Breaking News

Pria Pembelot Korea Utara Ini Tak Hanya Mengalami Luka Tembak, Tapi Juga Positif Covid-19

Seorang penjaga perbatasan China menembak pembelot ketika ia coba menyeberangi Sungai Tumen pada 20 April sore hari

Editor: Mairi Nandarson
KOMPAS.com/BBC INDONESIA)
Peta perbatasan Korea Utara dengan China dan Rusia 

TRIBUNBATAM.id, PYONGYANG - Kabur melintasi perbatasan, seorang pembelot dari Korea Utara ditembak penjaga perbatasan China, Senin (20/4/2020) lalu.

Pembelot Korea Utara itu kemudian diselamatkan dan dibawa untuk menjalani perawatan di sebuah rumah sakit di China.

Setelah diperiksa, pria tidak hanya mengalami luka tembak, tetapi juga dinyatakan positif virus corona (covid-19).

Puasa Ramadhan 2020 Sudah Dimulai Hari Ini, Inilah Negara dengan Durasi Puasa Tersingkat dan Terlama

Khabib Nurmagomedov Tidak Akan Bertarung Selama Bulan Ramadhan 2020

UPDATE Data Virus Corona di Dunia Jumat (24/4) Pagi: 2,7 Juta Terinfeksi, 744.886 Sembuh

Seorang penjaga perbatasan China menembak pembelot ketika ia coba menyeberangi Sungai Tumen pada 20 April sore hari.

Demikian pemberitaan Daily NK mengutip sebuah sumber di China.

Ketika pria itu dibawa ke rumah sakit di Longjing, hasil tes menunjukkan dia positif corona.

Rumah sakit langsung melarang adanya kunjungan, menyusul hasil positif Covid-19 yang keluar.

Sementara itu klaim dari Korea Utara yang melibatkan kegiatan atau warganya sangat sulit diverifikasi, mengingat isolasi dan kerahasiaan negara itu.

Dilansir dari Mirror, pemimpin tertinggi Korut Kim Jong Un dilaporkan pulih setelah menjalani operasi jantung pada 12 April.

Rezimnya juga bersikeras bahwa negara itu bebas virus corona, tetapi masyarakat internasional mencurigai ada yang ditutupi.

Ada klaim tidak terverifikasi pada Februari bahwa Korea Utara telah mengeksekusi pasien Covid-19 pertamanya oleh regu tembak.

7 Aplikasi Android Untuk Penunjang Ibadah Puasa Ramadhan, Alquran, Zakat, Hingga Lagu Religi

Selain Khabib Nurmagomedov, Inilah 5 Petarung yang Belum Terkalahkan Hingga Kini

Laporan Daily NK sebelumnya pada Maret mengklaim Covid-19 di Korea Utara mungkin telah menewaskan hampir 200 tentara selama "wabah besar", dan ada "terlalu banyak mayat" untuk dikremasi.

Situs web yang dijalankan oleh para pembelot itu sebelumnya melaporkan, virus corona mungkin telah menewaskan sedikitnya 23 orang di seluruh negeri ketika informasi mengalir dari sumber.

Namun rezim Kim Jong Un tetap bersikeras negaranya tidak tersentuh Covid-19, meski puluhan ribu kasus terdapat di negara tetangga yakni China dan Korea Selatan.

Klaim tersebut telah ditolak oleh komunitas internasional.

Ada kekhawatiran bahwa wabah besar di Korea Utara akan menjadi bencana besar karena sistem pelayanan kesehatannya yang buruk, masyarakat yang kekurangan gizi, sanksi ekonomi, dan penanganan krisis masa lalu yang menyedihkan, termasuk kelaparan di tahun 1990-an yang diperkirakan menyebabkan 3 juta kematian.

Awal bulan ini Kim Myong yang membelot dari Korea Utara, memperingatkan bahwa Covid-19 dapat merenggut nyawa orang sebanyak kelaparan empat tahun yang dikenal sebagai Arduous March.

Myong yang tinggal di Pyongyang dan menderita kekurangan makanan selama kelaparan, menolak klaim rezim Kim sebagai propaganda dan "kebohongan yang tidak masuk akal".

Dia juga mengatakan Kim hanya sedikit peduli dengan kesejahteraan rakyatnya.

Dalam sebuah artikel untuk Komite Hak Asasi Manusia Korea Utara yang berbasis di AS, Myong menulis bahwa jumlah sebenarnya dari infeksi dan kematian "melebihi bayangan."

Dia mengatakan, sistem perawatan kesehatan Korea Utara rapuh dan genting.

"Orang-orang Korea Utara telah lama dipengaruhi oleh kekurangan gizi kronis, kesehatan yang buruk, dan kekebalan yang lemah."

"Konsekuensinya, tidak berlebihan untuk menyatakan bahwa Korea Utara jauh lebih rentan terhadap Covid-19 daripada negara mana pun di dunia."

Dia menduga Kim menyembunyikan kebenaran tentang wabah itu dan menipu rakyatnya sendiri, karena dia khawatir warga Korea Utara akan berbalik melawannya jika mereka tahu korban sebenarnya diakibatkan kurangnya pengujian dan perawatan yang tepat.

Ayahnya, Kim Jong Il, juga pernah menyembunyikan kengerian kelaparan saat menjalani kehidupan mewah.

Myong menambahkan, "Kepada Kim Jong Un, membiarkan ratusan, ribuan, atau bahkan puluhan ribu warga Korea Utara meninggal karena penyakit seperti budak yang tidak berharga, tidak akan menjadi masalah."

"Baginya, menyaksikan begitu banyak orang mati akan sedikit menyakitkan daripada tusukan jari menumpahkan satu tetesan darahnya sendiri."

\\

\\

\\

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Positif Covid-19 dan Coba Kabur, Pembelot Korea Utara Ditembak"
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved