Amankah Bepergian Naik Pesawat Ketika Pandemi? Studi Kasus Menjawab Pertanyaan Itu

Setiap orang diharapkan tidak berkumpul atau berdekatan satu sama lain guna mencegah penularan Covid-19.

Kompas.com
Petugas kebersihan bandara yang berdiri disamping pesawat Lion Air Boeing 737-800 setelah melakukan sterilisasi di Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten (17/3/2020). Lion Air Grup melakukan sterilisasi pesawat sebagai langkah pencegahan dalam menghadapi wabah penyakit akibat virus Covid-19. (KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG) 

Editor: Anne Maria

TRIBUNBATAM.id, BATAM- Pandemi virus Corona mengubah pola hidup manusia.

Setiap orang diharapkan tidak berkumpul atau berdekatan satu sama lain guna mencegah penularan Covid-19.

Namun demikian, pada situasi tertentu, setiap orang 'terpaksa' harus berdekatan.

Satu di antaranya orang-orang yang perlu menggunakan transportasi umum saat bepergian.

Satu di antaranya moda transportasi pesawat.

Maskapai penerbangan diketahui sudah mulai beroperasi kembali. 

China Diprotes Vietnam Karena Kirim Pesawat Pengebom ke Laut China Selatan

Penjelasan Berbeda CEKCOK Mumtaz Rais dan Wakil Ketua KPK di Pesawat Garuda, Ini Pesan Hanum Rais

Namun demikian, amankah terbang saat pandemi Covid-19?

Mungkin kita berasumsi bahwa penularan virus mudah terjadi di dalam kabin yang padat dan tanpa ventilasi.

Namun faktanya, hanya sedikit penelitian yang mengaitkan risiko perjalanan udara dengan penularan SARS-Cov-2.

Laporan yang terbit di JAMA Network Open memaparkan bagaimana dalam pesawat ada tujuh orang yang positif Covid-19 kemudian menularkan ke penumpang lain, terutama yang duduk di dua baris terdekat.

Dengan kata lain, tampaknya penularan Covid-19 dapat terjadi di pesawat terbang tapi tidak sebanyak yang dibayangkan.

Ramalan Zodiak Hari Sabtu 22 Agustus 2020, Gemini Gembira, Taurus Butuh Istirahat, Scorpio Semangat

Ramalan Zodiak Asmara Sabtu 22 Agustus 2020, Leo Kecewa, Capricorn Memikat, Libra Cemburu

"Kami mendeteksi kemungkinan transmisi selama penerbangan. Transmisi (dalam penerbangan) dapat terjadi," kata Profesor Sandra Ciesek, penulis studi dan Direktur Institut Virologi Medis di Universitas Goethe dilansir IFL Science, Selasa (18/8/2020).

Ciesek dan timnya melakukan studi kasus penerbangan komersial yang terbang dari Tel Aviv, Israel ke Frankfurt, Jerman pada 9 Maret 2020. Penerbangan ini berdurasi 4 jam 40 menit.

Sebagai catatan, 9 Maret 2020 merupakan tahap awal pandemi Covid-19 di Eropa. Karena masih awal, pemakaian masker wajah masih longgar dan masyarakat pun tidak menerapkan jaga jarak sejauh dua meter.

Ada 102 penumpang dalam penerbangan itu. 24 orang di antaranya merupakan sekelompok turis.

Ketika pesawat mendarat, ke-24 turis itu dites SARS-CoV-2. Hasilnya, tujuh orang di antaranya positif Covid-19.

Empat turis merasa sakit atau menunjukkan gejala selama penerbangan, dua merasa baik-baik saja tapi kemudian mengalami gejala, dan satu orang tidak menunjukkan gejala.

Tujuh turis itu diperkirakan terinfeksi Covid-19 seminggu sebelum penerbangan. Kemungkinan besar, mereka terinfeksi setelah melakukan kontak dengan manajer hotel yang kemudian dinyatakan positif Covid-19.

Setelah ditemukan tujuh orang turis positif, 4-5 minggu kemudian peneliti menghubungi 71 penumpang lainnya untuk dievaluasi dan dites Covid-19. Sementara tujuh penumpang lain tidak bisa dihubungi.

Dari pemeriksaan susulan 71 penumpang, dua orang di antaranya positif Covid-19. Kedua penumpang duduk di dua baris setelah penumpang yang terinfeksi.

Dari kasus ini, penularan dari penerbangan tampaknya sangat mungkin terjadi karena mereka dikarantina selama 14 hari setelah mendarat, tapi tetap sakit.

Dalam kasus lain, mereka tidak melakukan karantina, sehingga para peneliti tidak dapat sepenuhnya mengecualikan kemungkinan mereka terkena infeksi setelah mendarat.
Namun, peneliti yakin ada kemungkinan penumpang terinfeksi saat di pesawat.

Secara keseluruhan, ini adalah gambaran yang cukup suram, yang menunjukkan betapa sulitnya melacak orang yang terinfeksi saat melakukan penerbangan.

Namun demikian, laporan mereka menunjukkan bahwa Covid-19 dapat ditularkan melalui transmisi udara, terutama di pesawat yang padat penumpang.

Mereka juga menunjukkan bahwa risiko ini dapat dikurangi lebih lanjut jika semua penumpang dan awak memakai masker wajah. Di mana kondisi ini tidak dilakukan dalam kasus penerbangan dari Israel ke Jerman saat itu.

"Kami tahu bahwa masker sangat efektif dalam mencegah penularan, dan harus diaplikasikan di pesawat," kata Profesor Ciesek.

“Ada beberapa kasus penularan di udara yang dilaporkan di pesawat. Tapi itu mungkin terjadi, ketika tidak ada tindakan untuk mengurangi pencegahan yang diterapkan. Ini adalah aspek penting dari perjalanan udara selama pandemi. "

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Amankah Terbang saat Pandemi? Studi Kasus Menjawab Pertanyaan Tersebut"

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved