TRIBUN PODCAST

Semua Orang Bisa Jadi Humas? Simak Tips dari Kepala Biro Humas, Promosi dan Protokol BP Batam

Bagi Dendi Gustinandar, humas merupakan seni berbiara ataupun mendengar dengan stakeholder maupun mitra mewakili organisasi tertentu

Editor: Dewi Haryati
TRIBUNBATAM.ID/REBEKHA
Tripod episode kelima, "Semua orang adalah Humas" menghadirkan pembicara Kepala Biro Humas, Promosi dan Protokol BP Batam, Dendi Gustinandar, Jumat (15/5/2020). 

TRIBUNBATAM.id BATAM - Tribun Podcast (Tripod) episode kelima kali ini membahas tentang bagaimana strategi pemulihan public trust dan tantangan di era keterbukaan informasi oleh Humas.

Pembicara pada episode kelima ini yaitu Dendi Gustinandar selaku Kepala Biro Humas, Promosi dan Protokol BP Batam.

Dendi adalah jebolan marketing dan finance di Airlangga.

Tentunya dipandu dengan 2 host yaitu Danang Purwoko dan juga Angga Prayoga.

Bagi pria lulusan Universitas Airlangga ini, Humas merupakan sebuah seni berbicara ataupun mendengar dengan stakeholder maupun mitra mewakili organisasi tertentu.

"Seperti BP Batam memiliki stakeholder antara lain masyarakat serta investor," terangnya, Jumat (15/5/2020).

 DAFTAR 12 Kantor Pos di Batam Layani Penyaluran Bantuan Sosial Tunai dari Kemensos Berikut Jadwalnya

Sebagai humas yang setiap harinya bertemu dengan beragam jenis dan tipe masyarakat yang berbeda-beda, Dendi mengatakan humas perlu mengikuti dan menyesuaikan terhadap perbedaan yang ada.

"Setiap orang kan beda-beda. Humas harus bisa fleksibel bertemu dengan siapa saja," tegasnya.

Tak hanya seni dalam berbicara, yang terpenting menjadi humas adalah bisa menjadi pendengar yang baik.

"Untuk membangun relasi yang baik, kita perlu menjadi pendengar yang baik pula. Harapannya dengan keterbukaan kita itu, ketika mereka berbicara, mereka merasa tertampung dengan adanya kehadiran kita," ujarnya.

Dengan berbagai stakeholder yang dihadapi, memiliki hati yang tulus ternyata penting.

Khususnya dalam menghadapi pro dan kontra di tengah masyarakat.

"Menanggapi pro dan kontra perlu adanya pendekatan persuasif. Dengan menjelaskan dan mengundang pihak-pihak terkait, saya rasa hal tersebut dapat meminimalisir kontra ataupun konflik yang bakal terjadi," ungkapnya.

Menghadapi kritik, Dendi mengatakan bahwa kritik merupakan bagian dari ekspresi dan merupakan hal yang lumrah ketika dilontarkan.

"Kritik itu jangan melemahkan kita, justru dijadikan tantangan. Tidak semua orang sejalan dengan kita, kita perlu menghadapi hal tersebut dengan keterbukaan serta rendah hati hati saja," ujarnya.

Dewasa ini, dengan kekuatan sosial media, berita bisa diproduksi oleh siapapun. Sebagai pribadi yang bijak, masyarakat harus menyaring segala informasi yang masuk.

"Artinya semua orang bisa jadi humas. Sebagai netizen kita perlu memastikan informasi tersebut. Sebagai penyebar berita, kita harus pastikan apa yang kita sebarluaskan dapat kita per-tanggungjawab kan. Intinya jujur, dan terbuka. Insya allah aman-aman saja," ujarnya.

Sebagai seseorang yang berkecimpung di organisasi yang melibatkan banyak orang, Dendi mengatakan, tantangan selalu datang darimana saja.

"Kalau kita anggap ini seni kita akan berkembang, tapi kalau kita menganggap ini teori kita akan stagnan," ujarnya.

"Intinya dalam membangun kepercayaan publik, harus jujur dan terbuka. Berikan kesan dan citra yang baik agar hubungan dapat berlangsung dengan baik juga. Sebagai organisasi yang bersinergi dengan banyak orang, kita harus bisa menjadi pendengar yang baik," tutupnya.

(TRIBUNBATAM.id/Rebekha Ashari Diana Putri)

Sumber: Tribun Batam
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved