Dirawat Sampai 130 Hari, Pasien Covid-19 Terlama di Inggris Akhirnya Sembuh

Setelah dirawat insentif selama 130 hari, seorang pasien Covid-19 di Inggris akhirnya dipindah ke ruang pemulihan. Simak kisahnya berikut ini.

AFP
Ilustrasi pasien Covid-19 di Inggris. Dirawat 130 hari, penderita Covid-19 terlama di Inggris sembuh. 

TRIBUNBATAM.id, LONDON - Setelah dirawat insentif selama 130 hari, seorang pasien Covid-19 di Inggris akhirnya dipindah ke ruang pemulihan.

Pasien terinfeksi virus Corona ini diklaim sebagai pasien positif terlama di Inggris.

Ia adalah seorang wanita berusia 35 tahun bernama Fatima Bridle.

Bridle tidak sabar untuk bertemu lagi dengan suaminya, Tracy, setelah berpisah lebih dari tiga bulan.

Cerita Bridle melawan virus Corona bermula ketika dirinya merasa tidak enak badan setelah kembali dari Maroko pada 6 Maret.

Dilansir dari Daily Mail, Minggu (19/7/2020), karena kondisinya semakin memburuk, Bridle dilarikan ke Rumah Sakit Umum Southampton pada 12 Maret.

Tuding China Lakukan Pelanggaran HAM Berat Kepada Uighur, Inggris: Itu Sangat Menyedihkan

Pada 18 Maret, dia dipindahkan ke perawatan intensif dan dipasangi ventilator setelah kondisinya semakin memburuk.

Dia koma selama berpuluh-puluh hari melawan pneumonia, virus Corona, dan sepsis.

Para tenaga medis berjuang sekuat tenaga untuk merawat Bridle. Setelah melewati hari-hari yang mencekam, kondisi Bridle perlahan mulai membaik.

Pada akhir April, Dinyatakan sembuh dari Covid-19, tetapi masih menderita pneumonia.

Bulan berikutnya dia masing dipasangi ventilator tidak sepenuhnya bergantung pada alat tersebut.

Salah satu paru-paru Fatima rusak sehingga dia tidak akan pernah bisa bernapas dengan dengan normal lagi.

Kini Bridle dapat berbicara lebih banyak dan dapat berjalan meski harus dibantu dengan alat bantu.

Bridle merasa sangat bersyukur dan berterima kasih kepada tenaga kesehatan yang merawatnya.

“Mereka luar biasa. Saya ingin berterima kasih kepada semua dokter dan perawat yang telah memberi saya kesempatan untuk memulai hidup kembali. Rasanya seperti mimpi.” kata Bridle.

Tracy mengatakan istrinya merupakan bukti keajaiban dunia medis.

"Dia diberi ventilator dalam waktu yang sangat lama dan bertahan dengan sangat luar biasa.

Saya tidak sabar untuk melihatnya lagi,” ujar Tracy.

Tracy menambahkan mereka telah kembali ke Inggris dari Maroko tanpa memeriksa berita.

Mereka tidak tahu tentang merebaknya virus Corona karena penyakit ini dengan cepat menyebar ke seluruh dunia.

Menteri Kesehatan Inggris Matt Hancock mengaku sangat senang mendengar berita pemulihan Bridle.

"Ini membuktikan bahwa tidak peduli siapa Anda, NHS [Layanan Kesehatan Nasional] ada untuk Anda dan keluarga Anda,” kata Hancock.

Tren Kematian Covid-19 di Rumah Sakit Inggris Menurun, Universitas Oxford Ungkap Penyebabnya

Kabar baik terkait wabah virus Corona atau Covid-19 datang dari Inggris.

Rumah sakit di Inggris melaporkan penurunan tren jumlah kematian pasien terinfeksi Covid-19.

Semua itu berdasarkan penelitian yang dilakukan Universitas Oxford di Inggris.

Melansir BBC, Universitas Oxford menemukan bahwa proporsi pasien terinfeksi virus yang meninggal di Inggris turun dari 6 persen menjadi 1,5 persen pada periode April hingga Juni.

Adapun yang diduga menjadi penyebab turunnya angka kematian di rumah sakit ini adalah sudah adanya perawatan, perubahan populasi pasien serta efek musim yang dinilai juga memainkan peran.

Data penurunan ini muncul saat pemerintah Inggris bersiap untuk melonggarkan kuncian.

Sejak puncak wabah, pada 8 April sekitar 15.468 orang di rumah sakit di Inggris 6 persen di antaranya meninggal dunia.

Sementara pada 21 Juni, jumlah tersebut turun menjadi 1 persen menurut data yang dikompilasi Pengobatan Berbasis Bukti dari Universitas Oxford.

Acuan tren pandemi

Peneliti menilai, kematian kasus di rumah sakit adalah ukuran yang dapat dipakai sejak awal wabah, memberikan angka yang konsisten dan memungkinkan para peneliti untuk mencari tren kasus.

Dari penelitian, menunjukkan saat jumlah orang di rumah sakit dan mereka yang kritis menurun, maka kematian menunjukkan penurunan yang lebih cepat.

Tak hanya di Inggis, Prof Carl Heneghan, yang melakukan analisis, juga mengatakan pola penurunan angka kematian di rumah sakit juga terlihat di negara-negara lain, termasuk Italia.

"Kita harus menyelidiki apa yang berubah," kata dia.

Meski demikian peneliti belum menentukan apa alasan paling tepat di balik tren penurunan itu.

Akan tetapi mereka mengemukakan sejumlah alasan di antaranya adalah perawatan yang semakin baik yang dilakukan para tenaga medis.

Mampu mengobati pasien

Menurut mereka, kini staf layanan kesehatan diangap telah mampu mengobati dengan memakai obat yang ada meskipun tak ada terobosan besar dalam metode perawatan baru.

Sebagai contoh, dokter sekarang telah siap menghadapi pembekuan darah yang mungkin terjadi akibat virus, serta respons imun yang terlalu aktif ketika tubuh melawan virus.

Hal ini berbeda pada hari awal-awal di mana para dokter masih mencari pengobatan yang pas untuk mengobati gejala terkait masalah pernafasan.

Sementara, pada pasien perawatan kritis, obat steroid dexamethason juga telah digunakan untuk meredam reaksi kekebalan tak terkendali yang dapat merusak organ.

“Ini mungkin menjadi faktor kunci, tetapi tidak mungkin untuk menjelaskan tingkat kematian yang menurun,” ujar Prof Heneghan.

Penyebaran virus mereda

Sebab lain, para peneliti juga mengatakan ada kemungkinan karena saat ketegangan virus telah mulai reda, pasien-pasien dapat diterima tanpa melebihi ambang batas perawatan rumah sakit sebagaimana yang terjadi saat puncak epidemi.

Sehingga, kecil kemungkinan pasien-pasien tersebut untuk meninggal.

Peneliti juga menduga virus itu telah lebih dulu menginfeksi orang-orang yang rentan dan kini meninggalkan orang-orang yang berisiko lebih rendah untuk terinfeksi.

Kemungkinan lanjutan adalah sekelompok pasien lebih memilih tinggal di rumah sakit lebih lama, tidak dipulangkan tapi juga tidak menyerah dari virus.

Selain itu musim panas juga dianggap memainkan peran protektif dimana penyakit yang beredar cenderung lebih sedikit dan lebih banyak sinar matahari.

(*)

Hasil Liga Inggris - Tottenham Hotspur Bungkam Leicester 3-1, Man United Diuntungkan

Prediksi & Live Streaming Tottenham Hotspur vs Leicester City di Liga Inggris, Kick Off 22.00 WIB

Jadwal Liga Inggris Malam Ini, Spurs vs Leicester City, Everton dan Newcastle Main Tandang

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Dirawat 130 Hari, Penderita Covid-19 Terlama Inggris Sembuh".

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved