pengendara akan menanjaki bukit landai terlebih dahulu lalu turun pada kecuraman tajam 70 derajat tersebut.
Nah, sebelum habis turunan tajam itu, pengendara juga akan menemukan tikungan ringan hendak memasuki jalan raya yang memisahkan dua sisi dam Mukakuning.
Itulah gambaran tentang Bukit Daeng yang kerap menjadi trending topic ketika terjadi kecelakaan.
Dan kali ini peristiwa itu menimpa calon pengantin.
Data kecelakaan
Diketahui, sepanjang tahun 2019 lalu, Jalan R. Suprapto sendiri menyumbang angka terbanyak dengan total 70 jumlah kejadian.
Data ini berdasarkan hasil evaluasi pihak Kepolisian Resor (Polres) Barelang di tahun 2019, mulai dari bulan Januari hingga bulan Desember.
Dari 70 lakalantas di Jalan Suprapto sendiri, tercatat sebanyak delapan orang meninggal dunia dan tujuh orang mengalami luka berat.
Sedangkan untuk korban luka ringan mencapai 98 orang. Kerugian materil akibat lakalantas di Jalan Suprapto pun tercatat sebesar Rp 145,5 juta.
Kerugian materil itu menjadi total kerugian tertinggi dari 13 blackspot (titik rawan) lainnya di Kota Batam.
Untuk jumlah korban meninggal dunia dan mengalami luka berat, Jalan Suprapto dibawah kejadian di Jalan Umum Barelang, Kota Batam.
Jalan menuju Barelang ini di tahun 2019 menelan korban jiwa sebanyak 17 orang dan 13 orang lainnya luka berat.
Jalan Umum Barelang sendiri notabenenya merupakan Jalan yang berada tak jauh dari Jalan R. Suprapto, sama-sama saling menghubungkan satu kawasan ke kawasan lainnya di Kota Batam.
Jumlah lakalantas sendiri menjadi sorotan pihak Polresta Barelang. Pasalnya, di tahun 2019 angka lakalantas meningkat 11 persen dari tahun sebelumnya.
Namun, memasuki bulan Januari 2020, sebanyak 73 peristiwa lakalantas telah menghantui warga Batam.(Tribunbatam.id, Ian Sitanggang)