Kisah Pengambil Swab Covid-19 di RSBP Batam, Rela Jaga Jarak dengan Istri dan Anak Usia 7 Bulan
Kisah analasi pengambil sample swab di RSBP Batam, sebagai seorang analis, ia sudah terbiasa mengambil sampel darah atau cairan tubuh pasien
TRIBUNBATAM.id, BATAM - Gambaran wabah virus Corona di Kota Batam sederhananya ditampilkan dalam bentuk angka-angka yang dikeluarkan oleh Tim Gugus Tugas Covid-19.
Melalui laman website dan rilis, para pasien terkonfirmasi Covid-19, sembuh, meninggal, PDP maupun ODP direpresentasikan secara kuantitatif.
Akan tetapi, di balik angka-angka di layar gawai dan monitor tersebut, terdapat beberapa orang yang bekerja keras dan berdedikasi penuh terhadap kelancaran upaya penanggulangan Covid-19.
Orang-orang di balik layar itu adalah para dokter, perawat, dan pekerja laboratorium baik di rumah sakit maupun Badan Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BTKLPP) Kota Batam.
Namun, salah satu garda terdepan dalam pengambilan sampel swab pasien Covid-19 tampaknya belum banyak dikenal masyarakat luas.
• Sembuh dari Corona di Batam, Santi dan Yohana Menangis Terharu
Rizky Yudistira (30) adalah satu dari sekian analis laboratorium RSBP Batam yang melakukan pekerjaan beresiko itu.
Sebagai seorang analis, ia sudah terbiasa mengambil sampel darah atau cairan tubuh pasien berpenyakit.
Tetapi baginya kali ini berbeda, wabah Covid-19 yang merebak cukup pesat dan berpotensi mematikan tersebut membuatnya harus lebih ekstra memperhatikan upaya perlindungan diri saat bekerja.
Rizky mengaku, ia harus selalu mengenakan APD lengkap dengan pemasangan yang tepat setiap kali bekerja mengambil sampel swab para Pasien dalam Perawatan (PDP) atau pasien terkonfirmasi positif.
Dalam sekali pengambilan sampel swab, Rizky dan seorang rekannya di fasilitas Analisis Laboratorium dan Patologi Klinik RSBP Batam, dapat menangani puluhan pasien sekaligus.
Hingga saat ini, ratusan pasien di RSBP Batam sudah melalui proses pengambilan sampel swab oleh Rizky beserta rekannya, Eny Sri Nurwanti (48).
"Kemarin kita sudah ambil sampel swab sebanyak 29 pasien sekaligus," ujar Rizky.
Pengambilan sampel swab juga bukan hal mudah. Rizky menunjukkan, alat swab yang dimaksud yakni mirip seperti cotton bud dengan panjang sekitar 20 cm.
Benda inilah yang akan dimasukkan ke dalam hidung dan tenggorokan pasien dalam pengambilan sampel cairan lendir.
Umumnya, pasien akan merasa sedikit kesakitan dan dorongan untuk batuk atau bersin. Maka dari itu, pemakaian APD adalah hal yang esensial dalam pekerjaan Rizky Yudistira sebagai analis.
Ia mengaku sedikit khawatir akan keselamatan dirinya dan keluarga. Meski ia percaya bahwa upaya pencegahan penularan virus Corona yang diterapkannya setiap kali menangani pasien sudah cukup aman, namun pria asal Padang ini tetap melakukan tindakan pencegahan lainnya, seperti rutin mencuci tangan dan mandi seusai bekerja.
Selama tujuh tahun lamanya Rizky menjalani profesi sebagai analis laboratorium, wabah Covid-19 saat ini adalah penyakit paling serius dan ganas yang pernah ia temui.
Guna menjalankan kewajibannya, Rizky bahkan rela berjaga jarak sementara dengan istri dan anaknya yang masih berusia 7 bulan.
Sang istri saat ini sedang berada di kampung halaman, sementara Rizky bekerja di Batam.
"Awalnya saya dan istri pulang kampung bersama, tapi karena pas ada Corona, saya disuruh balik bertugas, istri saya masih di kampung tidak saya bolehkan pulang ke Batam," ujar Rizky.
Ia juga mengaku sering merasa rindu dengan istri dan anaknya yang masih bayi tersebut.
Namun apa daya, wabah masih berlangsung. Rizky hanya dapat berusaha melaksanakan kewajibannya sebaik mungkin sampai wabah Covid-19 tuntas di Kota Batam.
"Harapan saya, agar wabah ini dapat segera selesai dan masyarakat Batam sehat semua, bebas dari virus Corona," tambah Rizky.(TRIBUNBATAM.id/Hening Sekar Utami)