KISAH PASIEN CORONA SEMBUH
Pasien Corona Pertama Sembuh di Batam, Yusilfa Yeni Beri Motivasi dan Rindu Nasi Padang
Kisah pasien corona sembuh di Batam, Yusilfa Yeni meminta jangan stress. Sempat kaget dan setelah sembuh rindu nasi padang
TRIBUNBATAM.id, BATAM - Nada suara Yusilfa Yeni (57) terdengar penuh semangat saat akan pulang dari RSBP Batam, Sabtu (19/4/2020).
Setelah beberapa hari dirawat karena terjangkit Covid-189, Yusilfa Yeni dinyatakan sembuh dan boleh pulang.
Yusilfa Yeni merupakan pasien pertama Corona yang sembuh di Batam.
Hingga Sabtu kemarin, tercatat total 29 kasuc Covid-19 di Batam.
Meski usianya tak lagi muda, wanita yang akrab disapa Yeni itu tampak penuh semangat berjalan sambil menenteng tas kecilnya.
Banyak kisah yang dirasakan Yeni selama melawan penyakit mematikan itu yang kini telah menginfeksi 2,25 juta manusia di seluruh dunia hingga Sabtu (18/4/2020) tersebut.
“Jangan takut, masyarakat tidak perlu takut sama penyakit ini, yang penting kita hidup sehat,” kata Yeni.
Menjelang kepulangannya, wanita berjilbab ini menceritakan kisah perjuangannya melawan Covid-19 pada TRIBUNBATAM.id.
"Kalau ditanya takut? Iya pastilah," kata Yeni mengawali ceritanya.
Apalagi, awal mula saya sakit kemudian dirawat hingga hasil pemeriksaan keluar tiba-tiba sudah dinyatakan positif Covid-19.
"Waktu itu saya syok, tapi siapa yang mau saya salahkan. Tidak ada kan? keluarga juga syok mendengarnya, banyak sanak saudara sempat heboh mendengar kabar saya," kata Yeni.
Waktu berjalan saya pun mulai menjalani perawatan isolasi di RSBP.
Dirawat begitu intensif, diperiksa, tak kalah menarik dalam proses saya menjalani perawatan tak pernah kenal dengan tim medisnya.
“Gimana mau kenal, wajah kan tak terlihat. Karena semua tertutup pakai APD yang digunakan, namun kita tahu nama dan ngobrol-ngobrol lah,” kata Yeni.
Selama menjalani isolasi, Yeni pernah syok.
“Perdana kan dirawat seperti ini, dokter pakai pakaian kayak robot, tak dapat keluar. Intinya berbeda dengan kehidupan sehari-hari jika diluar,” ungkap Yeni.
Namun dengan penuh optimis, bahwa saya akan sembuh untuk dapat bertemu keluarga.
"Saya bertekad sembuh dan melawan ini penyakit," kata Yeni menceritakan pengalaman masa-masa ia diisolasi.
Satu hal yang paling penting saat menjalani isolasi, tegas Yeni, jangan pernah merasa lemah dan putus asa.
“Keep smile dan jangan strees. Itu saja gak banyak kok," pesannya.
Intinya jangan lupa berdoa kepada Tuhan, dan percaya akan sembuh serta ikuti aturan yang dianjurkan dokter.
Selama diisolasi, Yeni mengaku tim medis selalu menghibur, bahkan sesama kita pasien Covid-19 yang menjalani perawatan saling memberikan semangat satu sama lain.
“Tidak begitu jenuh ya. Keluarga juga sering telepon. Jadi saya kadang telponan dengan keluarga, anak, mereka banyak kasih kabar,” kata Yeni.
Dia mengaku anaknya yang sedang kuliah pascasarjana di Bandung disebut yang paling khawatir dengan kondisi ibunya dan setiap hari menelepon.
“Apa kabar mama, gimana kabarnya hari ini, begitu pedulinya mereka,” ucapnya.
Kalau ditanya bagaimana hari-hari berada dalam masa isolasi, Yeni mengatakan dia selalu diberikan makanan bergizi, diberi obat, dicek kondisi kesehatannya selama 24 jam dipantau.
"Pasien dan medis begitu akrab. Saya sangat ingat itu, tuh..si Rafli dia paling lucu. Dari beberapa perawat yang bertugas Rafli itu paling lucu, dia selalu buat tertawa dan memberikan semangat, walau saya belum lihat wajahnya namun ingat sekali namanya,” ungkap Yeni.
Selepas pulang nanti, Yeni mengaku akan langsung makan nasi Padang.
“Untuk teman-temanku yang masih dirawat kalian harus percaya akan sembuh, jangan stres dan tetap semangat,” katanya.
Begitu juga bagi warga Batam, dia berpesan untuk melawan Covid-19 tak boleh takut.
“Jangan pernah takut, dan tetap hidup sehat. Terimakasih kepada dokter, medis dan perawat yang telah merawat saya. Sekali lagi Terimakasih,” tutup Yeni memasuki mobil untuk pulang.
Jangan stress
Yusilfa menitip pesan. Dalam pesannya, ia mengingatkan agar rekannya selama di ruang isolasi dulu tetap tersenyum dan optimis.
"Kuncinya jangan stres dan penuh pikiran. Happy saja. Jangan lupa habiskan makan biar kuat. Untuk para perawat, terima kasih. Semuanya terbaik," tutupnya.
Sementara itu, Yusilfa menceritakan pengalamannya saat pertama kali dinyatakan positif Covid-19.
Langit seakan runtuh saat dia mendengar dirinya terkonfirmasi positif Covid-19.
"Tapi bagaimana? Hidup harus tetap berjalan," ujar wanita berusia 57 tahun ini.
Saat itu, Yusilfa tak ingin terlalu menyesali takdir hidupnya. Dalam pikirannya, badai pasti berlalu.
Dijemput petugas medis di rumah miliknya, tanggal 9 April 2020 lalu, Yusilfa hanya bisa pasrah. Berbagai persiapan sebelum dirinya diisolasi di rumah sakit rujukan penanganan pasien Covid-19 di Batam pun disiapkan olehnya.
Mulai dari pakaian hingga keperluan lain, salah satunya telepon genggam (handphone) sebagai alat berkomunikasi dengan keluarga selama menjalani masa isolasi.
"Al-Quran yang pertama kali saya harus bawa. Sebab hanya kepada Tuhan saya berpasrah diri, berdoa dan berusaha agar sembuh," kenangnya waktu akan dibawa menuju ruang isolasi RSBP Batam.
Sambil terus menggenggam bunga pemberian tenaga medis di sana karena dirinya berhasil sembuh, Yusilfa melanjutkan ceritanya dengan senyum merekah. Pertanda hidup masih panjang.
Ia mengingat betul berbagai peristiwa ketika dirinya diisolasi secara rinci. Mulai dari kegiatan santai bersama tiga pasien terkonfirmasi positif Covid-19 lainnya hingga candaan para petugas medis agar para pasien tak mengalami stres.
"Kalau bersama pasien lain, kami saling menguatkan. Duduk mengobrol seperti biasa. Kalau petugas, si Rafli itu paling berkesan. Dia lucu dan caranya berkomunikasi enak didengar," tambahnya.
Selama diisolasi, makanan bergizi pemberian petugas medis selalu dihabiskannya. Ia yakin, dengan menjaga imun tubuh, virus berbahaya yang mengancam dirinya dapat segera musnah.
Tampil menggunakan masker dan hijab motif bunga, Yusilfa begitu merindukan keluarganya. Terutama anaknya nomor dua.
Bukan tanpa alasan, anaknya nomor dua itu tak mengetahui kabar dirinya dinyatakan positif terjangkit Covid-19.
Bahkan, beberapa anaknya yang lain pun terpaksa harus menutupi kondisi Yusilfa dengan harapan, perkuliahan anak nomor duanya ini tak terganggu.
"Ia sedang menempuh S2 di Bandung. Kakak-kakaknya selalu bilang, kondisi saya sehat agar dia tak cemas," ujarnya lirih.
Kini, Yusilfa sembuh. Saat Yusilfa akan pulang meninggalkan RSBP Batam, tampak satu unit mobil merek Isuzu berwarna hitam telah menunggunya.
Sebelum menaiki mobil dengan pelat bernomor BP 1356 IY itu, tepuk tangan para tenaga medis mengiringinya.
Para tenaga medis terharu melihat perjuangan Yusilfa untuk sembuh. Bahkan beberapa tenaga medis tampak menyembunyikan rasa harunya dibalik senyum.
"Kita tidak boleh bersedih. Harus tetap memberi semangat kepada Ibu Yusilfa," bisik seorang tenaga medis kepada Tribun Batam.(tribunbatam.id/ichwannurfadillah)
(Tribunbatam.id/Beres Lumbantobing)