BATAM TERKINI
Konjen Singapura Soal Virus Corona: Batam Sembuh, Singapura Juga Sembuh
Konjen Singapura sengaja mengundang jurnalis Batam, guna menjelaskan kebijakan pemerintahnya sekaligus mengupdate kondisi terakhir penanganan corona.
Mr Mark Low, Konsul Jenderal Singapura di Batam: Batam Sembuh, Singapura Juga Sembuh
TRIBUNBATAM.id - Januari dan Februari 2020, menjadi hari-hari paling sibuk bagi Konsul Jenderal Singapura di Batam, HE Mark Low.
Bukannya mereda, di pekan pertama Maret ini, skala kesibukan mantan Konjen Singapura di Medan itu, justru naik di level ‘busiest’.
Virus Corona (COVID-19) jadi pemantik.
Sebagai pejabat diplomatik tertinggi di gugus wilayah kepulauan di perbatasan Indonesia, Singapura dan Malaysia, komunikasi adalah keniscayaan.
Notifikasi di akun chat WhatsApp, email, atas SMS-nya, terus berdatangan.
Dia mengaku banyak menerima pertanyaan dari warga SIngapura, pengusaha, dan otoritas pemerintah, termasuk wartawan.
Pertanyaannya macam-macam, ada yang tanya apa betul ada penghentian kunjungan, travel warning, hingga soal tukang pijit.
“Ya, kalau saya sibuk jawab WA sampai tengah malam, apalagi Tari (local staff Konjen Singapura di Batam), dia lebih repot lagi. hahaha,“ katanya berkelakar saat menjawab pertanyaan Tribun Batam di Ruang Sumatera, Lt 8 Gedung Mall KTSP Batam, Kawasan Engku Putri, Kota Batam, Kamis (5/3/2020) siang.
Konjen juga didampingi Konsul Samuel Wong.
Tribun diundang khusus bersama empat pemimpin redaksi media lokal di Kepri, Batam Pos, Batam Today, dan Sindo.
Konjen Singapura sengaja mengundang jurnalis di Batam, guna menjelaskan kebijakan pemerintahnya sekaligus mengupdate kondisi terakhir penanganan virus pneumonia Corona-19.
Sekitar 1 jam 20 menit, Mark Low menjelakan dan merespon pertanyaan pimred.
Suasananya cair. Tak ada yang memakai masker.
Teh hangat, air mineral dan panganan lokal, membuat suasana lebih informil. Lebih laik disebut diskusi tinimbang media gathering.
“Selain COVID-19, kami juga harus bisa melawan fake news (kabar bohong), hoax tentang isu ini. Makanya kami mengundang teman-teman, dari mainstream media untuk menjelaskan ke publik apa yang kami lakukan, kebijakan, dan isu terakhir ALS (WNA Singapura yang meninggal dan dimakamkan di Batam, pekan lalu).”
Terkesan hati-hati, Mark begitu terbuka menjelaskan kronologis dan kebijakan pemerintahnya soal kasus ini.
Dia menepis kabar bahwa otoritas negaranya menolak menerima jenazah ALS karena almarhum terpapar virus Corona.
Hasil uji laboraturium juga mengkonfirmasi almarhum, negatif sympton Corona.
“Kalau kanapa dikuburkan di Batam, itu lebih karena persoalan privacy ALS. Keluarga di Singapura ingin dimakamkan di Singaoura, yang di Batam ingin dimakamkan di sini. Itu privacy, kami sangat menghargai itu.”
Sekitar seperempat jam, Mark menjelaskan tentang “sterilisasi 5 cluster penyebaran Corona di Singapura.
Dalam catatan Tribun, hampir sekitar 12 kali, dia mengulang istilah “contact tracing”.
Ini semacam upaya sistematis, terencana dan super’ hati-hati’ dari kementerian kesehatan Singapura, untuk menelusuri jejak interaksi personal, komunitas, dan lokasi pertemuan 117 pasien positif Corona, sejak Januari 2020 lalu.
Hingga saat ini, Singapura termasuk negara paling sukses menangani penyebaran pandemi virus pembunuh dari Wuhan, ibukota Hubei, provinsi ‘sentral” China daratan.
Hingga pukul 20.00 WIB, tercatat ada lima kasus baru. Kini total 117 kasus; 92 kasus dari warga lokal dan 25 kasu impor dari negara lain.
Dengan tingkat pemulihan hampir 80%, atau 81 orang dinyatakan pulih, dan 7 pasien masih dalam kondisi kritis.
Kini masih ada 29 pasien yang dapat perawatan.
“Dengan perkembangan terbaru ini, kami tingkatkan status ke Orange. Kita mengontrol semua orang yang keluar dan masuk. Ada thermal scanner di semua pintu perbatasan. Jika hijau, lanjut, jika merah langsung ke klinik diobservasi. Itu kalau warga Singapura. kalau warga asing, langsung turn araund, kita evakuasi kembali ke negaranya,” katanya.
Dia mengakui, sebagai negara ’service transito” di Asia Pasifik, Singapura sangat terpukul dengan penyebaran virus ini.
Dia menggambarkan, jika emergency ini berlanjut, kondisi ekonomi negaranya, bahkan sudah di ambang resesi di tahun ini.
“CoVID-19 ini kita tak tahu sampai kapan. Jujur kita tak mau ini terjadi. Kini, Singapura dibayangi resesi. Forecast pertumbuhan ekonomi bisa minus 0,5. But, Life to must go on. Singapura maju, Singapura Maju.
Negaranya, kini mendorong warga Singapura tetap beraktib=vitas normal. Berakhir pekan di batam, Bintan, dan daerah lain di Indonesia.
Sebaliknya, dia juga meminta warga Indonesia di Batam, juga jangan takut ke Singapura.
"Silakan datang ke singapura. Jamgan takut ke Singapura. Kami tak melarang warga Singapura ke mana-mana. Cuka karena COVID-19 ini, pemeriksaan lebih banyak. Batam Sehat, Singapura (juga) sehat.”
Dia juga mengakui, bukan hanya di Indonesia dan Singapura, 100-an negara lain di dunia, merasakan dampak pandemi ini.
Dia mengilustrasikan, potensi pemasukan negara daru sekitar 1,6 juta warga asing yang datang ke Singapura setiap bulan, kini sudah nyaris hilang.
Sekitar 20 persen dari total turis global itu, datang dari China Daratan. Nah, saat pemerintah melarang dan membatasi warga China datang ke Singapura dan Indonesia, sendi ekonomi konsumtif itu justru ikut berhenti.
Untuk penyeberangan di Jembatan Johor Bahru, ada sekitar 400 ribu orang yang melintas ke Singapura. Sejak virus ini mewabah, keramaian itu menyepi.
Dia juga menjelaskan, secara resmi pihaknya sudah berkoordinasi dengan kepala BP Batam, PLT Gubernur, dan kepala daerah di Kepri, untuk ikut memberikan stimulus program percepatan ekonomi kawasan.
Pabrik dan investor asal Singapura yang ada di Batam, dibukakan akses ke pemerintah dan pelaku usaha lain, untuk memasok bahan baku yang terhenti dari China.
Dia berharap, dalam 2 atau tiga bulan kedepan, penanganan virus ini bisa tuntas. (thamzil thahir)