VIRUS CORONA

Mahalnya Proses Pembuatan Vaksin Corona di China, Harga Monyet Buat Uji Vaksin Kini Rp200 Juta/ Ekor

Yisheng biasanya membayar masing-masing antara 10.000 dan 20.000 yuan (Rp 20.126.001 dan Rp 40.252.002) untuk kera, kata Shao.

Penulis: Mairi Nandarson | Editor: Mairi Nandarson
Fresh Daily
ILUSTRASI Vaksin virus corona - China mengklaim bisa membuat vaksin virus corona dalam waktu sebulan atau tak lebih dari 40 hari, ahli di Hong Kong pun membantah. 

TRIBUNBATAM.id, SHENYANG - Virus corona atau covid-19 masih berkembang biak di banyak negara.

Penularan virus ini sangat cepat terjadi dan sudah menulari lebih dari 8,5 juta orang di dunia hingga Jumat (19/6/2020).

Di tengah penyebaran virus yang masif, ilmuwan juga bekerja keras sesegera mungkin menghasilkan vaksin untuk mengcegah virus ini.

UPDATE Data Corona Indonesia Jumat (19/6) Sore Tambah 1.041 Total 43.803, Tertinggi di Asia Tenggara

Bentrok Tentara India vs China Tak Pakai Senjata Api, Tapi Pakai Tongkat dan Saling Lempar Batu

Jadwal Lengkap Timnas Indonesia di Piala Asia U19 2020 di Uzbekistan, Uzbekistan Lawan Terakhir

Sejak Januari beberapa hari setelah virus ini menyebar cepat di Wuhan, China, ilmuwan sudah bekerja untuk mendapatkan vaksin.

Para peneliti di salah satu laboratorium China bekerja keras berlomba dengan waktu membuat vaksin coronavirus.

Mereka bahkan bekerja di akhir pekan, meski juga dihadapkan pada kesulitan mendapat monyet untuk uji vaksin.

Yisheng Biopharma bahkan berencana melakukan uji klinis di luar negeri karena susahnya mendapatkan monyet di China untuk ujicoba vaksin.

Yisheng Biopharma, sebuah perusahaan yang berbasis di kota timur laut Shenyang, telah bekerja tanpa henti sejak Januari untuk menemukan virus yang pas untuk menghentikan covid-19 yang muncul di Tiongkok akhir tahun 2019 lalu.

Kebangkitan kembali kasus-kasus covid-19 di Beijing - setelah Cina mengendalikan virus - mendesak dunia untuk segera menemukan vaksinnya.

Virus corona hingga kini telah menewaskan lebih dari 450.000 orang di seluruh dunia.

Jadwal Liga Spanyol Pekan 30 Malam Ini Sevilla vs Barcelona Kick Off Pukul 03.00 WIB Live beIN Sport

Hasil, Klasemen dan Top Skor Liga Jerman Setelah Munchen Juara, Dortmund Kalah, Lewandowski 31 Gol

Reaksi Indra Sjafri Soal Tudingan Indisipliner oleh Pelatih Timnas Shin Tae-yong: Nggak Percaya Saya

Yisheng Biopharma yang selama ini lebih dikenal karena membuat vaksin rabies, kini telah mengubah satu dari sembilan laboratioriumnya untuk mendapatkan vaksin virus corona.

Laboratorium itu akan digunakan untuk jalur produksi inokulasi coronavirus dan akan merekrut sekitar 50 orang pekerja tambahan.

Vaksin yang dibuat perusahaan ini masih dalam tahap awal pengembangan.

Tetapi akan mengambil risiko untuk memulai produksi vaksinnya pada September, sebelum menyelesaikan uji klinis.

Namun, jika produksi mereka disetujui maka vaksin itu akan siap disuntikan lebih cepat kepada publik.

"Vaksin ini harus muncul dengan cepat, dan tidak mungkin menunggu sampai musim epidemi berikutnya untuk menyelesaikan ujicoba dan musim epidemi ketiga untuk menggunakan vaksin," kata pimpinan Yisheng Biopharma, Yisheng Zhang Yi kepada AFP.

Zhang mengatakan para perisetnya tidak beristirahat pada akhir pekan sejak mereka mendapatkan urutan gen dari coronavirus, pada hari kedua Tahun Baru Cina di akhir Januari.

"Terlalu banyak pekerjaan yang harus dilakukan," katanya.

Harga Monyet mahal

Vaksin hasil riset perusahaan ini sudah berada pada tahap pengujian hewan, mendahului uji klinis manusia.

Zhang mengatakan tes pada tikus dan kelinci sudah dilakukan, dan menunjukkan hasil yang baik.

Vaksin tersebut membuat tikus dan kelinci memiliki antibodi penetral tingkat tinggi.

Vaksin ini diharapkan tidak hanya melindungi kesehatan dari infeksi, tetapi juga menyembuhkan pasien dengan COVID-19, menurut perusahaan.

Reaksi PSSI Setelah Dikritik Pelatih Timnas Indonesia Shin Tae-yong karena Dinilai Tidak Konsisten

Hasil Drawing Piala Asia U19, Timnas Indonesia Satu Grup dengan Tuan Rumah Uzbekistan dan Iran

Langkah selanjutnya adalah mengujinya pada monyet.

Masalahnya permintaan monyet di China kini sangat tinggi dari laboratorium yang menguji serangkaian obat antibodi dan vaksin COVID-19.

Tingginya permintaan mambuat harga monyet menjadi mahal, menurut CEO Yisheng, David Shao.

Yisheng biasanya membayar masing-masing antara 10.000 dan 20.000 yuan (Rp 20.126.001 dan Rp 40.252.002) untuk kera, kata Shao.

"Sekarang setiap ekor monyet bernilai 100.000 yuan (sekitar Rp 201.260.012)," menurut Shao.

Laboratorium Cina umumnya menggunakan kera jenis rhesus dan cynomolgus untuk ujicoba vaksin yang banyak ditemui di provinsi selatan China.

China adalah penyedia besar monyet lab, bahkan mengekspor 20.000 ekor monyet lab tahun lalu dan sebanyak 18.000 ekor digunakan penelitian lokal, kata Liu Yunbo, ketua Beijing HFK Bioscience, penyedia hewan lab.

"Konsumsi monyet tahun ini cukup besar, sehingga pasokannya tidak cukup," katanya.

Yisheng mengatakan perusahaannya telah menghabiskan sekitar US $ 3 juta ( sekitar Rp 42.719.250.000 ) untuk penelitian vaksinnya sejauh ini.

Ia berharap sudah mulai memproduksi vaksinya dalam beberapa bulan dan membuatnya tersedia untuk umum tahun ini.

"Ini lebih mahal daripada produk vaksin lainnya," kata Shao.

Ia menambahkan, ada kekurangan sumber daya dan bahan penelitian dalam proses pembuatan vaksin ini.

"Kami benar-benar berlomba untuk waktu," katanya seperti dilansir dari channelnewsasia.com.

Perusahaan menhyiapkan dana sebesar US$ 180 juta ( Rp 2.563.155.000.000 ) untuk uji klinis (ujicoba kepada mausia setelah uji coba hewan selesai dilakukan.

"Kami dapat memiliki sebanyak 10 jalur produksi dan menghasilkan 500 juta dosis per tahun," kata Zhang.

Dengan jumlah infeksi di China sudah berkurang dan tinggal sedikit, maka pihaknya berencana melakukan uji vaksin klinis (pada manusia) ke luar China.

Yisheng berencana mengajukan uji klinis di Amerika Serikat, Eropa, Singapura dan Australia, bekerja sama dengan perusahaan AS.

Sepuluh uji klinis sedang dilakukan di seluruh dunia, setengahnya di Cina.

Zhang mengatakan para pesaing kemungkinan akan mengalahkan perusahaannya dalam perlombaan memproduksi vaksin pertama, tetapi itu bukan prioritasnya.

"Ini tentang siapa yang dapat menghasilkan kuantitas. Siapa yang bisa mendapatkan hasil yang baik dan membuat produk berkualitas tinggi dan efektif," katanya.

"Ini yang terpenting. Menjadi yang utama tidak berarti apa-apa," katanya.

sumber: channelnewsasia.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved