VIRUS CORONA

Dampak Resesi Singapura Berimbas ke Kepri, Buralimar Sebut Kunjungan Wisman Turun Drastis

Dampak resesi Singapura ternyata berimbas ke pariwisata di Kepri. Hal tersebut diungkap Kepala Dinas Pariwisata (Kadispar) Provinsi Kepri, Buralimar.

TRIBUNBATAM.ID/ICHWAN NUR FADILLAH
Kadis Pariwisata Kepri, Buralimar 

TRIBUNBATAM.id, BATAM – Singapura mengalami resesi parah akibat hantaman virus Corona.

Ekonomi Singapura terjerumus dalam resesi parah di kuartal II 2020 yang PDB-nya terkontraksi hingga 41,2 persen.

Negara pulau ini sebelumnya juga mengalami penurunan PDB sejak kuartal sebelumnya.

Penyebab utama resesi Singapura disebabkan penutupan yang cukup lama pada sejumlah sektor bisnis terutama perdagangan pasca-mewabahnya pandemi virus corona ( Covid-19).

Kebijakan lockdown telah menimbulkan kerusakan pada ekonomi negara itu yang sangat bergantung dari perdagangan.

Dampak resesi Singapura ternyata berimbas ke pariwisata di Kepri.

Hal tersebut diungkap Kepala Dinas Pariwisata (Kadispar) Provinsi Kepri, Buralimar.

Profil Wiku Adisasmito Jubir Baru Gugus Tugas Penanganan Covid-19, Gantikan Achmad Yurianto

VIRAL Kue Klepon Tidak Islami Trending di Twitter, Ulama: Makanan Hanya Ada Halal dan Haram

VIRAL Jual Beli Tanah Dapat Janda Kembang di Kudus, Aris Berikan Syarat Khusus

Menurut Buralimar, resesi ekonomi di Singapura tentu berimbas dengan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) di Provinsi Kepri.

Apalagi selama ini, Singapura menjadi negara paling mendominasi jumlah kunjungan dengan persentase sekitar 49 persen dari jumlah kunjungan negara lainnya ke Kepri.

“Saya tegaskan menyikapi ini, kita harus perkuat potensi wisatawan dalam negeri. Jangan terlalu berharap dengan Singapura,” ujar Buralimar kepada Tribun Batam, Selasa (21/7/2020).

Kadis Pariwisata Kepri, Buralimar
Kadis Pariwisata Kepri, Buralimar (TRIBUNBATAM.ID/ICHWAN NUR FADILLAH)

Dia menyebut, jika terus menunggu Singapura untuk membuka pintu keluar warga negaranya, hal ini akan menyebabkan potensi pariwisata di Kepri mati suri.

Buralimar optimis, potensi wisatawan nusantara (wisnus) atau wisatawan lokal tak kalah menarik untuk dimaksimalkan untuk menunjang kemajuan sektor pariwisata di Kepri.

“Memang harus diakui, selama ini Kepri mengandalkan wisman. Tapi, kita harus tahu, wisnus juga menjanjikan. Tahun kemarin saja, tercatat jumlah wisnus itu kurang lebih 3 sampai 5 juta,” ungkap dia.

Sejauh ini, Buralimar mengaku, masih menunggu kebijakan dari Pemerintah Singapura terkait ancaman resesi ekonomi.

Follow Juga:

Namun yang pasti, jika itu benar terjadi, Buralimar mengajak para pelaku sektor pariwisata untuk dapat memutar otak agar jumlah kunjungan wisnus dapat dimaksimalkan.

“Komunikasi terkait resesi itu G to G (Government to Government), kewenangannya ada di pemerintah kita dengan mereka. Harapan kita, mereka segera membuka pintu keluar,” tambahnya.

Di luar itu, Buralimar menegaskan, Kepri juga telah siap untuk menampung wisawatan domestik.

Beberapa daerah seperti Lagoi di Bintan dan wisata di Nongsa Kota Batam juga telah mengumumkan kesiapan mereka untuk memaksimalkan potensi wisatawan domestik.

Singapura Lockdown, Tingkat Hunian di Batam Sepi

Tingkat hunian kamar hotel (okupansi) di Batam tak kunjung bergairah.

Beberapa hotel mengaku, okupansi mereka bahkan tak sampai 50 persen.

Bukan tanpa alasan, okupansi hotel di Batam sendiri bergantung pada wisatawan mancanegara (wisman) asal Singapura dan Tiongkok (RRT).

Sejak kedua negara memutuskan untuk lockdown akibat pandemi Covid-19, okupansi seolah terjun bebas.

Hal ini pun diakui oleh Senior Sales and Marketing Nagoya Mansion Hotel, Ayu.

“Memang kedua negara itu mendominasi. Sejak negara itu lockdown, okupansi kami hanya mencapai 25 persen saja,” ungkap Ayu kepada Tribun Batam, Minggu (5/7/2020) lalu.

Lanjutnya, sebelum pandemi Covid-19 melanda Batam, okupansi di hotel tempatnya bekerja bisa mencapai 70 sampai 80 persen.

Ayu mengakui, menurunnya okupansi Nagoya Mansion terjadi sejak kepulangan wisman asal Shenzen, Tiongkok, beberapa waktu lalu.

“Wisman Singapura dominan every week dan every day. Kalau wisman Tiongkok, week days. Bisa sampai 15 hingga 20 kamar,” tambah Ayu.

Pandemi Covid-19 sendiri, menurut Ayu, juga berdampak kepada operasional hotel. Beberapa karyawan bahkan harus diperbantukan ke departemen lain.

“Ada juga yang unpaid leave. Karena memang itu dampaknya,” pungkasnya.

Rendahnya okupansi juga terjadi di hotel bintang empat lainnya. Seperti di Aston Hotel dan I Hotel Batam.

Okupansi keduanya berkisar 25 persen walau pemberlakuan ‘New Normal’ telah diterapkan di Batam. (tribunbatam.id/ ichwannurfadillah)

Sumber: Tribun Batam
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved