Akibat Perang Dagang, Peringkat Daya Saing Amerika Serikat dan China Merosot, Singapura Naik

Konflik yang terjadi antara Amerika Serikat (AS) dan China membawa berbagai dampak untuk keduanya. Termasuk peringkat daya saing yang terus merosot.

CARLOS/REUTERS
Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping. Akibat perang dagang, peringkat daya saing Amerika Serikat dan China menurun. 

Negara-negara Asia Pasifik secara umum melemah daya saingnya.

Jepang, misalnya, menurun 4 poin ke peringkat 34 dan India tetap di peringkat 43.

Adapun daya saing Indonesia menempati peringkat 40 dari 63 negara, menurun dari peringkat 32 pada tahun 2019.

Hadirkan Investor Asing, Begini Cara China Melawan Blacklist Ekonomi Oleh Donald Trump

Ketegangan antara Amerika Serikat (AS) dan China berdampak kepada beberapa sektor perekonomian.

Donald Trump sebelumnya melakukan blacklist terhadap beberapa perusahaan China.

Namun China punya caranya sendiri untuk melawan semua itu.

Kedua negara saling berjibaku membuat langkah ekonomi ditengah hubungan bilateral yang semakin memburuk dengan variabel lain seperti virus Corona hingga persoalan Hong Kong.

Namun, belakangan ini China justru menyambut dengan terbuka bagi kehadiran investor asing di pasar keuangannya, termasuk dari Amerika Serikat.

China mengambil langkah konkret selama akhir pekan ini untuk membuka pasar keuangannya yang bernilai US$ 45 triliun bagi investor asing.

Melansir berita People's Daily, bank sentral China baru-baru ini mengeluarkan lisensi kepada perusahaan kartu kredit asal AS, American Express, untuk beroperasi di China.

Ini merupakan perusahaan kartu kredit asing pertama yang mendapatkan lisensi di negeri tirai bambu tersebut.

Langkah terbaru dari pihak China, yang mengikuti serangkaian langkah-langkah pembukaan baru-baru ini, justru dilakukan pada saat Amerika Serikat dengan Donald Trump-mya secara aktif menindak perusahaan-perusahaan China dan berusaha untuk menutup pintu ke pasar keuangan AS untuk investor China.

Para pejabat dan pakar menyebut, ini merupakan upaya AS untuk menahan laju pertumbuhan ekonomi China, saat hubungan bilateral berada pada titik terendah dalam beberapa dekade.

Mengutip People's Daily, pendekatan berbeda yang diambil oleh dua ekonomi terbesar di dunia itu juga merangkum tren pergeseran struktur kekuatan ekonomi global yang didorong oleh meningkatnya ketegangan dan krisis kesehatan masyarakat.

Sumber: Kompas.com
Halaman 2 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved