HIKMAH RAMADHAN

Ramadhan Otokritik Kehidupan 

Bulan yang penuh maghfirah ini diharapkan dapat menciptakan suasana kondusif yang tentram dan aman dalam menyikapi berbagai hal yang berkembang.

ISTIMEWA
Effendy Asmawi Alhajj 

…”Ujian besar bagi keberanian seseorang di bumi ini ialah orang yang selalu mengadakan otokritik dalam kehidupannya”…(al-Hukama). 

TRIBUNBATAM.id - Dalam suasana Ramadhan seperti ini ditambah masih suasana krisis berbagai bidang dan kita masih berbenah diri ingin menjadikan Batam ini sebagai Bandar Dunia Madani, berbagai usaha kita tempuh, tapi masih juga terdapat cabaran-cabaran yang cukup amat menggugah hati. 

Melihat keadaan seperti ini, selayaknya kita sebagai pribadi-pribadi anak wathan ini bertafakur sejenak mengadakan otokritik, yakni suatu koreksi pribadi terhadap langkah dan aktivitas yang sudah kita kerjakan serta pola pikir dan wawasan yang akan kita lakukan untuk masa mendatang. 

Dengan mengadakan otokritik ini, khususnya di bulan yang penuh maghfirah ini diharapkan dapat menciptakan suasana kondusif yang tentram dan aman dalam menyikapi berbagai hal yang berkembang di masyarakat. 

Ada dua bentuk otokritik yang dipaparkan dalam al-Qur’anul karim: 

Pertama,  pola otokritik yang disampaikan oleh iblis, tatkala iblis diusir oleh Allah dari syurga, lantaran kesombongannya tidak mau sujud kepada Adam, iblis lalu mengomel dan sakit hati terhadap Adam dan keturunannya. 

Sehingga berbagai hal dan cara dilakukan iblis untuk mengeruhkan suasana di seluruh aspek dan dimensi kehidupan, baik secara sembunyi-sembunyi, terang-terangan maupun terorganisir serta kalau perlu menghalalkan segala cara (QS. 7: 16-18). 

Otokritik seperti ini memang sangat ampuh untuk mengadu domba dalam kehidupan perorangan maupun masyarakat, lebih-lebih lagi mendekatnya suasana pemilihan wakil-wakil rakyat yang katanya dipilih langsung? 

Tanpa iming-iming? Dan katanya lagi dengan bebasnya orang membuat estamasi tentang kekuatan tanpa memperhitungkan suasana dan kondisi yang sebenarnya. 

Ada yang membentuk LSM dan menggalang berbagai kekuatan, katanya sebagai refleksi dari kesosialannya, tapi sebenarnya di balik itu ada tendensi yang ingin dicapainya. 

Kedua, pola otokritik yang disampaikan Nabi Adam as. Tatkala Adam dan istrinya Hawa, sama juga diusir dari syrga lantaran melanggar larangan Allah, tapi Adam dan istrinya bukan sakit hati apalagi ngedumel melainkan ia merasa malu dan segera memohon ampunan dan maghfirah-Nya. (QS. 7:23). 

Nah otokritik seperti ini sangat diperlukan sekarang dalam rangka menyejukkan suasana yang kondusif, khususnya suasana daerah kita yang cukup dilematik dengan berbagai problematika kehidupan sebagai konstuktivitas dalam islah daerah  menuju kehidupan bermasyarakat Batam yang baru. 

Untuk menciptakan hal-hal demikian, khususnya kepada elit daerah ini, baik formal maupun informal harus mengadakan otokritik terhadap dosa-dosa/langkah distruktif yang dilakukan tempo dulu antara lain: 

Kebijakan tanpa prinsip 

Kekayaan tanpa kerja 

Halaman
12
Sumber: Tribun Batam
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved