Proses Uji Obat Corona Buatan Iran, Mereka Berhasil Turunkan Gejala Pasien dalam 48 Jam

Kementerian Kesehatan Iran baru saja mengumumkan bahwa, pengujian obat khusus Covid-19 buatan dalam negeri telah menghasilkan peningkatan ke arah posi

Editor: Eko Setiawan
KOMPAS.COM
Ilustrasi virus corona 

TRIBUNBATAM.id - Setelah melakukan beberapa percobaan akhirnya Iran mengumumkan kalau negaranya menemukan vaksin untuk Virus Corona.

Kementerian Kesehatan Iran baru saja mengumumkan bahwa, pengujian obat khusus Covid-19 buatan dalam negeri telah menghasilkan peningkatan ke arah positif.

Obat imunomodulator yang disebut "Actemra" itu telah diujikan ke rumah sakit di Kota Isfahan.

Pasien mengalami perbaikan parsial terlihat dari gejala yang dialami pasien.

Perselingkuhan Oknum Dokter dan Perawat, Terungkap Setelah Video Mobil Goyang Viral

Diduga Jadi Tempat Mengoplos Beras, Polda Kepri Datangi Gudang di Batuampar Batam, Ini Hasilnya

Anggaran Pelatihan Kerja di Batam 2020 Turun 40 Persen, Kadisnaker: Perolehan IMTA Tahun Lalu Turun

Kasus pertama yang diuji dikatakan gejalanya menurun dalam waktu 48 jam setelah konsumsi.

Kendati demikian, masih terlalu dini untuk menyimpulkan.

Beberapa hari mendatang, uji coba akan terus dilanjutkan ke beberapa pasien.

Apabila obat ini memiliki efek relatif, maka mungkin akan dimasukkan ke daftar farmasi nasional.

Menurut laporan dari China, pasien di sana juga menunjukkan reaksi relatif pada beberapa kasus Covid-19 yang parah.

Penumpang yang mengenakan masker wajah, di tengah kekhawatiran tentang wabah COVID-19, menunggu di luar terminal kedatangan di Bandara Linate di Milan. Italia. Minggu (8/3/2020). Pemerintah Italia mengambil langkah drastis dalam upaya untuk menghentikan penyebaran coronavirus mematikan yang melanda dunia, dengan mengkarantina paksa 15 juta orang di wilayah luas Italia utara hingga 3 April, kerena lebih dari 230 kematian, Italia telah mencatat kematian terbanyak akibat penyakit COVID-19 di negara mana pun di luar China, tempat wabah dimulai pada bulan Desember.(AFP/Piero CRUCIATTI) *** Local Caption *** Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) mengeluarkan larangan pendatang dari sejumlah negara untuk masuk wilayah Indonesia. 

Pendatang yang dilarang adalah mereka yang datang atau punya riwayat perjalanan dari wilayah-wilayah tertentu dari 4 negara yaitu China, Iran, Korea Selatan, dan Italia.
Penumpang yang mengenakan masker wajah, di tengah kekhawatiran tentang wabah COVID-19, menunggu di luar terminal kedatangan di Bandara Linate di Milan. Italia. Minggu (8/3/2020). Pemerintah Italia mengambil langkah drastis dalam upaya untuk menghentikan penyebaran coronavirus mematikan yang melanda dunia, dengan mengkarantina paksa 15 juta orang di wilayah luas Italia utara hingga 3 April, kerena lebih dari 230 kematian, Italia telah mencatat kematian terbanyak akibat penyakit COVID-19 di negara mana pun di luar China, tempat wabah dimulai pada bulan Desember.(AFP/Piero CRUCIATTI) *** Local Caption *** Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) mengeluarkan larangan pendatang dari sejumlah negara untuk masuk wilayah Indonesia. Pendatang yang dilarang adalah mereka yang datang atau punya riwayat perjalanan dari wilayah-wilayah tertentu dari 4 negara yaitu China, Iran, Korea Selatan, dan Italia. (AFP/PIERO CRUCIATTI)

Sayangnya, produksi massal obat ini terkendala teknologi.

Sehingga baru bisa dipasarkan sekitar tiga minggu setelahnya.

Jahanpour juga menjelaskan potensi dua obat boisimilar yang juga diproduksi Iran.

Termasuk lainnya ada interferon alfa dan interferon beta.

Keduanya diproduksi di dalam negeri pusat Syiah ini.

Namun, obat Tocilizumab belum masuk ke dalam daftar obat resmi Iran.

Menurut Jahanpour, obat jenis ini masih memerlukan penelitian lebih lanjut terkait kemanjurannya.

Iran merupakan salah satu negara yang memiliki kasus Covid-19 terbanyak di dunia.

Saat ini Iran menduduki posisi ke-3 kasus terbesar setelah China dan Italia.

Dilansir The Wuhanvirus, Iran sudah mengantongi lebih dari 10.000 kasus.

Sementara itu, ada 354 orang yang dinyatakan meninggal karena wabah mematikan ini.

Tingkat kematian di Iran sebesar 3,51 persen.

Iran Mendapat Banyak Bantuan dari China dan WHO

Gempuran virus corona yang terus memakan korban, membuat Iran membutuhkan dana yang sedikit untuk menanggulanginya.

Sejumlah bantuan mulai berdatangan ke Iran, diantaranya dari China dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Bahkan di China, warga sipil turut menyumbangkan dana untuk perjuangan Iran lepas dari wabah corona.

Dalam kurun waktu 24 jam, warga China berhasil mengumpulkan sekitar setengah juta dolar untuk diberikan pada Iran dilansir IRNA.

Mereka menyuarakan agar ada kanal khusus untuk mengumpulkan kontribusi non-tunai.

Kedutaan Iran di China, pada Kamis (5/3/2020) merilis rekening untuk mengumpulkan dana bantuan untuk Iran pada akun Weibo-nya.

Sampai saat ini dana yang sudah terkumpul sebesar 576.000 USD atau sekira Rp 8,3 Miliar.

Selain dalam bentuk dana, pemerintah China juga memberikan bantuan berupa perlengkapan medis.

Menurut Konsulat Iran di Shanghai, bantuan tersebut terdiri dari obat-obatan tradisional Tiongkok, kain, masker, alat tes dan pelindung wajah.

Pabrik Kimia Jinghua Shanghai juga menyumbangkan obat-obatan senilai 700.000 Yuan sekira Rp 1,4 Miliar dilansir IRNA.

Sementara itu, Bantuan juga datang dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), yang beberapa waktu lalu mengirimkan pesawat berisi alat medis.

Selain itu juga bantuan ahli di bidang tes Covid-19 dan paramedis.

Perwakilan WHO, Christoph Hamelmann pada sebuah pesan mengatakan pengiriman alat tes ke-5 sudah mendarat di Iran.

(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Iran Uji Obat Corona, Berhasil Turunkan Gejala Pasien dalam 48 Jam

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved