Epidemiolog Ingatkan untuk Mulai Mewaspadai Gelombang Kedua Covid-19: Sulit Dihindari
Berbeda dengan Indonesia, sejumlah negeri seperti China hingga Korea Selatan sudah mulai memasuki gelombang kedua, setelah diketahui jumlah kasusnya s
TRIBUNBATAM.id - Pakar Epidemiologi Indonesia Dicky Budiman memperingatkan soal potensi gelombang kedua wabah Covid-19.
Potensi gelombang kedua Covid-19 itu diungkap Dicky Budiman melaluai sambungan telepon Metro Pagi Prime Time pada Senin (20/4/2020).
Menurutnya, Indonesia saat ini masih dalam tahap penyebaran gelombang pertama virus Corona. Puncaknya diperkirakan awal Mei.
Berbeda dengan Indonesia, sejumlah negeri seperti China hingga Korea Selatan sudah mulai memasuki gelombang kedua, setelah diketahui jumlah kasusnya sempat menurun.
"Tapi untuk sebagaimana kita ketahui untuk China kemudian Singapura, kemudian juga Taiwan, Korea, mereka sudah melewati gelombang pertama ini."
"Dan saat ini mereka dalam posisi munculnya potensi serangan gelombang kedua, ini yang terjadi saat ini," jelas Dicky.
Ia menegaskan agar semua pihak perlu fokus pada gelombang pertama agar penyebaran virus Corona lebih landai.
Hal itu bisa dilakukan dengan adanya tes pemeriksaan yang masif.
"Kita masih harus berupaya tetap fokus di gelombang ini dan mudah-mudahan kita bisa melakukan pelandaiain kurva tentu dengan peningkatan cakupan test, deteksi, dan tracing dari penderita covid-19," katanya.
Ia mengatakan, gelombang kedua virus Corona diprediksi bisa terjadi mengingat penyakit tersebut memiliki angka reproduksi dasar lebih dari satu.
Selain itu, penyakit ini masih tergolong baru di mana banyak orang belum memiliki imun untuk menangkal virus Corona.
"Yang perlu dipahami gelombang kedua ini sulit dihindari karena selama penyakit covid-19 memiliki basic reproduction number yang di atas satu dia akan terus memilkiki potensi untuk menularkan."
"Dan sebagaimana kita ketahui karena penyakit ini, penyakit baru sebagian dari populasi memang tidak memiliki imunitas artinya mereka rawan," jelas dia.
Dicky menjelaskan semakin banyak orang tak memiliki imunitas yang kuat maka semakin besar gelombang dua terjadi.
"Semakin banyak di daerah situ, di negara tersebut yang masih rawan belum memiliki imunitas terhadap covid-19 ya semakin besar juga serangan baik gelombang kedua atau berikutnya itu yang terjadi," ucapnya.
Lihat videonya sejak menit awal:
Puncak Corona Diprediksi Mundur Mei hingga Juli
Puncak virus Corona diprediksi akan berlangsung pada Mei sampai Juli.
Menanggapi kabar tersebut, Dokter Spesialis Paru,Erlina Burhan mengungkapkan harapannya.
Ia berharap bahwa hitungan Puncak virus Corona itu benar adanya.
"Ya (Puncak virus Corona) itu kan sudah dianalisa oleh ahli-ahli yang bisa memprediksi. Dan kami sendiri merasa bahwa mudah-mudahan itu benar sampai Mei Puncaknya," kata dokter Erlina seperti dikutip TribunWow.com dari channel YouTube Talk Show tv One pada Sabtu (18/4/2020).
"Biasanya setelah Puncaknya, (angka penyebaran kasus) turun ke bawah biasanya, kan harapannya demikian," imbuhnya.
Dokter Erlina mengungkapkan, hitungan ini juga bergantung dari peran masyarakat Indonesia yang mau disiplin dalam menerapkan aturan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
"Tapi tentu saja ini tidak bisa terjadi kalau tidak ada peran dari masyarakat untuk tetap patuh kepada PSBB," ucapnya.
"Itu yang kami harapkan karena kami yang ada di rumah sakit sangat-sangat tergantung pada perilaku ini dan ketegasan dari pemerintah," kata dia.
Ia mengaku bahwa tenaga medis adalah pihak yang paling bahagia jika terjadi penurunan kasus virus Corona.
Pasalnya, di saat sekarang yang belum memasuki Puncak virus Corona saja tenaga medis sudah kewalahan.
"Kalau ini terjadi penurunan, kita paling yang seneng dari tenaga kesehatan karena tugas kami akan semakin ringan."
"Sekarang saja belum sampai Puncak sudah betul-betul lelah rasanya," ucapnya.
Dokter Erlina lantas menjelaskan apa yang dimaksud dengan Puncak virus Corona.
Menurutnya, Puncak virus Corona itu adalah temuan kasus.
Terkait hal tersebut, ia lantas mengungkapkan harapannya agar pemerintah dapat melakukan tes lebih banyak dan merata, bukan hanya di kota-kota besar saja.
"Temuan kasus artinya orang bisa jadi dia bergejala atau tidak. Jadi intinya adalah kita harus melakukan deteksi yang masif."
"Mudah-mudahan pemerintahan bisa menyediakan pemeriksaan di banyak tempat dan merata," harapnya.
Ikuti >>> Update virus Corona
Artikel ini telah tayang di TribunWow.com dengan judul Epidemiolog Ingatkan Gelombang Kedua Corona di Indonesia yang Kini Dialami China: Sulit Dihindari