Adanya Pembatasan Jarak Fisik, Begini Etika bila Akan Menegur Orang yang Langgar Aturan 'Jaga Jarak'

Demi mengurangi risiko tertular Covid-19, saat ini, masyarakat dunia telah mengubah kebiasaan mereka untuk tidak lagi berjabat tangan ketika bertemu..

Tribunnews/Jeprima
Aktivitas warga saat pulang kerja di kawasan Sudirman, Jakarta Pusat, Kamis (9/4/2020). Pemprov DKI Jakarta resmi menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Ibukota DKI Jakarta untuk memutus mata rantai virus corona atau Covid-19 pada Jumat (10/4) setelah disetujui oleh Menteri Kesehatan Terawan, PSBB berlaku selama 14 hari sesuai surat keputusan Kementerian Kesehatan dan bisa diperpanjang melihat situasi dan kondisi. 

TRIBUNBATAM.id - Demi mengurangi risiko tertular Covid-19, saat ini, masyarakat dunia telah mengubah kebiasaan mereka untuk tidak lagi berjabat tangan ketika bertemu, menjaga jarak, hingga memakai masker. 

Perubahan perilaku tersebut dikarenakan, hingga saat ini, pandemi belum berhasil diatasi dan secara global sudah lebih dari 100.000 orang meninggal dunia. 

Namun demikian, bagaimana jika kita menjumpai orang yang tidak mengindahkan aturan-aturan pembatasan jarak fisik. Misalnya tidak menutup mulut ketika batuk atau berdiri terlalu rapat ketika mengantri di kasir. Apakah kita harus menegurnya atau membiarkan? 

Dalam situasi yang normal, batasan antara bersikap “benar” dengan menegur orang terkadang kabur, namun sekarang ini adalah pandemi. 

Aturan baru tentang pembatasan jarak fisik dan kebersihan diri seharusnya dipatuhi oleh setiap orang untuk melindungi diri dan orang lain.

“Sampai saat ini kita belum punya obat atau vaksin. Yang bisa kita lakukan hanyalah mengubah perilaku dan ada bukti ilmiah bahwa ahl itu efektif dan disiplin menjalannya,” kata pakar etika medis Arthur Caplan. 

Menurutnya, kita tidak harus menjadi orang yang menjengkelkan, tapi kita berhak untuk memberitahu bagaimana yang benar.

“Secara langsung atau tidak itu bisa menyelamatkan nyawa,” kata Caplan kepada Time. 

Antrian panjang terlihat di depan restoran Pepper Lunch cabang Grand Mall Batam pada Selasa (30/4/2019) siang.
Ilustrasi - Antrian panjang terlihat di depan restoran Pepper Lunch cabang Grand Mall Batam pada Selasa (30/4/2019) siang. (TRIBUNBATAM.ID/PUTRI LARASATI ANGGIAWAN)

Dalam mengubah pola pikir atau perilaku seseorang, mempermalukan atau menyalahkan biasanya tidak efektif dibanding dengan bersikap empati.

“Di masa pandemi seperti sekarang setiap orang stres dan takut akan kesehatan mereka sendiri. Kita harus sensitif dengan kemampuan orang lain,” kata pakar bidang hukum kesehatan Aziza Ahmed.

Jika ada orang yang terlihat tidak menuruti perintah untuk diam di rumah, mungkin karena orang tersebut adalah pekerja harian yang jika tidak bekerja maka tidak punya uang. 

Pendekatan "bukan kamu, tapi saya"

Salah satu taktik untuk menegur orang lain adalah menggunakan pendekatan “bukan kamu, tetapi saya”.

Misalnya saja, ketika berada di toko swalayan dan ada orang yang berdiri terlalu dekat di belakang kita jangan langsung berteriak menyuruhnya mundur. Sebaliknya, beritahu bahwa setiap orang bisa sudah terinfeksi virus tapi tidak menyadarinya. Jadi, sebaiknya tetap menjaga jarak.

Menurut ahli antropologi medis Monica Schoch-Spana, kita berhak untuk melindungi dirisendiri jika ada orang lain menginvasi ruang personal kita. 

“Masuk akal jika kita protes ketika ada orang membahayakan kesehatan dan kesejahteraan kita. Kita berhak untuk mencoba dan memperbaiki perilaku itu, tetapi lakukan dengan sopan, dengan membagi informasi dan memberi contoh positif,” katanya. *

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Etika Menegur Orang yang Langgar Aturan Pembatasan Jarak

Dua Orang Positif Covid-19 di Bintan, 1 Warga Bintan, 1 ABK KM Bukit Raya, Ini Kata Kadinkes Kepri

The Price of Chicken Drops, the Government is Ready to Buy Peoples Chicken Farmers in East Java

Lagi Ditahan Pemerintah Iran, Selebgram Berjuluk Zombie Angelina Jolie Terinfeksi Covid-19

Jadi Ikon di Pulau Penyengat, Inilah Sejarah Masjid Raya Sultan Riau, Awalnya Hanya Bangunan Kayu

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved