HIKMAH RAMADHAN
Puasa Dalam Dimensi Takwa
Tujuan perintah puasa secara tegas dinyatakan “la’allakum tattaqun” agar seseorang menjadi takwa-satu maqam yang harus dicapai.
“Andaikan, penduduk bumi merasakan sedikit saja dari apa yang diperoleh orang yang bertakwa, pastilah mereka akan menggigit jari dari kenikmatan yang dirasakannya” (al-Hukama).
TRIBUNBATAM.id, BATAM - Ramadhan syahrun adzim, syahrul Mubarak (bulan yang agung, bulan yang penuh kebajikan), demikian ungkapan Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam tatkala Ramadhan tiba.
Tujuan perintah puasa secara tegas dinyatakan “la’allakum tattaqun” agar seseorang menjadi takwa-satu maqam yang harus dicapai dalam perkembangan rohani manusia (QS Al-Baqarah: 183).
Pada mulanya takwa menyangkut hubungan manusia dengan Tuhan, tetapi implikasi takwa harus membuat seseorang muslim berpikir bagaimana mengatur kehidupan yang berubah-ubah, atau dengan kata lain bagaimana atas dasar takwa itu seseorang muslim membentuk suatu cara hidup.
Dan cara hidup itu, kita pahami sekarang ini sebagai kebudayaan.
Karena itu implikasi takwa adalah pembudayaan tradisi-tradisi mulia, ini sebagaimana dijelaskan dalam Al-qur’an bahwa sikap takwa itu antara lain bersikap adil, Allah Ta'ala berfirman, “berlakulah adil, karena adil lebih dekat kepada takwa” (QS al-Maidah: 8).
Dengan begitu, “takwa akan menyelamatkan seseorang dari kekerdilan jiwa (QS al-Hasyr: 9).
Dalam skala yang lebih luas takwa adalah juga sebuah dasar kemanusiaan, takwa merupakan dasar silaturahmi membentuk keluarga dan kekerabatan (QS an-Nisa:1).
Takwa menyatukan seluruh kemanusiaan dari berbagai warna kulit, rasa tau keturunan.
Firman Allah Ta'ala:
“Kami menciptakan dari pria dan wanita dan membuat kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling objektif yang menjadi dasar hubungan antar bangsa ras, suku maupun antar individu.
Criteria ini menjadikan hidup lebih dinamis karena membuat orang berlomba-lomba dalam berbuat kebaikan (fastabiqulkhairat).
Sekiranya implikasi cita-cita “ketakwaan” ini secara konsisten dapat berkembang dalam rohani bangsa, maka dapat dijamin kita akan lebih mampu meraih prestasi kemakmuran dalam keadilan dan keadilan dalam kemakmuran (lafatahna alaihim barakatim minassama-i- wal ardh).
Implikasi takwa di bidang pembangunan yang berada di tingkat atas maupun para pelaksana di lapangan.
Proses pembangunan yang menyatu dengan nilai-nilai ketakwaan seperti adil, jujur, amanah, dan lainnya di bidang social budaya maupun di bidang ekonomi, insya Allah proses dan hasilnya akan terasakan adil bagi semua, selaras dan harmonis dengan kebenaran yang sama-sama dicintai semua orang.
Tetapi bila yang berjalan tidak selaras dengan nilai-nilai takwa, maka hasil pembangunan bisa kurang berkahnya, bahkan bisa menimbulkan keresahan dan gejolak social.
Maka kita jadikan Ramadhan proses pembudayaan ketakwaan kita kepada Allah dengan giat dan ulet kita laksanakan segala amaliah dengan silabus utamanya puasa.
Insya Allah. Wallahu a’lam. (*)