Melacak Jejak Buron KPK Nurhadi, Disebut Hidup Dalam Kemewahan, Sempat Tukar Uang Rp 3 Miliar

Selain punya cicilan apartemen, buron Nurhadi juga dikabarkan sempat menukarkan uang senilai 3 miliar rupiah selama sepekan

|
TRIBUNNEWS/HERUDIN
Mantan Sekretaris Mahkmah Agung (MA) Nurhadi yang kini masih bertatus sebagai buronan alias DPO KPK 

TRIBUNBATAM.id, JAKARTA - Hingga hari ini, keberadaan mantan Sekretaris Mahkamah Agung (MA) Nurhadi masih begitu misterius.

Sejak statusnya jadi DPO alias buronan KPK, Nurhadi menghilang bak ditelan bumi. 

Sebelumnya sempat ramai kabar yang menyebutkan kemunculan sosok Nurhadi di beberapa masjid di daerah Jakarta. Namun, kabar itu dibantah.

Nurhadi bersama menantunya, Rezky Herbiyono awalnya ditetapkan sebagai tersangka kasus suap senilai Rp 46 miliar.

Dilansir TribunWow.com, meski jadi buronan, Nurhadi disebut-sebut masih hidup secara mewah hingga memiliki sejumlah cicilan apartemen.

Hal itu disampaikan secara gamblang oleh Koordinator Masyarakat Anti-korupsi (MAKI), Boyamin Saiman dalam kanal YouTube Kompas TV, Senin (11/5/2020).

Selain memiliki cicilan apartemen, Nurhadi juga dikabarkan sempat menukarkan uang senilai 3 miliar rupiah selama sepekan.

Menurut Boyamin, hal itu sebenarnya bisa digunakan untuk melacak keberadaan Nurhadi.

"Infomasi uang di money changer, periode terakhir itu sebenarnya terpantau 2018," kata Boyamin.

"Tapi maksud saya ini kan informasi yang bagus, oh dia (Nurhadi) menukarnya di situ 2013 sampai 2018, 5 tahun loh."

Tak hanya itu, Boyamin pun menunjukkan bukti pembayaran cicilan apartemen Nurhadi.

Bahkan, meski masih jadi buronan KPK, Nurhadi disebutnya masih memiliki 3 cicilan apartemen mewah.

"Jadi bisa dilacak rekeningnya, saya juga punya rekening menantunya," jelas Boyamin.

"Yang terakhir kan yang belum saya sempat kasihkan kan misalnya kuitansi apartemen itu kan, satu cicilannya aja 250 juta."

"Ada yang 100 (juta), bahkan saya cetak ini," sambungnya.

Sambil menunjukkan kuitansi pembayaran, Boyamin menyebut cicilan itu dibayarkan oleh istri Nurhadi, Tin Zuraida.

Selain itu, menurutnya pembayaran itu dilakukan secara cash.

"Ya malah istrinya, Tin Zuraida," jelasnya.

"Ini pakai cash semua dimasukkan ke rekening account virtual perusahaan pengembangnya, sampai seperti ini."

"Yang membayar Tin Zuraida, tanggalnya ini 23 Januari 2014," sambungnya.

Melanjutkan penjelasannya, Boyamin menyebut kuitansi pembayaran itu menjadi bukti keberadaan Nuhardi yang masih berada di sekitaran Jakarta.

"Iya ototmatis terkonfimasi, berarti yang paling mahal cicilan sekali (Rp) 250 juta, dan ini cicilan ke-16, kira-kira cicilan ke-30."

"Satu unit loh, belum unit yang lain. Satu unit (Rp) 250 juta, ini cicilan ke-16," tandasnya.

Kabar Harun Masiku Ditembak Mati

Pada kesempatan itu, sebelumnya Boyamin Saiman gamblang menduga tersangka kasus korupsi, Harun Masiku sudah meninggal dunia.

Dilansir TribunWow.com, sebelumnya, Harun Masiku yang hingga kini masih buron merupakan tersangka kasus korupsi pergantian antar waktu (PAW).

Harun Masiku diduga memberikan uang suap kepada Komisioner Komisi Pemilihan Umum (KPU) Wahyu Setiawan, untuk melancarkan jalannya menjadi anggota DPR dari fraksi PDIP.

Tak hanya soal meninggal dunia, Harun Masiku bahkan juga dikabarkan ditembak mati agar tak membuka kasus korupsi para petinggi.

Boyamin Saiman menjawab soal kabar Harun Masiku ditembak mati.

"Ya matinya itu kan macam-macam, paling gampang kan memang ditembak mati," kata Boyamin.

Terkait hal itu, Boyamin pun kembali mengungkit kasus yang menyeret nama Harun Masiku.

Selain Harun Masiku, kasus korupsi itu dilakukan bersama mantan caleg PDIP yang lain, Saeful bahri.

"Karena apa? Yang sederhana dari persidangan kemarin kan kita pantau, ada kesepakatan uang yang dipakai ngurus itu kan (Rp) 1 Miliar," kata Boyamin.

"Dari Saeful Bahri itu kan (Rp) 400 M (juta -red), katanya ada (Rp) 200 (juta) lagi itu uang penghijauan atau apa."

Menurut Boyamin, ada transaksi yang tak diselesaikan Harun Masiku.

Ia menyebut, Harun Masiku tak melunasi uang yang dijanjikan kepada Wahyu Setiawan senilai total 600 juta rupiah.

"Artinya kan itu kan ada lagi komitmen Harun untuk nambal (Rp) 600 (juta)-nya," Boyamin.

"Dan itu nampaknya Harun Masiku juga bohong tidak menyediakan uang itu."

Hal itu diduganya dilakukan Harun Masiku karena tak memiliki banyak uang.

Boyamin menambahkan, tak selesainya sejumlah transaksi itu menyebabkan ada petinggi yang ingin menghabisi nyawa Harun Masiku.

"Karena memang setahu saya dia enggak punya duit."

"Dari sinilah mungkin banyak orang geram, jadi nampaknya ini orang yang mengurusi pun, yang enggak enak bandar politisnya yang berkepentingan dia (Harun) jadi DPR pun tampaknya juga ditipu," sambungnya.

Lebih lanjut, Boyamin menyebut dugaan pembunuhan terhadap Harun Masiku itu dilakukan untuk membungkam politisi PDIP itu agar tak membuka kasus korupsi pejabat yang lain.

"Jadi kemudian pada posisi inilah kemudian banyak orang yang berkeinginan 'Udahlah, dia mati aja lebih baik daripada nanti buka-buka'," terang Boyamin.

"Karena dia ke mana-mana nampaknya juga tidak beres," tandasnya. (TribunWow.com)

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul MAKI Ungkap Hidup Mewah Nurhadi meski Jadi Buronan KPK, Bayar Cicilan Apartemen 250 Juta Sebulan

Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved