TRIBUN WIKI
Mengenal Pierre Tendean, Prajurit TNI Berdarah Prancis, Gugur Sebulan Sebelum Nikahi Gadis Pujaan
Pierre Tendean memiliki kisah cinta yang terbilang pilu. Ia gugur sebelum menikahi kekasihnya, Rukmini.
Editor: Widi Wahyuning Tyas
TRIBUNBATAM.id - Tak lama lagi, masyarakat Indonesia akan merayakan Hari Kemerdekaan Indonesia yang diperingati setiap tanggal 17 Agustus.
Momen HUT RI ini menjadi saat terbaik untuk memupuk rasa nasionalisme dengan mengenang kisah perjuangan para pahlawan.
Seperti diketahui, kemerdekaan Indonesia bisa diraih tak lain berkat perjuangan para tokoh pahlawan.
Satu di antaranya ialah Pierre Tendean.
Pierre Tendean dikenal sebagai pahlawan revolusi yang gugur dalam Gerakan 30 September.
Bicara tentang Pierre Tendean tak hanya mengenai G30S saja.
Faktanya, Pierre Tendean memiliki kisah cinta yang memilukan.
Profil
Pierre Tendean lahir di Jakarta, pada 21 Februari 1939 dari pasangan AL Tendean dan Cornett ME.
Semasa kecil, Pierre Tendean memang sudah menaruh minat terhadap dunia militer.
Setelah menamatkan sekolah dasar di Magelang, Pierre melanjutkan jenjang sekolah menengahnya di Semarang.
Kala itu, sang ayah memang sedang bertugas di Semarang.
Setelah lulus SMA inilah ketertarikan Pierre Tendean terhadap militer mulai terwujud.
Pierre Tendean menempuh pendidikan taruna di Akademi Teknik Angkatan Darat (ATEKAD), yang berada di Bandung, pada 1958.
Setelah menyelesaikan pendidikan, Pierre mengawali kariersebagai Komandan Pleton Batalyon Zeni Tempur 2 Kodam II/Bukit Barisan, Medan.
Setahun kemudian, Pierre Tendean melanjutkan pendidikan di Sekolah Intelijen Negara di Bogor.
Setelah tamat, ditugaskan oleh Dinas Pusat Intelijen Angkatan Darat (DIPIAD) untuk menjadi mata-mata di Malaysia.
Kala itu, memang sedang terjadi konfrontasi antara Indonesia dengan Malaysia.
Pierre ditugaskan untuk memimpin sekelompok relawan di beberapa daerah menyusup ke Malaysia.
Sejak saat itu, karier Pirre Tendean mulai menjanjikan.
Ada tiga jenderal yang menginginkan Pierre Tendean sebagai ajudannya, antara lain Jenderal A. H. Nasution, Jenderal Hartawan dan Jenderal Kadarsan.
Namun kala itu Jenderal Nasution bersikeras agar Pierre Tendean menjadi ajudannya.
Pada akhirnya, Pierre dipromosikan menjadi Letnan Satu pada 15 April 1965.
Pierre Tendean menjadi pengawal pribadi A. H. Nasution, menggantikan Kapten Manullang yang gugur saat menjaga perdamaian di Kongo.
Pada usia 26 tahun, Pierre menjadi satu di antara pengawal termuda A. H. Nasution.
Kisah cinta berakhir pilu
Pierre Tendean memiliki seorang kekasih bernama Rukmini.
Lengkapnya, bernama Rukmini Chaimin, putri sulung keluarga Chaimin di Medan.
Pertemuan keduanya terjadi ketika Pierre Tendean bertugas sebagai Komandan Pleton Batalyon Zeni Tempur 2 Kodam II/Bukit Barisan, Medan.
Pertemuan keduanya tidak terlalu lama, karena Pierre Tendean memang hanya sebentar bertugas di Medan.
Setahun setelah ditempatkan di Medan, Pierre Tendean menjalani pendidikan di Bogor.
Sebab itu, Pierre Tendean dan Rukmini yang sudah saling mengenal terpaksa menjalani hubungan jarak jauh.
Meski demikian, hati Pierre Tendean tetap tertambat pada Rukmini.
Menurut cerita, anak sulung A. H. Nasution kerap memergoki Pierre Tendean tersenyum membaca surat dari Rukmini.
Pada masa itu, satu-satunya cara berkomunikasi memang melalui surat.
Seiring berjalannya waktu, keduanya mulai merencanakan langkah yang lebih serius.
Ketika menyertai Jenderal A. H. Nasution ke Medan, Pierre Tendean memberanikan diri melamar Rukmini.
Pertemuan tersebut dilakukan pada 31 Juli 1965.
Namun siapa sangka, hari itu menjadi kali terakhir perjumpaan keduanya.
Renacananya, Pierre akan menikahi Rukmini pada November 1965.
Namun niat baik tersebut selamanya hanya tinggal rencana.
Pierre Tendean gugur pada 1 Oktober 1965 dini hari, menyisakan kisah cintanya yang tak sampai pada Rukmini.
Artikel ini telah tayang di Tribunnewswiki.com dengan judul 'Spesial 17 Agustus: Kisah Pilu Pahlawan Pierre Tendean yang Tak Sempat Menikahi Sang Pujaan Hati'.