KPAI: Perilaku Delinkuensi ABG Pembunuh Bocah 6 Tahun Bisa Berasal dari Keluarga Tidak Utuh
Komisioner KPAI bidang pendidikan Retno Listyarti mengatakan perilaku delinkuensi NF (15) bisa berasal dari keluarga.
KPAI: Perilaku Delinkuensi ABG Pembunuh Bocah 6 Tahun Bisa Berasal dari Keluarga Tidak Utuh
TRIBUNBATAM.id- Kasus pembunuhan bocah 6 tahun yang dilakukan ABG berinisial NF masih menjadi perbincangan hangat publik.
Sejumlah pihak terkait pun ikut angkat bicara mengenai kasus ini. Satu di antaranya seperti yang diungkapkan oleh pihak KPAI.
Komisioner KPAI bidang pendidikan Retno Listyarti mengatakan perilaku delinkuensi NF (15) bisa berasal dari keluarga.
Apalagi NF berasal dari keluarga yang tak utuh.
Diketahui, perilaku delinkuensi adalah tingkah laku yang menyalahi norma dan hukum yang berlaku dalam suatu masyarakat.
• Pesan Horor Remaja Pembunuh Bocah di Sawah Besar Buat Sang Ayah: Laugh See My Dad Is Death
• Polisi Kuak Misteri Sketsa Bondage ABG Perempuan Pembunuh Bocah 6 Tahun Usai Nonton Film Action
"Sehingga pelaku mencari kompensasi di luar lingkungan keluarga guna memecahkan kesulitan batinnya dalam bentuk perilaku delinkuensi," imbuhnya.
Di sisi lain, Retno mengatakan kesalahan seorang anak tak akan berdiri sendiri. Pasti ada faktor lingkungan yang mempengaruhinya.
Pun demikian dengan pola pengasuhan yang positif dan kepekaan orang dewasa di sekitar anak sangat diperlukan.
Karena menurut Retno anak biasanya akan menunjukan tanda-tanda yang dapat dikenali ketika memiliki masalah.
Dalam kasus ini, Retno mencontohkan perilaku NF yang kerap menyakiti hewan dan menuliskan serta menggambar di buku catatan hingga papan tulis di rumahnya.
"Andai orang dewasa di sekitar anak dapat memiliki kepekaan maka si anak dapat dibantu rehabilitasi psikologisnya. Sehingga perilaku delinkuensinya dapat diatasi, bahkan dihilangkan," jelasnya.
Retno juga menyayangkan karena potensi yang dimiliki oleh NF ternyata tidak dimaksimalkan oleh pihak sekolah.
NF diketahui berprestasi dalam olahraga tenis meja dan jago menggambar.
Padahal hal tersebut, kata Retno, dapat membangun kepercayaan diri dan menumbuhkan penghargaan terhadap yang bersangkutan.