VIRUS CORONA DI ITALIA

Dokter di Italia Sebut Covid-19 Melemah dan Tak Mematikan, WHO Pertanyakan Buktinya

Kepala Rumah Sakit San Raffaele Milan, Alberto Zangrillo menyebut jika kekuatan virus Corona melemah dan tak mematikan. WHO pertanyakan soal buktinya.

Kompas.com
Seorang perawat merangkul rekannya di tengah pekerjaan mereka di Rumah Sakit Cremona, tenggara Milan, Lombardy, Italia, Minggu (15/3/2020). Selama diberlakukannya lockdown di Italia terkait meledaknya penyebaran virus corona di negara tersebut, sosok para tenaga medis banjir dukungan atas dedikasi mereka yang menjadi pahlawan dalam menangani serbuan pasien corona. 

TRIBUNBATAM.id, ROMA - Pengakuan mengejutkan terkait virus Corona atau Covid-19 datang dari Italia.

Seorang dokter ternama di Italia menyebut jika Covid-19 mulai melemah.

Bahkan cenderung tidak mematikan.

Dilansir Medical Daily, Kepala Rumah Sakit San Raffaele Milan, Alberto Zangrillo menyebut jika kekuatan virus Corona melemah.

Bahkan Zangrillo menyebut jika Covid-19 bukan lagi sebuah ancaman.

"Pada kenyataannya, virus secara klinis tidak ada lagi di Italia.

Pemeriksaan yang dilakukan dalam 10 hari terakhir menunjukkan secara kuantitatif virus sangatlah kecil dibandingkan satu atau dua bulan lalu," ujar Alberto Zangrillo.

Jadwal Semifinal Coppa Italia, Juventus vs Milan 12 Juni, Napoli vs Inter 13 Juni, Final 17 Juni

Italia sempat menjadi negara tertinggi yang mencatatkan kematian karena kasus Covid-19.

Namun sejak awal Mei, infeksi dan kematian karena Covid-19 telah menurun tajam.

Bahkan kini Italia mulai merancang bagaimana melonggarkan lockdown.

Zangrillo menyebut jika virus gelombang kedua tak lagi sekuat yang pertama.

"Kekuatan virus itu dua bulan lalu bukanlah kekuatan yang sama dengan saat ini beredar. Jelas bahwa hari ini Covid-19 menunjukkan perbedaannya," lanjut Zangrillo.

Pernyataan dokter asal Italia tersebut sontak menghebohkan dunia.

Kini, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah memberikan pernyataan terkait pernyataan Alberto Zangrillo.

Dikutip dari Chanel News Asia, para pakar WHO menegaskan jika tidak ada bukti yang mendukung pernyataan Zangrillo.

Setidaknya pada 1 Juni 2020, WHO belum pernah menemukan bukti jika virus Corona mulai melemah.

Ahli Epidemiologi WHO, Maria Van Kerkhove serta pakar lain langsung membantah pernyataan dari Zangrillo.

Menurut mereka, pernyataan Zangrillo tidak didukung dengan bukti ilmiah.

"Dalam hal penularan, itu tidak berubahm dalam hal keparahan juga tidak berubah," ujar Van Kerkhove pada wartawan.

Hal ini senada dengan hasil penelitian, Martin Hibberd, seorang profesor penyakit menular yang muncul di London School of Hygiene & Tropical Medicine yang menyebut tidak ada perubahan dari data lebih dari 35 ribu genom virus yang telah diteliti.

"Dengan data lebih dari 35 ribu genom seluruh virus, saat ini tidak ada bukti bahwa ada perbedaan signifikan terkait dengan tingkat keparahan," jelas Hibberd melalui email.

Meski disangkal, Zangrillo masih memiliki pembelaan, jika dia didukung oleh penelitian yang dilakukan sebuah ilmuwan Massimo Clementi, yang akan diterbitkan minggu depan.

"Kami tidak pernah mengatakan jika virus telah berubah, namun kami menyebut jika interaksi antara virus dan tuan rumah yang sudah berubah," ujar Zangrillo pada Reuters.

Zangrillo menegaskan jika penelitian Clementi telah membandingkan sampel virus Corona di rumah sakit Milan pada bulan Maret dan bulan Mei.

"Hasilnya jelas: perbedaan yang sangat signifikan antara virus yang bersarang di tubuh pasien yang dirawat bulan Maret dan dengan bulan Mei, lanjut Zangrillo.

Sementara itu, kasus corona di Italia memang sudah jauh menurun dibandingkan bulan lalu.

Jika pada bulan April, Italia mencatatkan hingga ribuan kasus baru, pada 1 Juni kemarin, Italia hanya bertambah 200 kasus Covid-19 baru.

Dikutip dari World Meters, kini Italia memiliki 41.367 kasus aktif Covid-19 dari total 233,197 kasus.

Bandara Olbia di Italia Masih Tutup Akibat Covid-19, Pesawat Eurowings Terpaksa Putar Balik

Sebagian besar bandara di dunia tutup akibat wabah virus Corona atau Covid-19.

Semakin menurunnya jumlah kasus Covid-19 membuat sederet bandara kini mulai membuka kembali kegiatan operasionalnya.

Bersamaan dengan itu, jadwal operasional bandara juga bisa berubah sewaktu-waku.

Alhasil, sebuah pesawat harus rela memutar balik karena bandara ternyata belum beroperasi.

Dilansir TribunTravel dari laman DailyMail, sebuah maskapai penerbangan asal Jerman mencoba untuk melanjutkan penerbangan menuju Sardinia, Italia akhir pekan lalu.

Namun, pesawat tersebut harus memutar balik karena ternyata bandara yang dituju masih tutup.

Pesawat Eurowings EW9844 berangkat dari Dusseldorf pada Sabtu (23/5/2020) dan melakukan perjalanan sejauh 730 mil menuju Bandara Olbia di Sardinia.

Akan tetapi, ketika pesawat berjenis A320 tersebut tiba di wilayah udara Sardinia, para petugas bandara mengatakan kepada pilot bahwa Olbia tidak terbuka untuk lalu lintas penerbangan komersil.

Mengetahui hal itu, pesawat yang hanya membawa 2 penumpang tersebut mempertimbangkan untuk mendarat di Cagliari yang berjarak 120 mil.

Namun, pada akhirnya pilot memutuskan untuk kembali ke Jerman.

Seoarang juru bicara Eurowings mengatakan pada CNN Travel, "mengingat krisis akibat virus Corona, situasi di sebagian besar bandara sangatlah dinamis."

"Sejumlah besar informasi yang disediakan tentang jam kerja atau penutupan bandara sering kali diubah dalam waktu singkat. Setiap hari ada perubahan mengenai peraturan akses masuk ke berbagai negara," tambahnya.

Blog travel One Mile at a Time berspekulasi bahwa kekacauan terjadi karena Kementerian Infrastruktur dan Transportasi Italia membuka kembali bandara pada 17 Mei 2020, namun kemudian ditolak oleh pihak berwenang setempat.

Bandara Olbia akan tetap ditutup sampai 2 Juni 2020.

Sementara itu, pihak Eurowings mengatakan bahwa penumpang bisa mengatur kembali jadwal penerbangannya.

Maskapai penerbangan telah mendesak pemerintah di seluruh dunia untuk tidak memberlakukan sistem karantina yang ketat pada pelancong.

Pimpinan Ryanair, Michael O'Leary mengatakan mengatakan bahwa pemerintah inggris telah melakukan karantina selama 14 hari bagi mereka yang tiba di Inggris.

Inggris harus memberlakukan persyaratan tersebut selama 2 minggu bagi pelancong yang tiba di negara ini mulai 8 Juni 2020, tetapi aturan akan ditinjau setiap 3 minggu.

Ryanair mengatakan akan mulai mengoperasikan lebih banyak penerbangan mulai 1 Juli 2020.

Sedangkan maskapai EasyJet telah mengumumkan akan melanjutkan penerbangan mulai 15 juni 2020.

British Airways juga akan kembali beroperasi pada Juli, sementara Jet2.com akan melanjutkan program penerbangannya pada awal bulan itu.

Menteri Kesehatan Matt Hancock memperingatkan bahwa liburan luar negeri bagi warga Inggris tidak mungkin dilaksanakan pada musim panas ini.

(*)

Resmi, Mulai 20 Juni Jadwal Liga Italia Diawali 4 Laga Tunda, Pekan 27 Dimulai Senin, 22 Juni

Serie A Liga Italia Akan Digelar Tiap Hari Agar Bisa Selesai dalam 40 Hari, Ini Pengaturan Jam Main

Rayakan Lockdown Berakhir, Warga di Italia Cenderung Rutin Makan Es Krim Gelato

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Dokter Italia Sebut virus Corona Mulai Melemah dan Tidak Mematikan, Ini Tanggapan WHO.

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved