China Siap Jinakkan Jet Tempur AS, Andalkan Dong-Feng 26 Rudal Pembunuh Kapal Induk

Militer China siap menghadang militer Amerika Serikat (AS) dan sekutunnya di Laut China Selatan.

ist
Ilustrasi, China mengikutsertakan pesawat bomber jarak jauh H-6G dan H-6K dalam latihan militer di Laut China Selatan. 

Editor: Agus Tri Harsanto

TRIBUNBATAM.id, CHINA - Militer China siap menghadang militer Amerika Serikat (AS) dan sekutunnya di Laut China Selatan.

China mewaspadai kehebatan pesawat pengebom AS yang dikenal perkasa di udara.

Upayanya yakni latihan pertahanan menghadapi pesawat pengebom AS.

Dalam latihan tersebut, Angkatan Udara China meningkatkan pertahanan udaranya dari segala lini.

Bila pertempuran pecah di Laut China Selatan, Militer Tiongkok juga sudah siap menggempur AS dan sekutunya dari luat, udara dan darat.

Dalam latihan pertahanan udara ini, yang dilakukan di atas Laut China Selatan, yang bakal menjadi medan tempur, pilot China mensimulasikan respons terhadap dua pesawat tempur asing yang memasuki wilayah udara China.

Rekaman latihan menunjukkan pilot China awalnya melakukan prosedur standar dengan memerintahkan pesawat asing dalam bahasa Inggris untuk segera pergi, dan kalau tidak maka akan diusur dengan kekuatan.

Jet Tempur China Terobos Wilayah Taiwan, Pesawat Tempur Taiwan Langsung Gerak

Media pemerintah mengatakan: "Bekerja sama dengan stasiun radar yang berbasis di sebuah pulau, seorang pilot angkatan udara China yang mengambil bagian dalam latihan itu memberi peringatan radio kepada pesawat tak dikenal yang mengatakan bahwa mereka harus pergi," tulis pernyataan itu seperti dikutp dari Express, Minggu (9/8).

Latihan pertahanan udara China tersebut mengikuti serangkaian latihan militer lainnya minggu ini, termasuk serangan simulasi dan pengisian bahan bakar di udara.

Tiga dari lima wilayah militer utama China melakukan latihan kesiapan pertempuran udara di tengah meningkatnya ketegangan dengan Amerika Serikat di wilayah maritim yang disengketakan.

Latihan itu berlangsung lebih dari 10 jam dan juga melibatkan pengisian bahan bakar di udara, menurut pejabat negara, tanpa mengatakan kapan latihan itu berlangsung.

Seorang pejabat China yang tidak disebutkan namanya mengatakan: "Semua latihan kami ditujukan untuk mempersiapkan pertempuran yang sebenarnya."

Ini terjadi seminggu setelah latihan militer terakhir China di atas laut yang disengketakan, yang melihat Beijing mengungkap pembom teknologi tinggi jarak jauh baru sebagai bagian dari "pelatihan tempur intensitas tinggi".

Rekaman dari media pemerintah menunjukkan pembom jarak jauh H-6G dan H-6J berlatih lepas landas malam hari dan mensimulasikan serangan terhadap target laut.

Peningkatan latihan militer mengikuti eskalasi ketegangan yang dramatis antara China dan AS.

Perseteruan antara kedua negara adidaya itu meliputi Hong Kong, Taiwan, perdagangan, Huawei, virus corona, dan wilayah maritim yang disengketakan.

Awal pekan ini, Perdana Menteri Australia Scott Morrison mengatakan bahwa perang antara China dan AS serta Australia mungkin saja terjadi.

Dia menyerukan aliansi negara-negara Indo-Pasifik untuk memerangi meningkatnya ancaman China secara global, tetapi juga di Laut China Selatan.

Komentarnya mengikuti mantan Perdana Menteri Australia, Kevin Rudd, yang mengindikasikan konflik antara AS dan China dapat terjadi dalam tiga bulan ke depan.

Menanggapi pernyataan ini, Mr Morrison berkata: “Kami telah mengakui bahwa apa yang sebelumnya tidak terbayangkan dan bahkan tidak dianggap mungkin atau mungkin dalam hal jenis hasil tersebut tidak lagi dipertimbangkan dalam konteks tersebut.

“Saat ini, Indo-Pasifik menjadi episentrum persaingan strategis. Ketegangan atas klaim teritorial meningkat," ujarnya.

B1-B Lancer

Rudal Dong-Feng 26

Pasukan Roket Tentara Pembebasan Rakyat China (PLA) baru-baru ini meluncurkan rudal balistik anti-kapal jarak menengah bertajuk Dong-Feng 26 (DF-26) dalam latihan yang masih berlangsung.

Peluncuran rudal tersebut setelah Amerika Serikat (AS) mengirim dua kapal induk ke Laut China Selatan, serta mengadakan latihan militer bersama dengan India, Jepang, dan Australia di Samudera Hindia dan Laut Filipina.

Mampu menyerang target bergerak di laut, DF-26 mendapat julukan "pembunuh kapal induk". Brigade Rudal Pasukan Roket PLA baru-baru ini memulai latihan konfrontasi lintas regional.

Mereka melakukan latihan di gurun, medan yang rumit seperti hutan, simulasi serangan kimia, dan penyamaran kendaraan yang membawa rudal untuk menghindari deteksi satelit, dengan meluncurkan rudal DF-26.

Menurut Global Times mengutip laporan CCTV, latihan tersebut mengasah kemampuan reaksi cepat Pasukan Roket PLA, dan misi semacam ini akan berlanjut dalam satu hingga dua bulan ke depan.

Pengamat militer China mencatat, ini adalah demonstrasi peluncuran DF-26 yang langka. Pada Januari 2019, peluncuran DF-26 diperlihatkan kepada masyarakat umum untuk pertama kalinya.

Song Zhongping, ahli militer China, mengatakan kepada Global Times pada Kamis (6/8), latihan terbaru menunjukkan DF-26 telah memperoleh kemampuan yang lebih kuat dalam skenario pertempuran nyata, termasuk manuver lintas regional, dan tidak bergantung pada situs peluncuran.

Bisa membawa hulu ledak nuklir

Juru bicara Kementerian Pertahanan China Kolonel Senior Wu Qian menyebutkan dalam konferensi pers April 2018 lalu, DF-26 telah bergabung dengan Pasukan Roket PLA, dan rudal itu bisa membawa hulu ledak konvensional dan nuklir.

Bukan cuma itu, DF-26 mampu melancarkan serangan presisi pada sasaran di darat dan kapal-kapal medium juga besar di laut.

Song mengungkapkan, DF-26 dan DF-21D, yang juga bisa menargetkan kapal perang tetapi pada jarak yang lebih pendek, telah memberi PLA kemampuan untuk secara efektif menyerang kapal induk pada jarak jauh juga dekat.

Latihan peluncuran DF-26 menunjukkan, AS tidak bisa menggunakan kapal induknya untuk campur tangan dalam urusan internal China dan mengancam keamanan nasional Tiongkok lagi, Song menegaskan.

"AS harus sepenuhnya memahami, PLA tidak seperti pada 1995 atau 1996. China memiliki kemampuan untuk membuat AS kehilangan kapal induknya, dan ini adalah penghalang utama yang harus China tunjukan," sebut dia.

DF-26 diperkirakan memiliki jangkauan 4.500 kilometer, menurut sebuah laporan situs berita China, china.com.cn. Artinya, DF-26 bisa menjangkau banyak wilayah perairan Pasifik Barat dan Samudra Hindia, bahkan mencapai fasilitas militer AS di Guam, Darwin, serta Diego Garcia.(*)

Sumber: Kontan

Sumber: Kontan
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved