Masih Didebatkan Pakar, Amerika Serikat Izinkan Pakai Plasma Darah Untuk Obati Pasien Covid-19

Amerika Serikat ( AS) umumkan otorisasi darurat bagi para dokter untuk menggunakan plasma darah pasien pulih Covid-19. Untuk obati pasien virus Corona

illustrator_scmp
ILUSTRASI - Darurat, AS izinkan terapi plasma darah untuk obati pasien virus Corona. 

Editor: Putri Larasati Anggiawan

TRIBUNBATAM.id, WASHINGTONAmerika Serikat ( AS) mengumumkan otorisasi darurat bagi para dokter untuk menggunakan plasma darah pasien pulih Covid-19.

Nantinya plasma darah ini akan dipakai dalam mengobati pasien virus Corona.

Kebijakan ini diumumkan oleh otoritas Amerika Serikat pada Minggu (23/8/2020) .

Dibuat oleh Badan Obat-obatan dan Makanan AS (FDA) saat Presiden Donald Trump menghadapi tekanan besar terkait wabah virus Corona di "Negeri Paman Sam".

Wabah ini telah melumpuhkan perekonomian AS, dan menipiskan peluang Trump untuk terpilih lagi pada pemilu 3 November mendatang.

Plasma darah tersebut diyakini mengandung antibodi kuat yang bisa membantu melawan penyakit lebih cepat, dan membantu melindungi orang agar tidak terpapar parah oleh Covid-19.

Rahma Azhari Lahirkan Anak Pertama di Amerika, Paris Chong Kini Miliki Seorang Putri

"Produk ini mungkin efektif dalam mengobati Covid-19 dan... manfaat yang diketahui dan potensial dari produk tersebut lebih besar daripada risiko yang diketahui dan berpeluang dari produk itu," kata FDA dalam pernyataan yang dikutip AFP, Senin (24/8/2020).

Pengobatan pasien corona dengan plasma darah sebenarnya sudah diterapkan di AS dan negara-negara lain, tetapi keampuhannya masih diperdebatkan oleh para pakar.

Beberapa dari mereka memperingatkan bahwa cara pengobatan itu dapat membawa efek samping.

"Plasma dari pasien sembuh mungkin berhasil meski masih perlu dibuktikan dalam uji klinis, tetapi tidak sebagai pengobatan penyelamat untuk orang yang sudah sakit parah." kata Len Horovitz, dokter spesialis paru di Lenox Hill Hospital, New York City.

Kampanye sulit Trump

Horovitz melanjutkan, plasma kemungkinan akan bekerja lebih baik setelah seseorang terpapar virus ketika tubuh coba menetralkan infeksi.

Masalahnya adalah pasokan plasma terbatas, yang berarti akan sulit mendapatkan cukup darah untuk mengobati semua orang di tahap awal penyakit.

Trump berkata ke wartawan, terapi itu menunjukkan "tingkat keberhasilan yang luar biasa" dan "akan menyelamatkan nyawa yang tak terhitung banyaknya".

Dikabarkan AFP, apa yang dikatakannya jauh berbeda dari peringatan para pejabat kesehatannya.

Kemudian, saat ditanyai reporter untuk menjelaskan kontradiksi tersebut, Trump melemparkan pertanyaan ke salah satu ahlinya lalu mengakhiri konferensi pers.

FDA sudah mengizinkan transfusi plasma darah pasien sembuh corona untuk pasien Covid-19 dalam kondisi tertentu, seperti pasien uji klinis dan yang sakit parah.

The Washington Post memberitakan, lebih dari 70.000 pasien virus Corona di AS telah menerima transfusi tersebut.

Trump dibanjiri kritik karena penanganannya terhadap pandemi virus Corona di AS yang masih tertinggi dalam total kasus dan jumlah kematian.

Tanpa vaksin atau pengobatan yang efektif, Trump diyakini akan kesulitan menyaingi Joe Biden dari Partai Demokrat pada pemilu 3 November mendatang.

Kecuali Anak-anak, Vaksin Covid-19 di Amerika Serikat Tak Akan Diwajibkan ke Semua Orang

Amerika Serikat ( AS) mengumumkan tidak akan mewajibkan vaksin virus Corona atau Covid-19 diberikan ke semua orang.

Pengumuman ini disampaikan oleh Dr Anthony Fauci pejabat penyakit menular utama di Amerika Serikat.

Disampaikan pada Rabu (19/8/2020) dalam konferensi video yang diadakan Universitas George Washington.

Ia juga menyebutkan beberapa kelompok yang diwajibkan, contohnya anak-anak.

"Anda tidak bisa memberi mandat dan memaksa siapa pun untuk mendapat vaksin. Kami tidak pernah melakukannya," kata Fauci yang juga bertugas di satgas virus Corona Gedung Putih, dikutip dari AFP Kamis (20/8/2020).

"Anda bisa memberi mandat kepada kelompok orang tertentu seperti petugas kesehatan, tetapi untuk masyarakat umum Anda tidak bisa," tambahnya.

Fauci mengutip contoh dari National Institutes of Health, di mana petugas kesehatan tidak dapat merawat pasien tanpa suntikan vaksin flu.

Sementara itu Perdana Menteri Australia Scott Morrison beberapa jam sebelumnya mengumumkan, vaksin corona jika telah mendapat izin akan wajib diberikan ke semua orang di "Negeri Kanguru".

Pengecualian diberikan untuk orang-orang dengan kondisi medis tertentu.

Namun sistem pemerintahan "Negeri Paman Sam" yang terdesentralisasi dan sentimen anti-vaksin yang telah berkembang selama beberapa dekade, membuat program imunisasi wajib menjadi sulit diwajibkan.

"Itu tidak bisa diterapkan dan tidak layak," kata Fauci masih dikutip dari AFP.

Namun calon aturan ini tidak menghalangi negara-negara bagian untuk mewajibkan vaksin bagi anak-anak sekolah.

Sebelumnya vaksin sudah diwajibkan bagi anak-anak sekolah untuk menghindari penyakit tertentu seperti campak, meski beberapa dikecualikan karena alasan medis atau agama.

Bagaimana pun, pemerintahan Presiden Donald Trump telah memesan ratusan juta dosis vaksin dari enam perusahaan, dan akan didistribusikan secara gratis.

Tentara Amerika Serikat dan Suriah Bentrok, Sebabkan 1 Orang Tewas dan 2 Luka-luka

Ketegangan tengah dirasakan Amerika Serikat ( AS) dengan Suriah.

Pasalnya tentara Amerika Serikat dilaporkan bentrok dengan tentara Suriah pada Senin (17/8/2020) kemarin.

Bentrokan antar tentara tersebut terjadi di timur laut Suriah.

Dilaporkan media pemerintah, akibat insiden itu setidaknya satu tentara Suriah tewas dan dua lainnya luka-luka.

Sementara itu, militer AS mengatakan mereka membalas tembakan di dekat pos pemeriksaan Suriah sebagaimana dilansir Associated Press.

Di timur laut Suriah, ketegangan selama beberapa bulan terakhir meningkat karena militer Suriah memutus akses AS ke sejumlah daerah.

Kantor berita SANA mengutip seorang pejabat militer Suriah yang tidak mau diungkapkan namanya mengatakan sebuah helikopter militer AS menyerang pos pemeriksaan Suriah di desa Tal Dahab, dekat kota Qamishli, sekitar pukul 9.45 waktu setempat

Pejabat itu mengatakan akibat serangan itu seorang tentara Suriah tewas dan dua lainnya terluka.

Di sisi lain, militer AS membantah laporan tersebut.

Mereka mengatakan pasukan gabungan yang terdiri atas pasukan koalisi yang dipimpin AS beserta milisi dari Kurdi Suriah melewati pos pemeriksaan tentara Suriah setelah melakukan patroli terhadap kelompok ISIS.

Mereka melaporkan bahwa sebelum melewati pos pemeriksaan tersebut, perjalanan mereka aman-aman saja.

Ketika melewati pos pemeriksaan tersebut, militer AS mengklaim mendapat tembakan dari arah sekitar pos pemeriksaan.

Mereka lantas membalas tembakan tersebut. Pihak militer AS menyatakan tidak ada korban jiwa dari pihaknya.

Mereka membantah tuduhan bahwa helikopter militer AS menyerang pos pemeriksaan milik tentara suriah.

Ratusan personel AS memang ditempatkan di timur laut Suriah. Mereka bekerja sama dengan milisi Pasukan Demokratik Suriah ( SDF) untuk memerangi kelompok ISIS.

Pada hari yang sama, sebuah kendaraan militer Turki dilaporkan rusak ringan di Provinsi Idlib, barat laut Suriah.

Militer Turki menyatakan kendaraan tersebut rusak karena adanya serangan ketika mereka sedang berpatroli bersama Rusia.

Turki dan Rusia telah melakukan patroli bersama di kawasan itu sebagai bagian dari kesepakatan gencatan senjata yang mereka capai pada Maret.

Dalam sebuah pernyataan melalui Twitter, militer Turki melaporkan telah menanggapi serangan tersebut dan operasi terus dilanjutkan.

Rusia adalah sekutu dekat pemerintah Suriah, sedangkan Turki mendukung oposisi bersenjata Suriah.

(*)

Di Indonesia Dibuang, Di Amerika Batang Pisang Dijual Mahal, Manfaatnya Luar Biasa

Amerika Serikat Berlakukan Pembatasan Visa Kepada 14 Pejabat Iran, Ada Apa?

Covid-19 di Brasil Tembus 3,5 Juta Kasus, Kematian di Amerika Latin Capai 250.000

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Darurat, AS Izinkan Terapi Plasma Darah untuk Obati Pasien virus Corona".

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved