VIRUS CORONA DI BATAM
Dampak Virus Corona, Warga Lansia di Batam Terpaksa Jual Penggorengan untuk Membeli Beras
Ia bersyukur ketika mendapatkan bantuan dari Pemerintah Kota Batam. Wabah virus Corona benar-benar membuat penghasilannya terpuruk.
TRIBUNBATAM.id, BATAM - Pandemi virus Corona (Covid-19) mengakibatkan Atjhi tak lagi berpenghasilan.
Janda berumur 67 tahun ini sehari-hari beprofesi sebagai tukang pijat. Ia tinggal di Kelurahan Patam Lestari, Kecamatan Sekupang, Kota Batam, Provinsi Kepri.
Ia bersyukur ketika mendapatkan bantuan dari Pemerintah Kota Batam. Wabah virus Corona benar-benar membuat penghasilannya terpuruk.
"Syukur dapat bantuan ini, sekarang tak ada penghasilan sama sekali. Sumpah demi Allah. Ini di depan masjid," kata Atjhi pada TribunBatam.id, Senin (20/4/2020).
Ia mengungkapkan, sebelum Covid-19, ia bisa membawa pulang Rp 50 ribu hingga Rp 60 ribu dalam satu hari. Kini semenjak adanya Covid- 19, penghasilannya menurun.
"Tak ada penghasilan sekarang, mangkanya saya sampai jual penggorengan dan tempat beras, itu untuk beli beras," tambahnya.
Kini Atjhi benar-benar berharap uluran tangan dermawan. Langganan jasa pijatnya kini mulai tidak menggunakan jasanya.
"Akibat virus Corona ini, sudah tidak ada yang mau pijat lagi. Mungkin orang takut," ucapnya.
Sopir Taksi di Batam Terpaksa Harus Puasa
Dampak Corona di Batam memukul sektor ekonomi berbagai kalangan, termasuk pekeja sektor informal.
Pukulan terasa berat dirasakan sopir taksi dan ojek, baik online maupun konvensional.
Wabah Covid-19 ini berpengaruh secara signifikan terhadap pendapatan mereka sehari-hari.
Seorang tukang ojek pangkalan di wilayah Engku Putri, Batam Center, Sofyan Hadi mengungkapkan keresahannya sebagai tukang ojek dengan penghasilan tidak tetap.
Sebelum ada wabah Covid-19, pekerjaannya sebagai tukang ojek bisa dibilang dapat melebihi cukup untuk kebutuhan sehari-hari keluarganya.
• Plt Gubernur Kepri Umumkan 2 Pasien Covid-19 Sembuh, Isdianto: Pasien Sembuh Terus Bertambah
• Terdampak Covid-19, Hanura Kepri Beri Bantuan Sembako, Sasar Masyarakat Hinterland di Karimun
Ia bahkan bisa membayar tagihan dan cicilan motor yang dipakainya bekerja tanpa menunggak.
Akan tetapi, saat wabah ini muncul, situasi menjadi begitu sulit.
Ia menjabarkan macam-macam biaya yang harus dipenuhinya setiap bulan sebagai kepala keluarga, yakni biaya makan, sekolah, listrik, air, cicilan rumah hingga motor.
"Setiap bulan saya bisa mengeluarkan uang Rp 5 jutaan hanya untuk tagihan, belum termasuk makan," ungkap Sofyan.
Saat ini, ia tengah kalut dikejar-kejar pihak leasing yang menyediakan kredit motornya. Bulan ini, terpaksa ia menunggak sebab sama sekali tidak memiliki uang.
Sama halnya dengan Totok, sopir taksi konvensional, yang juga mangkal di lokasi yang sama. Ia mengaku kebingungan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarganya saat ini.
Totok memiliki lima anak yang menuntut untuk dinafkahi olehnya.
"Kalau masih muda seperti kalian ini, tidak ada beban, pulang tinggal makan, tidur. Kita yang orang-orang tua inilah yang pusing. Setiap hari puluhan ribu harus sudah tersedia di meja buat makan," ungkap Totok sembari terkekeh.
Sofyan menambahkan, di luar sana masih banyak pula sopir taksi dan ojek yang kondisinya lebih memprihatinkan dibanding mereka.
Sambil menunjuk pada mobil-mobil di depan trotoar Pelabuhan Internasional Batam Center yang berjajar, Sofyan mengatakan, banyak sopir taksi yang terpaksa puasa atau mengurangi porsi makannya demi mencukupi kebutuhan keluarga.
"Soalnya kita ke sini juga butuh modal. Setiap hari saya harus keluar uang Rp 60 ribu untuk bensin dari rumah di daerah Nongsa ke sini. Belum lagi untuk keliling-keliling bawa penumpang, kalau sepi, bisa-bisa tekor," tambah Totok.
Sebagai sopir taksi dan ojek dengan beban profesi yang relatif sama, keduanya berharap pemerintah agar turut memperhatikan kesejahteraan masyarakat kecil.
Paling tidak, beberapa aspek vital dalam kehidupan para pekerja informal ini dapat sedikit dibantu dengan penerapan kebijakan yang efektif dan tepat sasaran.
"Contohnya kayak kebijakan penundaan kredit setahun dari Jokowi itu, sampai sekarang bagaimana kelanjutannya? Saya masih dikejar-kejar pihak leasing. Lalu kebijakan penghapusan biaya listrik 450 VA, memangnya di Batam ini ada berapa banyak masyarakat yang listriknya 450 VA? Paling cuma segelintir, nggak sampai ke kita," ujar Totok menambahkan keluh kesahnya.
Saat ini, para sopir taksi dan ojek di kawasan Batam Center tersebut hanya mampu menunggu solusi yang terbaik dari pemerintah, baik perihal penanggulangan wabah Covid-19, maupun upaya mengatasi dampak perekonomian yang ditimbulkannya saat ini.(TribunBatam.id/Himi Heptana/Hening Sekar Utami)