VIRUS CORONA
Plus Minus Wacana Masuk Sekolah Mulai 13 Juli 2020, Kak Seto Ingatkan Keselamatan Anak Paling Utama
Pemerhati pendidikan anak, Seto Mulyadi mengatakan, pemerintah sebaiknya mempertimbangkan matang-matang terkait dengan pemberlakuan wacana pembukaan s
Ina menambahkan soal kondisi ideal, seharusnya sekolah dibuka menunggu kasus covid-19 hilang agar penyebaran virus tak makin luas.
"Faktanya, kondisi ideal ini tidak selalu bisa dicapai dalam hidup kita, karena banyak faktor kalau menyangkut banyak orang, apalagi ratusan juta jumlahnya.
Kita sudah lihat sendiri banyak orang tidak memikirkan kepentingan publik sehingga tetap melanggar aturan-aturan PSBB," kata dia.
Jika berdasar analisisnya, Covid-19 belum akan hilang dalam waktu dekat.
Hal ini dikarenakan, meski negara sudah nol kasus positif virus corona, namun manusia tetap pulang-pergi, sehingga penyebaran Covid-19 menjadi seperti bola pingpong.
Oleh karena itu, setidaknya Indonesia harus bersiap pada 2-3 tahun ke depan.
Namun jika membahas kemungkinan terburuk covid-19 baru akan hilang 2-3 tahun mendatang, tak mungkin kegiatan sekolah dihentikan sama sekali.
"Jadi, mau tidak mau pasti anak harus kembali ke sekolah. Pilihannya Juli ini atau tahun ajaran baru digeser ke Januari 2021, masing-masing pilihan ada plus minusnya," terang Ina masih dikutip TribunMataram dari Kompas.com.
Ia menjelaskan, faktor plus yang mendukung terselenggaranya pembukaan kembali sekolah pada Juli 2020 adalah sekolah di daerah tertinggal yang menjadikan kegiatan belajar menjadi sulit, karena keterbatasan akses internet.
Sehingga ada juga guru yang rela berkeliling rumah muridnya di desa untuk memberi ilmu kepada mereka.
"Untuk sekolah-sekolah yang punya fasilitas, tapi belum siap sepenuhnya home learning, plusnya, anak-anak jadi tidak terlalu stres dengan beban tugas yang banyak dari guru, ketidakjelasan materi yang disampaikan secara online, dan ada social interaction yang memang dibutuhkan oleh anak-anak," katanya lagi.
Risiko penyebaran

Di sisi lain, wacana pembukaan sekolah di Juli, semisal benar dilakukan memunculkan faktor risiko penyebaran Covid-19 yang tidak kunjung selesai.
"Saya ikut berempati terhadap pembuat kebijakan negeri ini, karena dihadapkan pada keputusan sulit saat ini.
Yang bisa kita lakukan hanya meminimalkan risiko tersebut," ujar Ina.
"Kita harus terima kenyataan pahit, menunggu kondisi ideal sepertinya kecil sekali kemungkinannya.