KISAH SEJARAH
Sosok Inggit Garnasih, Perempuan Tangguh yang Setia Menemani Soekarno
Soekarno didampingi dan dikuatkan oleh sosok wanita tangguh bernama Inggit Garnasih.
TRIBUNBATAM.id - Hidup Bung Karno keras saat awal-awal berjuang melawan pemerintah Hindia Belanda diwarnai dengan berbagai macam kejadian. Suka dan duka, bahkan sampai pada hal yang membahayakan jiwa raga datang silih berganti.
Seokarno, sosok di antara aktivis pemuda yang selalu diawasi dan dicurigai pemerintah Hindia Belanda.
Karena aktivitasnya dinilai berbahaya, Seokarno beberapakali dijemput aparat polisi Belanda, dikurung dan dipenjarakan.
Ia bahkan pernah dijemput secara diam-diam bersama rekannya lalu dibawa ke Rumah Penjara Banceuy di Bandung, Jawa Barat.
Tentang Rumah Penjara Banceuy, kepada wartawati Amerika Serikt, Cindy Adams Soekarno blak-blakan mengenai kondisi hidupnya di dalam. Pengap dan kotor.
Cindy Adams adalah wartawan dan bisa dibilang orang satu-satunya yang berhasil mewawancarai Soekarno saat masih hidup.
Penjara Banceuy seperti diungkapkan langsung Seokarno dalam buku Cidy Adams 'Bung Karno: Penyambung Lidah Rakyat Indonesia' merupakan penjara kelas bawah.
Dibangun pada abad ke-19, keadaannya kumuh, bobrok dan usang. Sangat tidak layak lagi dipakai.
Terhitung beberapa kali Seokarno dipenjarakan di lokasi berbeda-beda.
Sebut saja penjara Sukamiskin sebelum akhirnya dibuang ke Ende, Flores, Nusa Tenggara Timur.
Selama hidup dari penjara ke penjara, Soekarno didampingi dan dikuatkan oleh sosok wanita tangguh bernama Inggit Garnasih.
Inggit tak hanya sekedarar istri, bahkan juga informan sekaligus penghubung Soeokarno dengan teman-teman pergerakannya selama mendekam di balik jeruji.
Tentang peran Inggit sebagai informan perjuangan bagi Soekarno ini diungkapkan langsung Bung Karno saat diwawancarai Cindy Adams.
"Kalau istriku membawakan telur biasa (di penjara), aku meneliti kulitnya terlebih dulu sebelum memakannya. Satu tusukan berarti "kabar baik". Dua tusukan "seorang kawan ditangkap". Tiga tusukan berarti penyergapan besar-besaran. Semua pemimpin ditangkap,"kata Soekarno.
Inggit juga turut meneani Soekarno saat dibuang ke Ende, Flores, Nusa Tenggara Timur.
"Satu-satunya orang yang tertinggal, dengan siapa aku dapat bicara adalah Inggit,"kata Soekarno soal pembuagannya di Ende.
Sosok Inggit Garnasih.
Bung Karno diketahui menikah dengan 9 istri di antaranya Siti Oetari, Inggit Garnasih, Fatmawati, Hartini, Ratna Sari Dewi, Haryati, Yurike Sanger, Kartini Manoppo dan Herdy Djafar.
Namun sosok yang mendampingi Soekarno pada masa-masa susah sebelum kemerdekaan adalah Inggit Garnasih. Inggit, menikah dengan pemuda Soekarno setelah bercerai dengan Haji Sanusi.
Sedangkan Soekarno saat itu mahasiswa TH di Bandung juga menceraikan Oetari, putri dari HOS Cokroaminoto.
Keduanya menikah pada tahun 1923, saat itu usia Inggit lebih tua 12-13 tahun. Namun dalam surat nikah disebutkan, Soekarno berusia 24 tahun dan Ny Garnasih, janda empat bulan, berusia 23 tahun.
Dalam kartu penduduknya dan batu nisannya tercatat tanggal lahirnya 17 Februari 1888. Tetapi seperti kebanyakan penduduk Indonesia saat itu, tidak banyak yang mencatat tanggal kelahirannya.
Meskipun demikian, yang bisa dipasti-kan adalah, Inggit lahir pada hari Sabtu.
Dikutip dari Harian Kompas, 10 Nevemer 1997, pasangan Inggit Garnasih yang dipanggil Soekarno dengan julukan "Enggit" dan Soekarno dengan panggilan "Kusno", melewati saat-saat paling sulit pada awal perjuangan merebut kemerdekaan.
Sejarah mencatat, Soekarno beberapa kali dijebloskan ke penjara lalu dibuang ke Flores dan Bengkulu. Namun sejarah tidak pernah mencatat, bagaimana "Enggit" tetap setia mendampingi suaminya dan memberinya semangat.
Peranan Inggit Garnasih sebagai istri, tenggelam oleh kehebatan suaminya.
Padahal pada saat-saat lelah, pada saat-saat Soekarno bimbang, Inggit Garnasih tampil bukan hanya sebagai istri yang bisa membahagiakan suaminya.
Tetapi ia juga mampu memberikan inspirasi, dan semangat, dengan keyakinan Soekarno bahwa bangsa Indonesia merebut kemerdekaan, akan tercapai.
"Dalam periode kehidupanku selanjutnya, Inggit sangat penting bagiku. Dia adalah ilhamku. Dia adalah pendorongku. Dan dalam waktu dekat aku memerlukan semua ini," ujar Soekarno dalam Bung Karno: Penyambung Lidah Rakyat Indonesia.
Inggit memang tidak setengah-setengah mendukung semangat suaminya. Ia bersedia jalan kaki pergi-pulang Bandung-Sukamiskin ketika suami-nya ditahan di penjara Sukamiskin.
Masih sambil berjualan kecil-kecilan untuk menopang hidupnya. Sebagai seorang istri yang tahu siapa suaminya, Inggit masih tetap mendampingi suaminya ketika dibuang ke Flores lalu dipindah ke Bengkulu.
Mengantarkan Soekarno ke gerbang kemerdekaanNamun nasib rupanya menentukan lain.
Ketika saat-saat yang dinantikan tiba, di tempat terakhir ini pulalah pasangan ini harus berpisah, betapa pun ia sangat mencintai Soekarno.
Inggit kembali ke Bandung karena sikap dan pendiriannya yang teguh tidak mau dimadu, beberapa saat sebelum suaminya memimpin bangsa Indonesia.
Inggit hanya mengantarkan Soekarno ke gerbang kemerdekaan Republik Indonesia, persis seperti judul biografinya yang ditulis Ramadhan KH.
Walau demikian, dalam beberapa kali pertemuan, Inggit memperlihatkan cintanya yang tulus kepada Soekarno tak pernah pupus. Ia menyatakan selalu berdoa untuk Soekarno.
Pada tanggal 13 April 1984 ia dipanggil kehadirat Illahi. Inggit meninggal dengan tenang dan dimakamkan di pemakaman umum Babakan Ciparay, Kodya Bandung.
Artikel inijuga telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Jarang Tersorot, Inilah Inggit Garnasih, Salah Satu Istri Soekarno yang Pilih Cerai daripada Dimadu