HUMAN INTEREST
Kisah Nazamudin Penyintas Covid-19 di Tanjungpinang, 'Corona Bukan Aib Untuk Ditakuti'
Sembuh dari Covid-19 belum tentu terbebas dari stigma negatif masyarakat. Nazamudin sempat mendapat penolakan dari warga
TRIBUNBATAM.id, TANJUNGPINANG - Nazamudin masih ingat gejala yang ia alami sebelum dibawa ke fasilitas kesehatan setelah dinyatakan positif Covid-19.
Pria yang tinggal di Tanjungpinang, Provinsi Kepri ini tidak henti-hentinya bersyukur kepada Allah SWT karena berhasil melewati masa-masa sulit itu.
Pria yang aktif berdakwah ini, merupakan penyintas Covid-19 di Tanjungpinang.
Dalam News Webilog Tribun Batam, Nazamudin awalnya mengikuti kegiatan di Malaysia selama 20 hari lamanya.
Setelah menjalankan kegiatan hingga 4 hari sisa waktu di negeri jiran tersebut, beberapa peserta acara terkonfirmasi Covid-19.
Petugas kesehatan di negeri tersebut melakukan karantina dan pengecekan. Acara pun dihentikan demi keselamatan semua umat yang ikut serta.
Nazamudin saat itu sebagai ketua rombongan memutuskan untuk pulang ke tanah air.
Dua hari setelah pulang ke Tanjungpinang, gejala pun mulai muncul hingga membuat anggota tubuhnya lemas dan susah digerakan.
"Saat saya pulang tidak ada gejala yang dirasakan. Saya pun sempat bertemu cucu karena kangen, serta anak laki-laki saya. Saya langsung periksa di klinik untuk berobat. Dokter Anik yang memeriksa saya bilang, kalau gejala saya ini mengarah ke Covid-19," ujarnya, saat ditemui di kantin Masjid Agung Al-Hikmah Tanjungpinang, Selasa (7/6) kemarin.
Dokter di klinik pun langsung berkomunikasi dengan petugas di Dinas Kesehatan Tanjungpinang.
Setelah datang, dan memeriksa Nazamudin, dia mendapat perawatan di Rumah Sakit (RS).
Setelah tes PCR, Nazamudin positif virus Corona.
• Satu PDP Covid-19 Asal Anambas Meninggal Dunia, Berikut Perkembangan Virus Corona di Batam
• Hasil Liga Inggris Crystal Palace vs Chelsea, Chelsea Menang Lewat Drama 5 Gol, Willian 2 Assist

Mendengar hal itu, pikiran panik Nazamudin bukan lagi memikirkan dirinya. Melainkan cucu dan anaknya.
"Soalnya saat tiba di Tanjungpinang saya itu cium cucu saya karena lama tak bertemu, anak saya juga saya ajak kemana-mana. Kacau pikiran saya, jangan sampai keluarga terpapar juga," ujarnya.
Namun untunglah, saat dilakukan Rapid test, keluarganya dinyatakan negatif virus Corona.
Kekhawatirannya akan keluarganya yang terpapar virus Corona tersebut langsung sirna.
Sembuh dari Covid-19 belum tentu terbebas dari stigma negatif masyarakat.
"Intinya penyakit Corona bukan aib untuk ditakuti. Semua kehendak Allah SWT. Saya sangat senang dengan program Tribun Batam ini. Saya bisa membagikan pengalaman sebagai pasien sembuh Covid-19," sebutnya.
Dapat Penolakan Lingkungan Sekitar
Kebahagian saat dinyatakan sembuh Covid-19 bagi Nazamudin belum sempurna.
Sebab, saat pulang ke rumah malah dapat reaksi penolakan warga sekitar tempat tinggalnya.
"Sedih sudah pasti, saya pulang dengan pernyataan resmi sembuh dari tim kesehatan, malah tak dipercaya warga sekitar saya," ujarnya dengan nada tinggi.
Bahkan, anak laki-lakinya sampai mendapat penolakan saat akan beribadah.
"Anak saya sampai sekarang masih merasakan itu. Saya terus memberikan pemahaman, bahwa warga belum yakin aja kalau ayahnya sembuh," ucapnya.
Untuk mendapatkan keyakinan tersebut, Nazamudin selama 10 hari, usai menjalankan karantina mandiri di rumah, mendatangi satu-persatu tetangganya dengan menyampaikan telah sembuh dari Covid-19.
"Saya jualan ikan asin, sambil jualan saya bilanglah, kalau saya telah sembuh, dan hasil ini resmi dari tim kesehatan. Tidak perlu takut lagi," ujar Nazamudin berusaha meyakinkan lingkungan sekitarnya.
Singkat cerita, usaha itu pun ahkirnya membuahkan hasil.
Lingkungan sekitar saat ini sudah menerima kehadiran Nazamudin.
Diakhir cerita, Nazamudin pun menyampaikan, Covid-19 bukan aib yang harus ditakuti.
Kewaspadaan akan penyakit tersebut tetap harus diperhatikan dengan menjalankan protokol kesehatan.
"Jangan takut akan Covid-19. Waspada juga harus. Bagi keyakinan saya, mati dan hidup sudah Allah rencanakan. Kami pasien sembuh Covid-19 juga pasti tidak ada yang mau terkena virus itu. Jadi jangan jauhi saudara-saudara kita," ucapnya.
Dapat Isu Lari dari Rumah Sakit
Selama mendapat perawatan, Nazamudin mengaku sangat suntuk. Bahkan mantan napi ini mengatakan, lebih suntuk dari pada saat di penjara.
"Bosan sekali rasanya. Sebab kita tidak bisa kemana-mana. Dokter atau petugas yang merawat kita pun pakai Alat Pelindung Diri ( APD ) lengkap," ujarnya.
Rasa rindu keluarga dan sahabatpun hanya bisa terobati melalui video call.
Walau begitu, selama perawatan petugas kesehatan sangat luar biasa, dengan terus memberikan motivasi kepada dirinya.
"Makan kita benar-benar diperhatikan. Setiap hari dokter selalu berikan saya motivasi. Jangan nyerah, harus semangat terus," ujarnya menceritakan pengalaman selama di ruang perawatan.
Namun saat itu, isu tak sedap menghampiri dirinya. Nazamudin dikabarkan dalam postingan salah satu akun facebook lari dari rumah sakit.
"Itu saya anggap kenikmatan saat saya difitnah. Tapi tidak jadi persoalan, saya maafkan orang tersebut," ujarnya sambil tersenyum.
Nazamudin pun menjalani perawatan cukup lama. Sebab hasil test PCR yang dilakukan hingga 8 kali tidak menunjukan hasil negatif semua.
"Jadi maksudnya, saat tes pertama memang hasil negatif, keduanya malah positif, terus begitu hingga tes ke delapan. Bahkan dokter bilang saya pasien terlama. Sampai dijuluki RT," sebutnya sambil tertawa.
Percaya dengan Allah SWT, Nazamudin pun terus berdoa dan berolahraga kecil selama dalam ruang perawatan.
Saat tes PCR ke 9, hasil pun negatif, dan tes kedua kalinya yang ke 10 akhirnya membuahkan hasil memuaskan.
"Alhamdulillah dua kali negatif hasilnya. Dokter pun menyatakan saya sembuh Covid-19. Namun sebelum pulang, satu malam dulu di ruang steril," katanya.(TribunBatam.id/Endra Kaputra)