Peringatan Keras Bagi Calon Kepala Daerah, Nekat Kampanye Pakai Dangdutan Siap-siap Didiskualifikasi
Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian meminta kepada calon kepala daerah agar tetap melakukan protokol kesehatan.
TRIBUNBATAM.id |JAKARTA - Periangatan keras bagi calon kepala daerah yang berlaga dalam pemilu 2020 mendatang.
Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian meminta kepada calon kepala daerah agar tetap melakukan protokol kesehatan.
Dan jangan pernah melakukan kampanye dengan cara mengumpulkan masa.
• Tjetjep Yudiana Kenang Almarhum Syamsu Rizal: Dia Kandidat Kadinkes Kepri dan Direktur RSUD RAT
• Kader Gerindra Minta Prabowo Subianto Kembali Maju di Pilpres 2020: Itu Permintaan Kader
• Ramalan Shio Senin 30 Agustus 2020, Ayam dan Kerbau Akan Dapat Keberuntungan
Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian melarang metode kampanye terbuka dengan mengundang penyanyi dangdut dan melibatkan banyak orang di satu lokasi saat Pilkada Serentak 2020.
Menurut Tito, pengumpulan massa seperti itu berpotensi terjadi penularan virus corona (Covid-19).
"Jadi gaya-gaya seperti buka panggung, joget-joget bawa penyanyi dangdut, segala macam, sambil nyawer-nyawer itu kemungkinan besar enggak ada," kata Tito saat menggelar rapat kerja di Bengkulu yang diakses dalam kanal Youtube Kemendagri, Jumat (7/8/2020).
Tito pun meminta para pengawas pemilu untuk mengawasi dan menindak hal tersebut bila bertentangan dengan regulasi yang ditetapkan KPU.
"Saya minta, tolong siap-siap rekan-rekan yang mau jadi kontestan dan bawaslu dari Gakkumdu tegakkan sesuaikan dengan peraturan KPU," kata mantan Kapolri ini.
Ia mengancam para kandidat kepala daerah yang membiarkan pendukungnya melakukan hal tersebut akan dikenakan sanksi berupa didiskualifikasi.
"Kalau ada konvoi, arak-arakan, tulis di sana enggak ada konvoi arak-arakan. Kalau sampai berulang kali semprit, diskualifikasi," kata Tito.
Ia lantas mengimbau agar kandidat memanfaatkan kampanye secara virtual dalam Pilkada 2020 untuk meraih simpati pemilih.
Ia menyatakan kampanye secara daring memiliki kekuatan bisa menjangkau lebih banyak masyarakat untuk berpartisipasi.
"Kalau live streaming bisa capai ribuan orang.
Kalau ada yang jogetnya di studionya. Yang pidatonya di ruangannya.
Yang nobar-nobar di kampung 50 orang," kata Tito.