China VS India Masih Belum Berdamai, India Klaim 40 Tentara China Tewas Terluka Dalam Perkelahian
Namun Singh yang merupakan eks kepala militer tidak memberikan bukti apa pun untuk mendukung pernyataannya, demikian yang diwartakan Reuters pada Sabt
Wilayah itu merupakan lokasi bentrokan terparah antara militer kedua negara dalam 50 tahun terakhir.
Militer India dan China tetap disiagakan di beberapa lokasi sepanjang Garis Kontrol Aktual (LAC) yang tidak jelas patokannya, meski para petinggi militer kedua negara telah menyerukan untuk meredam ketegangan.

Sementara itu Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mengkritik China karena meningkatkan ketegangan di perbatasan dengan India.
Militer berunding
Pada perkembangan terakhir, komandan pasukan China dan India bertemu, dekat dengan wilayah perbatasan yang mereka sengketakan, untuk berunding kembali sejak bentrokan mematikan di perbatasan.

Komandan Angkatan Darat India Korps 14, Letnan Jenderal Harinder Singh, dan Komandan Wilayah Militer Xinjian Selatan, Mayor Liu Lin, bertemu pada Selasa (30/6/2020) setelah kedua belah pihak saling mengerahkan pasukan dari kedua sisi.
Pertemuan pada Selasa di pos terdepan Chushul milik India, dekat Danau Pangong Tso, merupakan kelanjutan dari pertemuan pada 22 Juni yang memakan waktu selama 11 jam.
Pangong Tso merupakan danau garam tertinggi di dunia yang dilewati perbatasan kedua negara dan kerap menjadi ajang keributan tanpa senjata yang melibatkan militer mereka.
Pada pertemuan pertama tersebut, kedua belah pihak mencoba meredakan ketegangan setelah bentrokan yang mematikan terjadi pada 15 Juni.

Setidaknya 20 personel India tewas dan di pihak China jumlah korban belum diketahui selama insiden di lembah Galwan.
Kedua negara bersengketa mengenai perbatasan di kawasan tersebut dan bahkan garis kontrol aktual yang memisahkan kedua belah pihak belum disepakati. Hal itu semakin meningkatkan risiko ketegangan.
Insiden tersebut menyulut sentimen nasionalisme pada kedua negara, yang membuat keduanya semakin sulit menyelesaikannya.
Prosefor Studi China dari Universitas Jawaharlal Nehru Srikanth Kondapalli mengatakan pembicaraan pada Selasa tersebut selesai lebih awal dari yang diprediksi.
Hal itu menandakan pertemuan pertama (pada 22 Juni) tidak berakhir dengan keputusan yang positif.
"Para pemimpin [kedua belah pihak] tidak santai dan banyak [keputusan] yang tidak disepakati. Alih-alih menyelesaikan konflik, keduanya justru akan lebih masif lagi mengerahkan kekuatan," ujarnya seperti yang dilansir dari South China Morning Post.