TRIBUN WIKI
Apa Itu Hantavirus? Simak Bahaya hingga Cara Penularan Penyakit yang Disebar Tikus
Hantavirus adalah salah satu keluarga virus yang disebarkan oleh tikus dan dapat menyebabkan penyakit pada manusia.
TRIBUNBATAM.id - Nama hantavirus baru-baru ini santer diperbincangkan setelah seorang pria di provinsi Yunnan, China dilaporkan meninggal dunia akibat virus ini.
Hantavirus adalah salah satu keluarga virus yang disebarkan oleh tikus dan dapat menyebabkan penyakit pada manusia.
Kasus meninggalnya pria yang terinfeksi virus itu membuat masyarakat khawatir akan munculnya virus baru, sedang virus corona masih saja mewabah.
Sekilas tentang hantavirus
Hantavirus adalah keluarga virus yang menyebar terutama oleh tikus.
Melansir Tribunnews, setiap hantavirus memiliki spesies inang hewan pengerat yang spesifik.
Hantavirus di Amerika dikenal sebagai hantavirus “Dunia Baru”, dan dapat menyebabkan sindrom paru hantavirus (HPS).
Gejala hantavirus meliputi kelelahan, demam, dan nyeri otot pada tahap awal, serta batuk dan sesak napas di kemudian hari.
Hantavirus lain, yang dikenal sebagai hantavirus “Dunia Lama”, banyak ditemukan di Eropa dan Asia, serta dapat menyebabkan demam berdarah dengan sindrom ginjal (HFRS).
Gejala hantavirus ini yaitu sakit kepala hebat, sakit punggung dan perut, demam, kedinginan, mual dan pandangan kabur.
Kedua penyakit ini dianggap langka, tetapi bisa berakibat fatal.
Penularan
Melansir laman Centers for Disease and Prevention (CDC), kasus Hantavirus Pulmonary Syndrome (HPS) umumnya terjadi di daerah pedesaan yang masih terdapat ladang atau hutan, dan hewan peternakan.
Area rumah, lumbung, dan gudang berpotensi menjadi tempat tinggal tikus yang akan menularkan virus ini.
Cara penularan hantavirus di antaranya, melalui gigitan tikus.
Meski penularan ini jarang terjadi, tetapi gigitan tikus yang terjangkit dapat menyebabkan seseorang tertular hantavirus.
Selain itu, menurut para ilmuwan, seseorang dapat tertular hantavirus ketika menyentuh urin, kotoran, atau air liur tikus, kemudian menyentuh hidung atau mulut mereka.
Para ilmuwan juga menduga, seseorang dapat tertular hantavirus saat memakan makanan yang terkontaminasi urin kotoran, atau air liur tikus.
Manusia paling sering terkena virus itu saat kebetulan menghirup tetesan kecil berisi virus yang tercampur di udara ketika urin hewan pengerat, kotoran atau matrial sarang menyatu.
Dalam kasus yang jarang terjadi, virus dapat menyebar jika tikus yang terinfeksi menggigit seseorang.
Gejala Hantavirus
Gejala hantavirus umumnya sulit terdeteksi.
Namun, menurut informasi, gejala-gejala penyakit ini berkembang antara 1 dan 8 minggu setelah terpapar urin segar, kotoran, atau air liur dari tikus yang terinfeksi.
Gejala awal yang dirasakan berupa rasa kelelahan, demam, dan nyeri otot terutama pada kelompok otot besar yakni paha, pinggul, punggung juga bahu.
Penderita juga akan mengalami sakit kepala, pusing, kedinginan, masalah perut, seperti mual, muntah, diare, dan sakit perut.
Sementara itu, untuk gejala dalam empat sampai 10 hari yakni penderita merasakan batuk dan sesak napas.
Pengobatan
CDC mengungkapkan tidak ada pengobatan khusus atau vaksin untuk infeksi hantavirus.
Pasien hantavirus akan menjalani perawatan di ruang perawatan intensif.
Dalam perawatan intensif, pasien diintubasi dan diberi terapi oksigen untuk membantu mereka yang mengalami kesulitan pernapasan parah.
Mereka yang menderita HFRS (demam berdarah dengan sindrom renal) juga dapat dihubungkan ke infus untuk mengelola cairan dan elektrolitnya.
Ada pula pasien yang memerlukan dialisis untuk kasus-kasus parah.
Bahaya hantavirus
Pasien yang mengalami HPS (hantavirus pulmonary syndrome) dan HFRS (demam berdarah dengan sindrom ginjal) dapat berakibat fatal.
HPS memiliki tingkat kematian 38%.
Bergantung pada virus mana yang menyebabkan HFRS, kematian terjadi pada kurang dari 1% hingga 15% pasien.
Tetapi kedua hal ini juga sangat jarang.
Beberapa pasien memiliki waktu pemulihan yang lama, bisa seminggu atau berbulan-bulan.
Tapi banyak pula pasien yang cepat pulih tanpa mengalami berbagai macam komplikasi.
Siapapun yang bersentuhan dengan tikus pembawa hantavirus berisiko terkena sindrom paru hantavirus (HPS).
Selain itu, aktivitas apa pun yang membuat seseorang berhubungan dengan kotoran hewan pengerat, urin, air liur atau sarangnya, dapat meningkatkan kemungkinan infeksi.
Di AS, orang-orang di daerah pedesaan lebih mungkin untuk melakukan kontak dengan virus.
Seperti wabah tahun 2012 yang melibatkan 10 kasus pada orang yang sempat mengunjungi Taman Nasional Yosemite.
Atau ada pula wabah hantavirus 2017 yang menjangkiti 17 orang di 11 negara bagian, yaitu Colorado, Georgia, Illinois, Iowa, Minnesota, Missouri, Pennsylvania, Carolina Selatan, Tennessee, Utah, dan Wisconsin.
Pencegahan
Hal terbaik yang bisa dilakukan adalah menjauhkan diri dari tikus.
Di rumah, tutup semua lubang atau celah di rumah, apartemen, atau garasi yang bisa membuat tikus masuk.
Pasang perangkap di dalam dan di sekitar rumah Anda untuk memerangi kutu tikus.
Tutup dan bersihkan makanan yang mudah diambil tikus.
Sanitasi adalah kuncinya.
Anda juga perlu melakukan tindakan pencegahan sebelum membersihkan ruang yang bisa menjadi lokasi kutu tikus.
Pertama, beri ventilasi dengan membuka pintu dan jendela setidaknya selama 30 menit.
Pastikan Anda memakai sarung tangan karet, lateks atau vinil.
Kemudian, jangan mengaduk debu dengan menyapu atau menyedot kotoran atau sarang.
Lebih baik, semprotkan area dengan desinfektan, atau campuran pemutih dan air.
Kemudian biarkan meresap selama lima menit.
Gunakan tisu untuk mengambil air seni dan kotoran tikus, lalu buang di tempat sampah.
Terakhir, semprot desinfektan barang-barang yang mungkin telah terkontaminasi oleh air seni atau kotoran tikus.
Diagnosis dan Perawatan
Ketika seseorang mengalami gejala-gejala awal HPS dan merasa memiliki riwayat bersinggungan dengan tikus, sebaiknya ia segera memeriksakan diri ke dokter.
Tidak ada perawatan khusus, penyembuhan, atau vaksin untuk infeksi hantavirus.
Namun, orang yang mengalami gejala awal dan segera memeriksakan diri berpotensi sembuh lebih cepat.
Pasien yang terlanjur mengalami gejala sesak napas mempunyai peluang kecil untuk memungkinkan perawatan berjalan efektif.
Perawatan intensif berupa intubasi dan terapi oksigen untuk membantu sistem pernapasan yang terganggu akan membuat kondisi pasien membaik. (Tribunbatam.id/Widi Wahyuningtyas)