TRIBUN WIKI

SEJARAH dan Asal Mula Nama Pulau Dompak Tanjungpinang, Dulu Persembunyian Para Perompak

Pulau Dompak adalah pusat pemerintahan provinsi Kepulauan Riau di kota Tanjungpinang. Dulunya, pulau ini merupakan tempat persembunyian para perompak.

Tribun Batam/Thom Limahekin
Kondisi Jembatan I Pulau Dompak Tanjungpinang, Rabu (7/11/2018) siang. 

TRIBUNBATAM.id - Provinsi Kepulauan Riau memiliki banyak pulau besar dan kecil yang termasuk dalam wilayahnya.

Salah satunya adalah pulau Dompak yang tergabung dalam wilayah administratif kota Tanjungpinang, Kepulauan Riau.

Sekarang, Pulau ini merupakan pusat pemerintahan provinsi Kepulauan Riau.

Letaknya berada di selatan pusat kota Tanjungpinang.

Akses menuju pulau ini dihubungkan dengan dua buah jembatan.

Daratan utama jembatan ini yakni Kota Tanjungpinang di Pulau Bintan.

Berikut ini informasi penting seputar Pulau Dompak di Tanjungpinang:

Luas

Pulau ini memiliki luas tanah kurang lebih 995 Ha.

Asal usul

Melansir situs resmi Kebudayaan Kemdikbud, ada dua versi mengenai asal usul nama pulau Dompak.

Versi pertama menyatakan bahwa pada masa Kerajaan Riau Lingga, Kampung Dompak Lama merupakan tempat  persembunyian perompak.

Mereka berasal dari sejumlah etnis, yakni Tioanghoa, Bugis, Melayu, Thailand hingga Jawa.

Ketua perompak tersebut adalah etnis Tionghoa.

Tugasnya yakni menyediakan peralatan dalam merompak.

Adapun wilayah perompakan mereka di perairan Selat Malaka, termasuk daerah lain yang kini masuk wilayah Malaysia, Singapura dan Bintan.

Setiap selesai merompak, mereka beristirahat disebuah kampung Dompak Seberang.

Kampung itu belum punya nama, namun sudah bermukim sejumlah orang Tionghoa.

Kampung tersebut diberi nama Kampung Lompak oleh orang Tionghoa.

Namun, aktivitas mereka ditempat ini tak bisa bertahan lama karena ditentang pihak Kerajaan Riau Lingga yang ingin membasmi para perompak tersebut.

Setelah itu, oleh orang Melayu yang bermukim di sana, nama Kampung Lompak diubah Jadi Kampung Dompak.

Artinya tetap sama, yakni kampung perompak.

Versi kedua menyebutkan, di wilayah Dompak Seberang, tepatnya di Kampung Dompak Lama adalah tempat persembunyian sekaligus tempat peristirahatan para perompak.

Mereka adalah orang Tionghoa, sedangkan penduduk aslinya adalah orang Melayu Kepri.

Para perompak yang berada di daerah ini tidak menetap dan mereka tak menganggu penduduk daerah.

Penduduk asli selalu mewaspadainya.

Saat mereka datang dari jauh, terdengar suara gongnya.

Apabila mendengar gong itu, gadis-gadis Melayu penduduk asli langsung masuk ke dalam rumah.

Lokasi persembembunyian para perompak itu di hutan kayu bakau.

Pada suatu hari, saat pimpinan perompak sedang tertidur, tiba-tiba dadanya ditimpa buah kayu bakau.

Dia meraung  kesakitan dan membuat anak buahnya heran.

Ia merasa ada firasat jelek.

Kejadian ini pertanda kehadiran mereka tak disukai penduduk asli kampung itu.

Tak lama kemudian kepala perompak tersebut meninggal dunia.

Anak buahnya memilih pergi dari kampung itu.

Sebelum pergi, mereka memberikan informasi kepada penduduk kampung bahwa daerah ini tak akan mereka tempati lagi.

Lalu muncullah gagasan dari penduduk asli untuk memberi kampung tersebut dengan nama kampung Dompak yang artinya kampung para perompak.

Penduduk asli Dompak adalah orang Melayu yang berasal dari Penyengat dan pulau-pulau di sekitar Pulau Bintan.

Daerah pertama yang dihuni adalah kampung lama.

Kampung ini sangat jauh, sehingga banyak penduduknya yang pindah ke kampung Dompak Lama.

Dalam perkembangannya, penduduk juga pindah dan menyebar ke Tanjung Siambang, Dompak Seberang Dompak Laut, dan Sei Jang Dompak Daratan.

Di Dompak Lama dan Dompak Seberang, penduduk Melayu berbaur dengan orang Bugis, Buton, Flores dan Tionghoa. (TRIBUNBATAM.ID/WIDI WAHYUNINGTYAS)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved