TRIBUN WIKI

Sejarah Masjid Raya Batam, Dibangun Tahun 1997, Untuk Ibadah Juga Jadi Tempat Wisata Religi

Tayang: Kamis, 19 Maret 2020 21:49 WIB

Editor: Eko Setiawan

lihat foto

Tribun Batam/Istimewa

Sejarah Masjid Raya Batam, Dibangun Tahun 1997

Baca Selanjutnya:

Batam Hujan Lebat Hari Ini, Berikut Prakiraan Cuaca BMKG Sejumlah Daerah di Kepri

TRIBUNBATAM.id - Setiap kota umumnya memiliki masjid agung atau masjid raya.

Masjid besar tersebut tak hanya difungsikan sebagai tempat ibadah, namun juga menjadi destinasi wisata religi yang banyak dikunjungi wisatawan.

Masjid Raya Batam merupakan salah satunya.

Terletak di kawasan Engku Putri, lokasi masjid ini terbilang sangat strategis karena berada di pusat kota.

Masjid ini memiliki atap berbentuk limas yang unik.

Jika dilihat sekilas, bentuknya menyerupai piramida Mesir dengan sentuhan Islami yang estetik.

Tak heran jika masjid ini juga dikenal dengan nama masjid piramida.

Sejarah

Masjid ini di desain oleh Ir. Achmad Noe'man dari PT Birano dan disetujui pada tanggal 31 Agustus 1997.

Beliau merupakan arsitek tersohor di Indonesia yang pernah merancang Masjid Salman di ITB kota Bandung.

Adapun pembangunannya sendiri dimulai pada tahun 1999 dan selesai pada tahun 2001.

Masjid Raya Batam dirancang untuk memenuhi kebutuhan fasilitas peribadatan masyarakat, khususnya umat muslim di kota Batam.

Masjid ini diharapkan dapat menjadi tempat yang reprentitatif untuk menampung kegiatan umat Islam dalam hal pendidikan, sosial, budaya maupun syiar.

Selain itu, masjid ini juga diharapkan bisa mendukung pariwisata di kota Batam sebagai salah satu destinasi wisata religi.

Arsitektur

Komplek Masjid Raya Batam berdiri di atas lahan seluas 75.000 meter persegi.

Adapun luas bangunannya sendiri adalah 2.515 meter persegi.

Dengan ukuran tersebut, masjid ini menjadi masjid terbesar dan terluas di kota Batam.

Masjid ini bisa menampung hingga 3500 jamaah, sedang jika halaman luar masjid juga digunakan maka total daya tampungnya mencapai 15.000 jamaah.

Masjid ini memiliki kubah dengan bentuk unik yang berdesain limas segi empat atau seperti piramida.

Bentuk limas sama sisi dengan bentuk teriris tiga bagian dipilih karena dianggap cocok untuk denah bangunan berbentuk bujur sangkar.

Bangunan ini memiliki persepsi vertikalisme menuju satu titik di atas sebagai simbol hubungan antara manusia dan Tuhan atau habluminallah.

Sedangkan Irisan tiga bagian merupakan simbol perjalanan hidup manusia sebagai hamba Allah dalam tiga alam yaitu alam rahim, alam dunia, dan alam akhirat.

Ruang salat masjid ini berupa pelataran halaman utama masjid yang letaknya lebih tinggi dari jalan masuk.

Hal ini mempertimbangakan aspek topografis dan arsitekturalnya.

Plaza salat dibuat sebagai perluasan ruang masjid manakala jamaah melebihi kapasitas atau pada saat salat Idul Fitri dan Idul Adha yang biasanya diselenggarakan di lapangan terbuka.

Agar penyelenggaraan salat sesuai dengan tuntunan agama, dibuatlah garis-garis shaf yang akan mengarahkan jamaah salat dengan berbaris lurus menghadap kiblat.

Lebar shaf yang ditentukan yakni 120 cm.

Plaza ini terdiri dari dua tingkatan yaitu plaza bawah dan plaza atas.

Hal ini guna memberikan kesempatan pada pengunjung untuk beristirahat sejenak sebelum naik lagi menuju masjid.

Di Ruang sholat bawah terdapat kolam air mancur yang bisa juga dipakai sebagai tempat berwudhu.

Pada bagian luar masjid ini terdapat taman dengan air mancur lengkap dengan pohon palem raja.

Pepohonan tersebut membuat suasana luar masjid lebih teduh.

Keseluruhan elemen diharapkan membuat suasana ruang salat lebih nyaman, lebih indah dan berwibawa sebagai suatu plaza salat masjid raya.

Ruang salat ditutup klinker terakota yang berwarna merah bata.

Garis-garis shaf memakai bahan paving blocks yang dipola dengan warna kelabu sehingga terlihat kontras dengan merah batanya klinker terakota.

Fasilitas

- Internet Akses

- Parkir