Rangsang Masjid Pakai Celengan Digital, INI Langkah Bank Indonesia Kata Deputi Gubernur BI

Dody bilang, selain punya fungsi penjaga stabilitas keuangan dan ekonomi nasional, BI juga memainkan fungsi inklusi dan edukasi keuangan ke masyarakat

Editor: Dewi Haryati
TRIBUNBATAM.ID/ARDANA NASUTION
Dody Budi Waluyo, Deputi Gubernur Bank Indonesia 

TAKMIR Masjid Agung Batam, Jumat (28/2/2020) siang, mengumumkan penggunaan uang digital dan QR Code Indonesia Standard (QRIS) masjid Agung Batam untuk infaq dan sadaqah jamaah.

Program ini adalah hasil kerjasama dengan Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Kepulauan Riau, yang digagas sejak September 2019 lalu.

Kepada TRIBUNBATAM.id, Deputi Gubernur Bank Indonesia Dody Budi Waluyo, yang kebetulan menunaikan Salat Jumat di Masjid Kawasan Engku Putri, Batam ini, menyebut selain fungsi penjaga stabilitas keuangan dan ekonomi nasional, BI juga memainkan fungsi inklusi dan edukasi keuangan ke masyarakat.

Dodi yang juga ex-officio Dewan Komisaris Otoritas Jasa Keuangan (OJK) ini datang ke Batam dalam rangka menghadiri upacara pengukuhan Masni Hardi K Atmaja sebagai Kepala Kantor Perwakilan BI Provinsi Kepulauan Riau (Kepri), di Gedung Kantor Perwakilan BI Kepri di Jl Engku Putri, Batam Center, pagi harinya.






Dodi menyebut transaksi keuangan digital dalam paket donasi sosial ini, adalah sistem baru yang dia yakini dapat mendorong perekonomian domestik dan akan menumbuhkan ekosistem yang baik.

Usai salat Jumat, Dodi yang sejak September 2019 juga merangkap sebagai Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) ini, berkesempatan meladeni wawancara khusus dengan TRIBUNBATAM.id, di selasar Masjid Agung Batam.

Terdampak Virus Corona, Ini yang Dilakukan Bank Indonesia dari Sisi Ekonomi

Deputi Gubernur Bank Indonesia Siapkan Skenario Pengendalian Jangka Pendek Dampak Covid-19

Berikut petikan wawancara singkat di dua tempat, di Gedung BI Kepri dan selasar Masjid Agung Batam.

Apakah pengunaan QRIS di masjid oleh BI merupakan kebijakan nasional?

Pengunaan uang digital, aplikasi uang elektronik server based, dompet elektronik, atau mobile banking, kita dorong untuk semua sendi ekonomi dan sosial.

Apa alasan BI mendorong digitalisasi untuk donasi sosial ini?

Ini agar transaksi lebih cepat, efisien, lebih mudah, dan aman. Ini juga untuk semua kantong transaksi, termasuk untuk rumah ibadah, seperti masjid.

Apakah ini untuk semua masjid besar yang ada kantor perwakilan BI?

Intinya BI hanya mendorong. BI mengambil perannya sebagai motor inklusi keuangan digital. Jadi bukan hanya di pusat ekonomi, sektor keuangan tapi juga semua sektor, termasuk sosial kita dorong untuk lebih cepat terealisasi.

Apakah juga termasuk semua rumah ibadah, seperti gereja, vihara dan pura?

Ya, meski belum untuk semua. BI hanya mempermudah transaksi biar lebih aman, dan mudah, cukup lewat HP.

Apakah dorongan dan stimuli BI untuk berinfak dan sadaqah rumah ibadah ini dalam bentuk kebijakan resmi?

Sejauh ini masih dalam bentuk imbauan. KIta tidak bisa memaksa.

***
Penggunaan QRIS dalam transaksi digital dilaunching Gubernur BI Perry Warjiyo di Jakarta, 27 Mei 2019.

Transformasi ekonomi digital Ini jadi momentum awal pembayaran QR Code (pemindai kode kotak) yang merujuk ke Sistem Pembayaran Standar BI.

Platform ini digunakan untuk pembayaran melalui aplikasi uang elektronik server based, dompet elektronik, atau mobile banking.

Di Masjid Agung Batam, pembayaran aplikasi uang digital ini bisa dengan Go-Pay, T-Money. Link Aja! dan OVO.

Stiker CIMB Niaga Syariah dengan aplikasi GoMobile dipasang di beberapa pintu masjid dan langsung ke Rekening Masjid Agung Batam No: 861-888-555500 dan 658503733.

Di tiap celengan kode QR rekening ini sudah ditempel.

Jamaah tinggal masuk salah satu aplikasi, scan, dan memasukkan nominal celengan.

Awal Oktober lalu, Bank Indonesia juga melaunching QR Code Indonesian Standard (QRIS) di Masjid Agung Jami Kota Malang, Jawa Timur.


EFEK Virus Corona

Apakah BI menerapkan kebijakan khusus untuk Batam untuk menangkal efek COVID-19?

Sejauh ini belum. Kebijakan taktis coba tanya ke pemerintah daerah saja. BI hanya membantu mengimplementasikan kebijakan pemerintah di level nasional. Kita serahkan ke masing-masing daerahlah.

Bagaimana mengatasi dampak Covid-19 dari sisi ekonomi?

Sampai saat ini, semua negara mengoreksi pertumbuhan ekonominya ke arah bawah. Meski hanya mild (sedang), tapi ini sangat terasa. Karena dampak melalui jalur kedatangan (turis), jalur investasi, jalur pariwisata, bahkan juga produksi. Karena terganggunya supply chain secara global.

Yang penting bagi Indonesia, COVID-19 adalah persoalan non-ekonomis yang bersifat jangka pendek. Namun karena berefek langsung ke sektor strategis maka pemerintah, Bank Indonesia, OJK, dan sektor keuangan lain bersama-sama telah melakukan kebijakan insentif.

Apa saja kebijakan yang ditempuh BI?

Bank Indonesia telah mengeluarkan kebijakan stimulus dari sisi moneter melalui penurunan suku bunga 25 basis point sekarang suku bunga kebijakan di 4,75 persen.

Jadi kita telah menurunkan 1,25 persen selama periode kurang lebih 7 bulan terakhir. Harapannya ini akan mendorong ekonomi agar lebih ekspansif, perbankan lebih berani untuk melakukan peminjaman, korporasi lebih ingin untuk melakukan pinjaman financing untuk perusahaannya.

Berapa lama dampaknya?

Semua ini tergantung tertunya bagaimana ekonomi sisi permintaan tetap tumbuh. Pemerintah melalui kebijakan fiskal, insentifnya melalui sektor pariwisata, percepatan belanja pemerintah, kemudian bantuan langsung tunai, itu diberikan untuk periode 3-6 bulan kedepan ini. Sektor pariwisata menjadi sektor yang paling diutamakan karena dirasa sektor ini terdampak banyak.

Ada kekhawatiran akhir ini nilai rupiah terus anjlok. Langkah BI?

Koreksi mata uang terjadi secara global termsasuk regional asia tenggara dan termasuk rupiah. Bank Indonesia tetap punya komitmen menjaga nilai rupiah, kita terus menjaga dengan stabilisasi nilai tukar, melalui kita masuk ke pasar valuta asing. Tidak perlu khawatir, memang dinamika nya seperti itu, kondisi melemah tetapi kita terus melihat bahwa rupiah cukup terjaga sehingga aliran modal yang keluar tidak dalam jumlah yang signifikan.

Bagaimana BI merangsang pertumbuhan ekonomi pasca Covid-19 ?

Acomodative Policy atau kebijakan yang sifatnya mendorong momentum pertumbuhan melalui kebijakan moneter ini terus dilakukan bank indonesia. Harapannya di semester kedua akan kembali ke posisi normal perekonomian. (ardana nasution/zil)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved